«Part 26»

35 8 40
                                    

Erick menatap lawan mainnya santai, kini dia, Ari, dan Angel sedang berada di lapangan futsal untuk bersaing. Sepulangnya dari rumah sakit kemarin, Erick mendapat pesan dari Ari. Pemuda itu mengajaknya bersaing untuk mendapatkan Angel, jelas saja Erick mengiakan, dan sekarang hari pertama mereka bersaing, mulai dari skill bermain futsal, mengingat Angel yang menyukai anak futsal.

Ari sendiri menatap Erick lekat. Meski dirinya sudah mahir bermain futsal sejak SD, tetap saja dia harus serius, pasalnya lawan mainnya kali ini sarjana olahraga, bisa kalah telak jika dia sampai lengah. Ari menatap Angel yang duduk santai di pinggir lapangan dengan camilan di pangkuannya, dia tersenyum singkat, seandainya kali ini dia kalah, masih ada kesempatan lain yang belum tentu Erick bisa mengalahkannya.

Permainan dimulai, Erick benar-benar santai menghadapi Ari yang kelewat semangat. Sejauh ini belum ada yang mencetak gol, berulang kali tendangan meleset membuat Angel bersorak semangat.

"YEAY, GOOLLL!!" pekik Angel sepuluh menit kemudian, dia langsung berlari ke tengah lapangan, menghampiri dua lelaki di sana. Sesuai perjanjian, permainan selesai setelah gol pertama.

"Selamat, kali ini saya biarkan kamu menang. Tetapi, kali lain tidak ada celah lagi!" Erick menyodorkan kepalan tangannya yang kemudian disambut baik oleh Ari.

"Thanks!'" balas Ari.

Setelah Angel tiba di dekat mereka, Erick minggir. Lagi-lagi sesuai perjanjian, siapapun yang kalah harus mundur dan memberikan jalan pemenang untuk melancarkan aksi pendekatan. Sejujurnya Erick malas mengikuti kompetisi ini, tetapi rasanya tidak rugi juga, hitung-hitung menilai seberapa pantas Ari menjaga Angel ketika dia tidak ada.

"Kak, aku sama Ari duluan, ya! Kamu hati-hati!" Angel menunjukkan senyum manis seperti biasanya, dia langsung melangkah beriringan dengan Ari meninggalkan lapangan setelah Erick mengangguk singkat. Angel tidak memihak siapa-siapa, dia hanya bersikap bagaimana seharusnya. Hari ini Ari pemenangnya, itu tandanya Erick yang harus mundur.

Selepas punggung Ari dan Angel hilang dari penglihatannya, Erick merebahkan tubuh di tengah lapangan, menatap langit kota sore ini yang nampak lebih gelap. Lelaki itu bergeming, membayangkan sore-sore yang ia lalui bersama Angel di danau, gadis itu sama seperti dirinya, suka dengan langit dan segala isinya.

Merasa puas melihat semburat oranye di atas sana, Erick menghilang dengan kekuatannya. Esok dia harus kembali berjuang, meski sebenarnya tanpa bersaing pun dia adalah pemenang.

***
Hari kedua, kali ini mereka memilih kafe sebagai tempat kompetisi. Di sudut kafe Angel berulang kali mengecek jam tangannya, sudah seperempat jam lebih dia menunggu, tetap saja tidak ada tanda-tanda kemunculan Erick atau Ari dan anehnya nomor mereka sama-sama tidak aktif.

Angel menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan, dia lelah menunggu. Gadis itu hampir terlelap jika saja tidak ada yang menepuk bahunya, dia langsung mengangkat kepala lalu tersenyum semringah mendapati Erick duduk di depannya. Erick datang lebih dulu, itu tandanya Erick pemenang hari ini.

"Maaf lama, tadi Ayunda rewel." Erick menatap Angel, meminta agar gadis itu memaklumi keadaannya.

Angel mengangguk. "Enggak papa. Karena Ari belum dateng, jadi kamu pemenangnya!"

"Jadi, mau kemana?" Erick yang melihat dua gelas es teh lemon dan sepiring kentang goreng menyimpulkan bahwa Angel sudah bosan di tempat ini.

"Keliling kota aja, aku bosen."

Erick mengangguk, dia segera memanggil pelayan untuk membayar pesanan Angel.

"Aku aja yang bayar." Angel menahan tangan Erick yang akan menyerahkan beberapa lembar uang, tetapi tenaganya jelas kalah dengan Erick.

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang