«Part 13»

74 19 46
                                    

Sudah dua hari sejak obrolannya dengan Angel, Erick tidak pernah menemukan gadis itu di sekolah. Bahkan Angel tidak mengirim surat izin untuk Yudha, wali kelasnya. Erick sudah mencoba mencari gadis itu dengan kekuatannya, tetapi nihil, jejak Angel seperti tidak ada di bumi. Ingin menyuruh Vega pun tidak bisa, sebab gadis itu memiliki tugas lain dari ayahnya.

Sekarang Erick tengah duduk di meja kerjanya, tatapannya kosong, tetapi pikirannya bercabang. Tepukan di bahu menyadarkan Erick dari lamunannya, dia menoleh dan mendapati Yudha berdiri di sampingnya, rautnya terlihat serius saat menatap Erick.

"Gadis itu datang, baru saja saya melihatnya di parkiran," jelas Yudha.

Erick mengangguk, dalam hati ia tersenyum senang, rencananya akan kembali berjalan. "Terima kasih!"

"Santai saja. Kalau begitu, saya permisi." Yudha menepuk bahu Erick lalu melangkah ke luar ruang guru.

Sedangkan Erick memejamkan matanya mencoba melacak keberadaan Angel. Senyum miring tercetak di wajah tampannya. Dia melirik jam tangan, tersisa 5 menit sebelum bel berdering, Erick memutuskan untuk menemui gadis itu istirahat nanti.

***
Angel berjalan menyusuri rak-rak buku di perpustakaan, dia ingin menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca buku di taman. Gadis itu ingin membaca novel horor, tetapi dia tidak menemukan satu novel pun. Angel mundur selangkah, diamatinya rak novel besar itu dengan cermat. Bibirnya mencebik, novel yang ia cari ada di rak paling atas, sedangkan tangannya tidak bisa menjangkau novel tersebut.

Angel mengernyit mendapati sebuah tangan yang terulur dan mengambil novel yang ia inginkan. Gadis itu menerima uluran novel tersebut dari seseorang di belakangnya dengan sedikit heran, bagaimana bisa seseorang itu mengetahui buku yang ia inginkan.

"Terima kasih." Dia memutar badan untuk melihat seseorang tersebut, tetapi netra hitamnya membulat ketika melihat siapa yang telah membantunya. Gadis itu sontak bergeser, tetapi dua lengan lelaki di depannya terulur, membuatnya terkurung.

"Kenapa menghindari saya?" tanya lelaki itu, Erick.

Angel menunduk, tidak mau menatap Erick lebih lama. "Permisi, Pak. Saya mau lewat."

Erick tidak menghiraukan permintaan Angel, lelaki itu menatap gadis di depannya yang terus menunduk dalam. "Saya minta maaf. Saya tidak bermaksud menyepelekan kematian orang tuamu, saya--"

Angel mendongak, lalu menyela, "Enggak ada yang perlu dimaafkan, lebih baik Bapak minggir! Saya mau lewat."

"Lalu, kenapa menghindari saya?" ulang Erick.

"Saya enggak menghindar, Bapak saja yang ke-PD-an," kilah Angel setelah diam beberapa saat.

Erick jelas tidak percaya, dia mendekatkan jarak mereka, menyisakan beberapa senti. Angel menahan napas dibuatnya, dia kembali menunduk untuk menghindari kotak mata dengan Erick.

"Bahkan, tatapan saya saja kamu hindari," timpal Erick yang sontak membuat Angel mendongak.

Keduanya mematung, jarak yang begitu dekat membuat hidung mereka bersentuhan. Hingga beberapa saat kemudian terdengar teriakan dari arah samping, bersamaan dengan suara benda berjatuhan.

"Astaga! Mata suci saya!"

Erick langsung menjauhkan diri mendengar teriakan itu, dia menoleh ke sumber suara. Begitupun Angel, gadis itu menggigit bibirnya menatap Bu Asti yang masih menutup matanya dengan tangan.

"Ibu sedang apa di situ?" tegur Erick.

Bu Asti menurunkan tangannya lalu tersenyum canggung. "Anu, Pak. Ini ... mau mungutin buku." Wanita itu langsung berjongkok dan mengambil 3 buah buku yang tidak sengaja ia jatuhkan karena terkejut melihat Erick dan Angel.

Who is She? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang