32. Rise up

9.8K 1.5K 239
                                    

Play| Clarity-jisoo cover

——————————————

🍂

Zetta duduk bersandar di bawah kasur seraya menatap nanar kotak hitam yang berisi bertangkai-tangkai bunga mawar merah yang mulai mengering. Bunga itu dia kumpulkan sejak pertama kali mengenal Vincent. Kelopak-kelopak yang terlepas dari tangkainya itu menyadarkan Zetta tentang perasaan Vincent sebenarnya.

Vincent itu bagaikan bunga yang telah dipetik. Indah. Tapi, mudah layu hingga akhirnya sirna. Begitu pun dengan Vincent. Laki-laki itu selalu berlaku manis. Tapi, tak untuk selamanya.

"I HATE YOU, VINCENT!" teriak Zetta seraya melempar kotak hitam itu ke lantai hingga membuat isinya berceceran. Tangannya mengacak-acak rambut panjangnya dengan kasar. Tangisnya pun pecah tak mampu dikendalikan. Zetta benar-benar hancur karena Black Angelnya.

Semua sarafnya terasa mati hingga bergerak pun tak sanggup. Setelah lelah melepas tangisnya, Zetta teridur dengan posisi duduk memeluk lututnya.

Di tengah tidurnya, Zetta merasa ada yang meniup telinganya mengusik tidurnya. Perlahan matanya pun mengerjap.

Cahaya lampu yang masih dibiarkan menyala membuat pandangan Zetta terasa silau. Lamat-lamat ia melihat sekelilingnya tidak ada siapa pun di sana. Ketika Zetta mencoba bangkit, entah mengapa tubuhnya terasa lemas dan tak sanggup untuk bergerak. Mungkin karena terlalu lama duduk terdiam membuat peredaran darahnya tidak lancar.

Zetta meringis merasakan kesemutan yang membuatnya terasa lumpuh. Sekelebat melihat ke luar jendela ada bayangan hitam melintas. Detak jantungnya pun semakin cepat tak terkendali. Bekali-kali menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghalau semua pikiran negatif.

Perlahan Zetta pun kembali melihat ke arah jendela dan tiba-tiba ada seseorang yang memakai Masker hitam dan topi hitam berdiri di luar. Spontan Zetta menjerit ketakutan. Namun, jeritannya tak membuat orang itu pergi. Justru semakin mendekat dan ingin membuka jendelanya.

Zetta menyeret pantatnya mendekati nakas dan meraba-raba lacinya dengan tatapan masih tertuju pada orang itu. Setelah mendapat apa yang dia cari, Zetta langsung mengambil benda itu. Benda yang di pegang Zetta adalah Kaisar-pistol yang dia beli dari Draco beberapa waktu lalu. Tanpa aba-aba, Zetta menodongkan pistol itu dan menekan pelatuknya seraya memejamkan mata.

Dor!

Pecahlah kaca jendela kamarnya hingga membuat seluruh penghuni rumah terkejut dan berlarian menuju kamarnya.

Pemandangan yang mereka lihat adalah Zetta yang memengangi kepalanya dengan pistol tergeletak di sebelahnya. "Ya ampun, Zetta!" Sharena terkejut melihat kondisi Zetta. Ditambah lagi melihat ada pistol di dekat anak gadisnya itu membuatnya khawatir setengah mati. Didekapnya tubuh putrinya itu yang sudah mulai dingin.

Feral dan satpam rumahnya melihat keluar jendela yang pecah, namun tak ada apa-apa di sana.

Sharena tak sanggup melihat putrinya seperti itu. Tangisnya pun pecah seiring teriakan-teriaka Zetta yang terus memanggil nama Bu Maya.

"Mami di sini, Nak... Nggak ada yang bisa nyakitin Zetta."

Feral mengambil pistol Zetta dan menatapnya dengan kerutan di kening. Dia baru mengetahui ternyata selama ini Zetta menyimpan senjata berbahaya itu. Jika sampai diketahui polisi, Zetta bisa dipidana karena dia pasti tidak memiliki izin kepemilikan. Feral semakin berpikiran negatif pada geng yang dipimpin Zetta. Mereka membawa dampak buruk bagi Zetta.

"Papi akan panggil Dokter Crystal," ujar Feral sambil menggendong Zetta untuk berbaring di atas ranjang.

🍂

SAVAGE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang