«Part 22»

30 8 40
                                    

Momen melihat senja menjadi salah satu momen hangat jika dilalui dengan orang terkasih, sama halnya dengan Erick, dia sedang duduk di tepi danau bersama Angel. Sepulang dari sekolah tadi Angel mengirimkan pesan, hanya sebuah foto angsa di tengah danau, tetapi Erick langsung paham maksud gadis itu. Makanya, dia segera pamit setelah beberapa menit berbincang dengan Yudha dan Jasmine.

"Maaf, karena aku, kamu jadi dipecat," lirih Angel.

Erick terkekeh. "Bukannya lebih baik seperti itu? Saya jadi leluasa jika ingin berbuat sesuatu."

"Emangnya kamu mau berbuat apa?" Angel menoleh, dia menatap bingung Erick yang hanya diam, tetapi jantungnya kembali berdetak tak karuan ketika Erick melanjutkan ucapannya.

"Seperti ini misalnya." Erick merangkul bahu Angel dengan senyuman lebar di bibirnya.

Angel mengulum senyum, dia menoleh ketika Erick berujar, "Saya kira kamu termakan omongan Ari."

Sedikit bergeser menjauh, Angel jadi ingat Ari yang masih kesal padanya. Gadis itu menatap ke depan, menyaksikan angsa-angsa yang mulai naik ke permukaan.

"Ari bener, sih. Tapi, bukan berarti aku menuntut hubungan khusus, aku sudah anggap kamu sebagai malaikat penolong. Lagipula, kita masih terlalu awal untuk memulai sebuah hubungan, 'kan?"

Erick tersenyum, Angel tidak menuntutnya untuk mendeklarasikan status mereka, dewasa sekali gadis itu. Selanjutnya mereka sama-sama diam, menyaksikan matahari yang kembali ke peraduan, menyisakan warna indah pada langit luas di atas sana.

Erick merogoh saku jaketnya lalu mengeluarkan kotak kado yang sengaja ia siapkan, lelaki itu mengulurkannya pada Angel, membuat gadis itu menoleh seketika.

"Buka aja," suruh Erick seolah mengerti arti tatapan Angel.

Gadis itu menurut, dia langsung membuka kotak kado berwarna hitam tersebut. Angel menyunggingkan senyum manis melihat gelang rantai berwarna emas dengan liontin bulan, bintang, dan planet saturnus berwarna biru. Dia hanya menurut ketika Erick menarik tangannya dan memasangkan gelang tersebut. Sesudahnya Angel menggoyangkan tangannya, membuat liontin-liontin itu ikut bergerak.

"Suka?" tanya Erick.

Lelaki itu ikut tersenyum melihat Angel tertawa pelan sambil memainkan gelangnya, gadis itu seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Binar bahagia dari sepasang netra hitam itu membuat Erick gemas dengan tingkah Angel, karenanya Erick menjawil hidung mancung gadis itu dan sedikit menariknya.

"Ih, sakit tau!" Angel menggeplak tangan Erick yang masih berusaha menjangkau hidungnya.

"Eh, udah mulai malem, aku pulang, ya?" Angel menengadah, menatap bulan dan bintang yang mulai bermunculan.

"Enggak mau nginep?" goda Erick.

Angel menggeleng. "Nanti Ari marah lagi, dia aja sekarang lagi ngambek karena aku--" Angel menggantungkan kalimatnya, bisa-bisa Erick besar kepala jika dia menceritakan hal yang sebenarnya.

"Karena?" beo Erick

Angel menggeleng cepat, terlihat sekali tengah menutupi sesuatu. Gadis itu segera bangkit lalu membersihkan rok bagian belakangnya. "Ayo pulang!"

Erick ikut bangkit lalu meraih tangan Angel dan menggenggamnya erat kemudian menuntun gadis itu ke jalan raya, seperti biasanya.

"Malam minggu ada acara?" tanya Erick memecah keheningan, lelaki itu menghentikan langkah lalu melambaikan tangan pada taksi yang kebetulan lewat.

"Enggak, kenapa? Mau ngajak malam mingguan, ya?" goda Angel, gadis itu mengarahkan telunjuknya ke wajah Erick.

"Ge-er! Sana pulang, saya ngantuk!" usir Erick sambil membukakan pintu untuk gadis itu.

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang