13. Fitting dress

18K 2K 62
                                    

Play: Dewa 19-Cukup Siti Nurbaya

——————————————

🍂

Zetta mengedarkan pandangannya kala memasuki sebuah tempat bising yang berisi orang-orang yang haus akan dunia malam. Aroma rokok hingga alkohol mulai menusuk indra penciumannya ketika satu persatu laki-laki mencoba mendekatinya. Baru saja memasuki tempat maksiat itu Zetta langsung disambut laki-laki yang setengah mabuk. "Sendirian, Neng? Yuk sama abang aja," ucap laki-laki seraya mencolek dagu Zetta.

Zetta langsung menepis tangan laki-laki itu dengan kasar. "Abang ojol lo?" celetuk Zetta.

"Wah, ngelawak nih cewek. Tapi nggak apa-apa, yang penting cakep. Boleh lah semalem aja." Laki-laki itu melihat Zetta dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan siulan menggoda.

"Otak lo nggak usah traveling kalau lihat gue. Gue tahu gue emang cakep. Tapi sorry sorry aja, nggak doyan modelan kayak lo. Minggir!" celetuk Zetta seraya mendorong laki-laki itu menyingkir darinya dan memasuki privat room di club itu.

Di dalam sudah ada sesosok laki-laki sedang bersenang-senang dengan dua perempuan berpakaian minim di pangkuannya membuat Zetta memutar matanya malas. Kemesraan mereka bertiga membuatnya ingin muntah. "Draco," panggil Zetta dengan nada tak acuh pada laki-laki itu dari ambang pintu.

Spontan mereka bertiga menoleh ke sumber suara dan laki-laki itu melebarkan senyumnya. "Wait the minutes, Ladies," ucapnya seraya mencolek dagu kedua perempuan itu bergantian lantas menghampiri Zetta.

"Long time no see, Pretty." Laki-laki yang dipanggil sebagai Draco itu melentangkan tangannya seraya menuntun Zetta untuk duduk di sofa berwarna merah. Karena merasa tidak nyaman Zetta dengan kasar menurunkan tangan Draco dari bahunya. "Nggak usah banyak basa-basi. Buruan bawa kesini pesenan gue!" bentak Zetta.

Tiba-tiba Draco terkekeh remeh. "You never change. That's i miss from you. Mulutmu yang pedas, but... i like it," ucapnya sembari mengambil sesuatu dari dalam laci nakas yang ada di sebelah sofa itu. Zetta pun memutar matanya dengan malas. "Whatever."

Draco lalu memberikan sebuah kotak hitam. Zetta pun menaikkan sebelah alisnya melihat kotak itu dan Draco bergantian membuat laki-laki bertindik di kedua telinga itu bergidik tak acuh. Setelah membuka kotak hitam itu mata Zetta berbinar melihat isi di dalamnya berisi pistol Desert Eagle dengan sentuhan titanium gold. Pistol impianya yang akhirnya mampu dia miliki.

Sementara Zetta mengagumi pistol itu Draco duduk dengan minyilangkan kaki dan tangannya terulur di belakang Zetta. Dia juga mulai menghisap rokok elektriknya dan mengembuskan asap yang mengepul ke arah Zetta sehingga membuat gadis itu mengibaskan tangan untuk mengahalau asap dari hidungnya. "Fuck you, Draco! jangan ngerokok di depan gue!"

Draco lagi-lagi terkekeh remeh. "Wow, bahkan kau juga belum tebiasa dengan hal seperti ini, tapi bisa menjadi gang leader?"

"Sorry, geng gue bukan geng haus dunia gelap kayak lo!" bantah Zetta.

"Naif sekali, kamu My Pretty. Kamu lihat saja berapa banyak anak buahmu yang setia. Pasti tidak ada lima persen dari mereka. Selebihnya hanya untuk ketenaran, memanfaatkanmu, membicarakan keburukanmu di belakang dan tak sedikit juga yang ingin berakhir di ranjang bersamamu."

Plak! Tamparan keras dari tangan Zetta mendarat di pipi Draco. Laki-laki itu pun menyeringai dengan tawa ringannya. "Fine, tidak perlu kita lanjutkan membahas yang lain. Bagaimana kalau membahas tentang kita berdua?" Tangan kekar Draco yang penuh tato menyibak rambut Zetta yang terurai dan mulai mendekatkan wajahnya pada Zetta hingga hembusan napas hangat terasa di leher Zetta. "Let's spend the night with me," ucapnya membuat Zetta merinding seketika dan spontan mendorong tubuh Draco menjauh darinya.

SAVAGE (End)Where stories live. Discover now