«Part 11»

107 23 103
                                    

Angel mengunyah permen karetnya dengan malas, ia menatap gedung sekolah yang mulai sepi. Bel pulang sudah berdering 15 menit yang lalu, tetapi dia masih berada di sekolah. Teman-temannya juga sudah pulang sedari tadi, Ari dan Panji harus pergi mengerjakan tugas kelompok, sedangkan Sisil tidak membawa kendaraan pribadi.

Jika saja tadi pagi ban motornya tidak bocor, mungkin tidak akan semalang ini nasibnya. Ingin menghubungi supir juga tidak bisa karena beliau sedang berada di luar kota untuk mengantar om-nya, padahal dia tidak mengenal siapapun di sini.

Beberapa saat kemudian, suara dering telepon mengalihkan atensi gadis itu. Nama Ari muncul sebagai penelpon, tanpa menunggu lama Angel mengangkat telepon. "Halo?" sapanya.

"Kamu bohong. Sisil udah pulang sama Rian, berarti kamu masih di sekolah, 'kan?"

Angel meludahkan permen karetnya ke selokan, lalu menjawab pelan, "Iya, hehe ...."

Terdengar di seberang Ari sedang berbicara dengan temannya, dia meminta izin untuk tidak mengikuti kerja kelompok. Merasa tidak enak hati, Angel berteriak memangil Ari. "Enggak usah, Ri. Aku naik taksi aja, ya? Kamu kerjain tugas kelompok aja, aku aman kok," bujuk Angel.

"Ngel, orang tua kamu nitipin kamu ke aku. Terus aku bakal biarin kamu pulang sendiri gitu? Kamu tunggu di situ, aku jemput sekarang."

Ari hendak menutup telepon, tetapi suara asing dari seberang menghentikan aksinya.

"Angel pulang bersama saya."

Kemudian, telepon langsung dimatikan sepihak. Angel mendengus kesal lalu merampas ponselnya dari tangan Erick.

"Enggak sopan," tegur Angel.

Erick mengerutkan alisnya. "Kamu berangkat dengan saya, pulang juga harus dengan saya!" tandasnya.

Tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya, Erick mengembuskan napas pelan. "Tunggu di sini!" titahnya.

Setelahnya Erick langsung berjalan cepat menuju parkiran untuk mengambil sepeda dan mengayuhnya mendekati Angel. "Ayo naik!" titahnya lagi.

Angel hanya menurut, dia tidak mengatakan apapun sampai Erick melajukan sepedanya. Gadis itu menatap jalanan di depannya, lagi-lagi jaraknya dengan Erick hanya berkisar beberapa sentimeter.

"Terima kasih," lirih Angel yang mampu di dengar Erick.

Erick menarik rem sepedanya lalu melingkarkan tangannya di bahu Angel, membawa gadis itu menempel pada dada bidangnya, berjaga-jaga jika Angel terjatuh karena sepedanya yang melaju lebih kencang di jalanan menurun. Sementara Angel menatap lengan Erick, dia menunduk untuk menghindari lirikan cowok itu.

"Berterimakasihlah pada semesta. Semesta terlalu baik karena mempertemukan kita," sahut Erick. Dia kembali meluruskan lengan saat sampai di jalanan biasa, tanpa disadari seringai kecil muncul di wajah tampannya.

Sementara Angel tidak menyahut, dia turun saat Erick menghentikan sepedanya di depan sebuah bengkel kecil.

"Tunggu di sini!" perintah Erick sebelum melangkah masuk ke bengkel. Gadis itu menggaruk dahinya, dia tidak mengerti kenapa Erick bisa mengetahui tempat yang ia tuju, lagi.

Merasa haus, Angel berjalan menuju warung di pinggir jalan. Gadis itu mengambil dua botol minuman dingin berasa jeruk untuk dirinya dan Erick, dia duduk di salah satu bangku sembari menunggu Erick yang berjalan ke arahnya. Terik matahari siang ini terasa lebih panas, Angel menggulung rambut sebahunya lalu menempelkan botol dingin itu ke wajah. Netranya menutup merasakan dingin di seluruh wajah.

Angel terperanjat saat ada botol lain yang menyentuh pipi kanannya. Ketika dia membuka mata, sudah ada Erick yang duduk di sampingnya sembari meneguk minumannya. Angel hanya bergumam pelan, "Jail, ih!"

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang