«Part 07»

99 23 48
                                    

Erick membaringkan Salsa ke kasurnya. Karena pohon besar yang tumbang dan menghalangi jalan mereka, serta ada perbaikan listrik akibat puting beliung di daerah perumahan Salsa, terpaksa dia membawa gadis itu ke rumah dinas. Asisten rumah tangga Salsa mengatakan---ketika menelepon tadi---jika gadis itu takut gelap, Erick tidak memiliki pilihan lain selain membiarkannya tinggal di sini, setidaknya sampai esok hari.

Salsa yang mulai mengigau tidak jelas membuat Erick mendekat, gadis itu bergerak gusar dengan mata yang masih terpejam. Suara guntur yang menggelegar menyebabkan Salsa terlonjak dan menarik lengan Erick untuk dipeluk.

"Takut?" tanya Erick yang masih terkejut dengan apa yang dilakukan gadis itu.

Salsa mengangguk sembari mengeratkan pelukannya pada lengan Erick. Napas gadis itu memburu, pening akibat terlonjak dari tidur menyerbu kepalanya, dia memukuli kepalanya pelan, berharap bisa mengusir sakit yang ia rasa.

Mendengar Salsa merintih pelan, Erick menarik lengannya lalu menahan tangan gadis tersebut.

"Tidurlah! Kamu aman di sini," suruh Erick. Lelaki itu mendekap tubuh lemas Salsa dan menggunakan tangan lainnya untuk memijat pelipis gadis itu.

Beberapa saat kemudian Erick menghentikan gerakannya, tangan itu beralih ke dada, ada sesuatu yang aneh di sana, dia juga bisa merasakan darahnya berdesir tidak seperti biasanya. Entah hanya perasaan Erick atau pertanda suatu hal, dia merasakan firasat aneh.
Lelaki itu melirik gadis di dekapannya, Salsa ... apakah Salsa adalah gadis yang ia cari? Erick mengamati wajah gadis itu sembari berpikir, jika memang benar Salsa adalah gadis yang ia cari, seharusnya dia menyadari sejak pertama mereka bertemu. Erick berdecak pelan, mungkin ada yang salah dengan perasaannya.

Suara hujan yang diselingi petir mengisi keheningan di dalam kamar Erick. Lelaki itu terperanjat, lalu beberapa detik setelahnya suara rintihan, guntur, dan angin kencang bersahutan tak teratur. Erick memejamkan matanya guna menilik lebih dalam apa yang terjadi sebenarnya, ia langsung membaringkan Salsa dan menyelimutinya lalu menghilang secepat kilat.

Erick muncul di tepi jalan sepi, hujan deras disertai angin kencang sedikit menghalau penglihatannya. Namun, suara teriakan dan gesekan sebuah benda dengan aspal memaksa Erick melesat ke ujung jalan. Di sana terkapar seorang gadis dengan jas hujan menutupi tubuhnya, Erick segera mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya menepi. Namun, ketika menyentuh pelipis gadis itu yang mengeluarkan darah, tubuh Erick menegang, netra peraknya memejam bersamaan dengan energi asing yang merasuki tubuhnya.

Sesak menghantam dadanya bertubi-tubi,bahkan dia harus membuka mulut untuk memudahkan pernapasan. Gadis itu memiliki kekuatan elektromagnet yang kuat, kekuatan Erick saja tidak berfungsi maksimal hanya karena menyentuhnya sedikit. Namun, Erick tetap memaksakan diri untuk kembali menyentuh gadis itu, dia berusaha menggendongnya dan membawa gadis tersebut menghilang. Tak peduli dengan kekuatannya yang semakin melemah, gadis itu harus selamat.

"Cepat tolong saya!" seru Erick pada dua suster yang ia temui di lobi rumah sakit.

Para suster tersebut membantu Erick memindahkan gadis itu ke brankar dorong. Sebelum gadis itu dibawa masuk, Erick menggenggam tangannya untuk mentransfer sisa kekuatan yang ia punya, selain untuk membantu meringankan sakit, juga agar tubuhnya terbiasa dengan aura misterius gadis itu.

Tepat setelah pintu UGD tertutup, tubuh Erick merosot, kekuatannya habis, keadaannya tidak jauh berbeda dari pertama kali dia datang ke bumi. Namun, bibir pucat lelaki itu tertarik ke atas, dia menatap bercak darah di tangannya, Erick menyadari suatu hal, firasat tadi adalah pertanda yang selalu ia tunggu.

"Sampai jumpa lagi, Gadis Manis," batinnya sebelum menghilang, dia harus kembali untuk menetralkan kondisi alam bawah sadarnya akibat energi asing yang sempat masuk tadi.

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang