«Part 25»

Mulai dari awal
                                    

"Langitnya cerah, ya." Angel berujar untuk mengalihkan perhatian Erick dari wajahnya yang memanas.

Erick tidak menjawab, dia mengikuti arah pandang Angel, melihat hamparan bintang yang nampak kecil jika dilihat dari bumi. Tanpa Angel sadari, senyuman Erick mengembang, langit selalu menjadi saksi bagaimana semesta menggiring langkahnya. Di sana, di atas langit sana, ada kisah yang sedang dia perjuangkan.

Sama halnya dengan Angel, gadis itu tersenyum menatap langit luas di atasnya. Tatapan Angel menyimpan banyak rindu untuk kedua orang tuanya, kepada dua orang paling penting dalam hidupnya. Angel mengingat bagaimana dirinya membersihkan rumah dan berdandan untuk menyambut mereka tanpa pernah membayangkan jika yang ia sambut bukan mama dan papanya, tetapi jenazah keduanya.

"Angel?"

Panggilan dari Erick membuat Angel menoleh ke arah lain untuk menghapus air mata. Dia tersenyum ketika Erick menariknya bersandar pada bahu lelaki itu, tanpa kata-kata Erick mengusap bahu Angel seolah tahu ada sesuatu yang menimpa gadis itu. Perlahan Angel memejamkan mata, menikmati telapak tangan besar itu mengelus lembut bahunya, serta menghirup dalam-dalam aroma tubuh Erick.

Sudah hampir sepuluh menit mereka di posisi itu tanpa sepatah kata. Erick dan Angel sama-sama membiarkan angin malam menerpa tubuh mereka, berharap dengan itu mampu membawa pergi gundah yang mereka rasa.

Erick menyangga kepala Angel yang hampir jatuh dari bahunya, nampaknya gadis itu sudah tertidur. Setelah menghilangkan jejak di atap rumah sakit, Erick mengangkat tubuh Angel lalu melesat dengan kekuatannya. Lelaki itu langsung membaringkan tubuh Angel dan membenarkan selimut gadis itu, kemudian mengecup keningnya dan kembali menghilang.

***
Pagi-pagi sekali Ayunda sudah menelpon mengajak Erick lari pagi, hingga di sinilah mereka sekarang, taman kompleks rumah Yudha. Erick segera menggendong Ayunda di bahunya ketika Jasmine meminta mereka mendekat.

"Ayo, makan dulu," ajak Yudha yang baru saja bergabung.

Erick dan Ayunda segera mencuci tangan mereka dengan air mineral lalu mengambil satu sterofoam bubur ayam, disusul Jasmine dan Yudha.

"Setelah ini apa rencanamu? Mau mencari kerja lagi?" tanya Yudha setelah sesendok bubur lolos dari kerongkongannya.

"Tidak, waktu saya tidak banyak di sini. Jadi, mungkin akan fokus pada tujuan saya," jawab Erick apa adanya. Lagipula, untuk apa mencari kerja jika dia memiliki banyak uang hasil menjual koin emas dari ibundanya.

"Memangnya tujuanmu apa ke sini jika tidak mencari kerja? Atau--" Pertanyaan Jasmine terputus karena Yudha yang tersedak, lebih tepatnya pura-pura tersedak.

"Astaga kau ini! Hati-hati!" omelnya sambil menyerahkan botol air minum. 

"Iya, maaf. Setelah dari sini, ada rencana lain?" tanya Yudha lagi.

Erick meneguk air minumnya sebelum menjawab, "Menjenguk Angel, dia sakit."

"Kakak peri sakit apa, Om? Ayunda ikut jenguk, ya?" sahut Ayunda.

"Ayunda, 'kan Om Erick mau jenguk temennya, masa kamu ikut," sela Jasmine.

"Ih, tapi 'kan aku pengen jenguk kakak peri. Boleh, ya, Om?" mohon Ayunda.

Erick mengiakan dengan syarat Ayunda tidak boleh nakal di sana dan langsung disanggupi bocah lima tahun itu. Setelah acara sarapan selesai, mereka berjalan ke rumah Yudha. Sedangkan Erick langsung melajukan motornya kembali ke apartemen yang baru dia sewa kemarin untuk bersiap menjenguk Angel.

***
Seperti janjinya pada Ayunda, kini Erick dan bocah itu sudah sampai di koridor rumah sakit. Erick menggandeng Ayunda mendekati pintu ruangan Angel, dia mengetuknya hingga muncul Ari di belakangnya.

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang