36. Alfa Leon

10K 1.3K 257
                                    

Play : Alone II- Alan walker ft. Ava Max

——————————————

🍂

Beberapa jam sebelum membatalkan pertunangannya dengan Alfa, Zetta tengah bermain catur dengan Marcel di bawah pohon mangga yang ada di sebelah basecamp seraya sibuk memikirkan Putra yang semakin menjauhinya. Bahkan, Putra absen di basecamp siang itu. Melihat Zetta yang banyak melamun ketika menjalankan bidak caturnya, Marcel tahu jika nona bosnya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Lo tenang aja, Ta.... Putra dasarnya bukan pendendam. Dia cuma butuh waktu buat nenangin diri." Marcel mungkin memang fuckboy. Tapi, dia sedikit  banyak selalu memberi nasihat-nasihat klise pada Zetta. Dan, ya... Zetta itu open minded. Dia tidak mendengar nasihat dari siapa yang berbicara, tapi apa yang dia bicarakan. Maka dari itu, meskipun Marcel dicap sebagai fuckboy, Zetta tetap mau mendengarkan nasihatnya selama itu nasihat yang baik.

"Iya, gue juga yakin kalau Putra sebenarnya nggak mau kayak gitu. Pantes aja Putra punya vespa itu. Gue kira Putra sebenarnya emang kaya, ternyata Papi sama Mami di belakangnya. Ya gue seneng sih, Papi sama Mami perhatian sama keluarganya Bu Maya. Tapi, kenapa mereka nggak mau cerita ke gue coba?"

"Ya lo kira aja, Ta... Mereka nggak mau buat lo canggung di depan Putra."

"Iya juga sih. Tapi.... Ah, pusing gue. Gue butuh Vano nih."

"Lo pusing ngapain nyari Vano?"

"Buat hiburan lah, kalau sama Dave yang ada gue tambah pusing. Ngegas mulu anaknya." Dengan seenaknya Zetta meninggalkan Marcel dan permainan caturnya yang belum selesai.

Zetta menemukan Vano sedang tiduran di sofa basecamp dengan earphone menyumbat kedua telinganya. Kepalanya juga mengangguk-angguk mengikuti irama musik yang dia dengar. Zetta yakin, pasti Vano sedang mendengarkan musik underground. Gadis itu bahkan tahu apa saja favorit masing-masing anak buahnya.

Tanpa permisi, Zetta duduk di sofa bersama Vano, lantas mengambil sebelah earphone Vano dan menyumpalkannya di salah satu telinganya membuat Vano terperanjat. Laki-laki itu lantas mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Zetta. "Ganggu aja sih lo, Ta?"

"Kalau seneng itu bagi-bagi, pelit banget sih?" Zetta semakin mengangguk-anggukkan kepalanya menikmati alunan musik yang diputar oleh Vano.

"Kalau seneng suruh bagi-bagi. Kalau susah nggak mau dibagi-bagi," gerutu Vano membuat Zetta dengan spontan mendorongnya hingga jatuh dari sofa. "Yey, ya nggak mau lah lo kasih susahnya doang."

Vano pun bangkit dengan bibir yang mencibir. Sudah biasa mendapat respons tidak menyenangkan dari si bosnya yang labil itu.

"Ta... Jeta... Ta... Jeta...."

Ali datang datang dengan tergopoh-gopoh menyusul Zetta dan Vano yang ada di ruang tengah. "Kebiasaan banget sih lo, Ali baba! Kalau ngomong jangan lupa napas. Kalau mati siapa yang mau tanggung jawab coba?"

"Nah, lo kok bisa tahu yang mau gue omongin, Ta?"

"Emang apa?"

"Itu... Si Sapi'i mati!"

"Sapi siapa?"

"Ck, Sapi'i! Anak Falconer yang koma gara-gara dikeroyok Thunder beberapa minggu lalu!"

"Siapa tadi?"

"Sapi'i."

"Sapi kenapa?"

"Mati."

"Mati apa?"

"Mati beneran!"

"Beneran gimana?"

SAVAGE (End)Where stories live. Discover now