«Part 31»

32 8 27
                                    

Poni Ari sudah lembek, seluruh badannya juga penuh keringat. Terhitung sudah hampir 4 jam dia berlarian tidak jelas di dalam hutan, dengan bermodalkan senter dari ponselnya dia mengikuti arahan bintang kecil di liontin kalungnya. Lelaki itu terbatuk, rasanya sudah tidak kuat lagi berjalan, tetapi dia harus tetap menyelamatkan Angel.

Namun, beberapa langkah kemudian senyum penuh kelegaan membuat wajah Ari berseri, di depan sana terlihat pondok kecil dengan cahaya redup. Sebuah harapan muncul, dia harus bergegas. Ari ingin berteriak memanggil Angel, tetapi dia urungkan mengingat sosok hitam yang membawa gadis itu bukan manusia biasa.

Ari meraih tiang kayu yang menopang pondok tersebut, menyandarkan tubuhnya di sana untuk mengumpulkan tenaga. Lelaki itu refleks bergumam saat telinganya menangkap suara batuk seseorang.

"Angel?" Merasa suaranya terlalu lemah, Ari berusaha menyeret kakinya mendekati dinding papan yang sedikit berlubang.

Ari merasa lega bukan main, di dalam sana ada gadis yang ia cari. Terlihat Angel tengah berusaha bangkit, Ari tahu punggung Angel pasti nyeri karena berbaring beralaskan dipan tanpa kasur dan bantal. Gadis itu mengerjap, sambil memegangi kepalanya. Melihat keadaan yang memungkinkan, Ari mengetuk dinding papan itu, menciptakan suara yang sukses membuat Angel menoleh ke arahnya.

"Angel," panggilnya.

"Ari? Kamu Ari?" Angel merangkak mendekat, dia menempelkan telinganya ke lubang yang terdapat di dinding.

"Iya, ini aku. Kamu enggak papa, 'kan?"

Angel tersenyum lega, setidaknya dia memiliki harapan untuk pergi dari tempat ini. "Enggak, kamu baik-baik aja? Makhluk aneh itu enggak apa-apain kamu, 'kan?"

"Aku--" Jawaban Ari tertahan karena suara lain dari dalam pondok, dia segera mengintip.

Begitu pula dengan Angel, gadis itu berbalik dengan tatapan takut menyorot sosok hitam tegap yang berjalan ke arahnya.

"Angelica, rupanya kau sudah bangun," sapa sosok tadi.

Angel beringsut mundur meski punggung nyerinya sudah mepet ke dinding. "Kamu siapa?"

Sosok di depan Angel tersenyum miring. "Cantik, pantas Altair mengincarmu," ucapnya.

"Kamu siapa?" ulang Angel.

"Elenio Chaiden."

Angel mengerutkan dahi, dia merasa asing dengan nama itu.

"Singkirkan tanganmu!" Gadis itu menyentakkan tangan Elenio yang membelai pipinya.

Elenio tersenyum miring, detik berikutnya dia menarik tubuh Angel semakin mendekat, mengurung gadis itu dengan kedua lengannya.

"Bersikaplah dengan baik, aku ingin menolongmu."

Angel benar-benar tidak mengerti dengan makhluk di depannya itu, dia aneh. Gadis itu berusaha melepaskan diri, tetapi Elenio justru semakin mengikis jarak mereka.

"Apa maumu, hah?!" geram Angel.

Mata hijau Elenio menajam, perlahan warna hijau pada mata itu berganti menjadi merah darah. "Kamu menantangku?!"

Angel menggigit bibir bawahnya, jujur dia takut, tetapi dia tidak boleh terlihat lemah sekarang.

"Kamu pikir aku takut?!"

Elenio mencengkram rahang Angel, membuat gadis itu meringis pelan dan juga Ari yang mengintip diam-diam menggemeletakkan giginya.

"Ingin bermain-main denganku, Sayang?" bisik Elenio. Lelaki berjubah merah darah itu mengendus tubuh Angel, menemukan aroma lemon bercampur aroma asing yang membuat sudut bibirnya terangkat.

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang