16. Moment

14.8K 1.8K 31
                                    

Play|Changmin:Love is the moment

———————————

🍂

Hari berlalu begitu cepat sampai masa skors Alfa dan Zetta sama-sama telah berakhir. Zetta yang hendak berangkat sekolah dikejutkan oleh mobil sport putih milik Alfa yang sudah terparkir di depan rumahnya. Keningnya berkerut menyimpan berjuta tanya melihat pemiliknya yang duduk menghadap kemudi dengan memakai kacamata hitam dan topi hitam.

Tanpa mau banyak pikir Zetta menghampirinya dan mengetuk kaca mobil itu. "Heh, Gledek! Ngapain lo di sini? Ini masih loh ya, kalau ngajak ribut ntar aja! Gue nggak mau menodai pagi gue yang cerah dengan mukalo yang sumpek itu!"

Celetukan Zetta itu tak digubris Alfa sama sekali. Laki-laki itu pun menurunkan kaca mobilnya dan menjawab dengan gidikan kepala. "Buruan masuk! Keburu telat nih," gerutunya.

Zetta lantas bersedekap dada seraya memicingkan mata pada Alfa. Tatapannya seolah mampu memenghancurkan sasarannya. "Kesambet apa lo ngajakin gue berangkat bareng? Jangan-jangan lo beneran ngarep mau jadian sama gue?"

Ucapan Zetta itu membuat Alfa berdecih. Ingin rasanya menyumpal mulutnya yang asal bicara itu. "Banyak omong lo, Prit!"

"Jangan bicara kasar pada anak saya!" Tiba-tiba Feral datang dan membuat Alfa meneguk salivanya dengan kesusahan. Dia pun bergegas turun untuk menghormati pria itu. Tentu saja Zetta girang bukan kepalang karena merasa terbela hingga menahan semburan tawanya pada Alfa.

"Kamu juga Zetta! Sudah diajarkan sama Papi dan Mami kalau bicara mulutnya di gunakan yang baik. Masih saja bicara kasar! Mulai hari ini mobil kamu Papi musiumkan dan Pak Maman tidak akan antar-jemput kamu. Jadi, Alfa yang akan menggantikannya." Zetta langsung diam serbu bahasa. Setelah perjodohannya dengan Alfa disetujui papinya bersikap terlalu serius, tidak seperti biasanya yang selalu santai seperti di pantai.

Zetta bahkan tak tahan dengan sikap keras Papinya hingga membuatnya kesal. "Papi! Zetta nggak mau setiap hari lihat muka dia," rengeknya sambil menunjuk Alfa dengan tidak sopan.

"Zetta, bicaranya!" bentak Feral lagi dengan nada semakin tinggi.

Zetta pun terperanjat mendengar nada tinggi dari sang papi. Matanya mulai berkaca-kaca. Seumur-umur belum pernah Feral membentaknya seperti itu. Meskipun sering mendengar Sharena marah-marah, entah mengapa kalau Feral yang membentak Zetta merasa sakit hati. Tak mau mendengarnya lebih jauh, gadis itu langsung masuk ke mobil Alfa tanpa pamit pada papinya.

Sharena yang mendengar suara Feral meninggi langsung keluar menghampiri mereka dan menenangkan suaminya. "Sabar, Pi jangan marah-marah," ucap Sharena dengan lembut.

Sial sekali Alfa harus terjebak dalam situasi awkward antara bapak dan anak itu. Langsung saja dia menyalami Feral dan Sharena bergantian seperti memang sudah siap untuk menjadi calon menantu idaman. "Om, Tante saya berangkat," ucap Alfa dengan sopan.

Feral pun mengembuskan napas lelah. "Hm," jawabnya sedikit dingin. Sedangkan Sharena memasang senyum terbaiknya untuk calon menantu. "Iya, Alfa hati-hati ya, Nak titip Zetta." Zetta tak mengerti bagaimana bisa maminya yang super garang itu bisa jinak ketika bicara dengan Alfa

🍂

Sepanjang perjalanan, sunyi dalam mobil Alfa belum juga pecah sampai akhirnya Zetta bosan dan bersedia membuka suara. "Ngapain lo pakai kacamata hitam sama topi? Mau sok-sokan jadi mafia?" tanyanya pada Alfa dengan nada tak acuhnya.

SAVAGE (End)Where stories live. Discover now