29. Double date (revisi)

8.5K 592 17
                                    

Masalah tidak akan pernah selesai jika kamu menghindar. Hadapi, dan temukan jalan keluar maka semuanya akan baik-baik saja.

....

Shafira berjalan menuruni anak tangga menuju dapur saat merasakan tenggorokannya yang kering. Sesampainya disana gadis itu segera mengambil air minum dingin yang berada di dalam kulkas dan langsung meneguknya.

Drttt...drttt

Ponsel yang berada di genggaman tangannya bergetar, Shafira mengerutkan dahinya saat mendapati notifikasi pesan disana.

Milan : hai Sha, malem ini lo sibuk gak?

Shafira : hai juga Lan, gue gak sibuk kok. Emang ada apa?"

Milan : jadi gini, kakak perempuan gue besok ulang tahun. Gue bisa minta bantuan lo gak buat milih kado yang sekiranya cocok? Kan lo sama-sama cewek, kalo gue sendiri kurang ngerti sama yang begituan.

Shafira : oke deh

Milan : jadi lo mau nih?

Shafira : iyaa

Milan : thanks ya Sha, nanti gue jemput lo jam 7 malem.

Shafira melihat jam di ponselnya, pukul 18.30 WIB. Gadis itu beranjak menuju kamarnya untuk segera bersiap-siap.

....

Tidak kurang dan tidak lebih, kini Milan sudah memarkirkan motornya di halaman rumah Shafira tepat jam 7 malam. Shafira pun sama, gadis itu juga sudah siap sejak lima menit yang lalu.

Milan menyodorkan helmnya pada Shafira yang langsung diterima oleh gadis itu.

Shafira mencoba melepas kaitannya helmnya, tapi tidak bisa.

"Susah ya?"

Shafira mendongak, gadis itu tersenyum malu lantas menganggukkan kepalanya.

Milan terkekeh kecil. "Mana sini, biar gue pasangin." Milan mengambil kembali helm yang berada di tangan Shafira, dengan begitu mudahnya cowok itu melepas kaitan helm itu lalu memasangkannya di kepala Shafira. Tidak lupa pula Milan kembali memasang ikatannya.

Shafira sempat terdiam sesaat, ketika menyadari wajah Milan dan dirinya berada dengan jarak yang cukup dekat, hanya beberapa senti saja hidung mereka pasti bersentuhan. Beberapa detik berlalu, Milan kembali menjauhkan tubuhnya. Shafira yang tersadar hanya bisa tersenyum canggung.

"Thanks ya." ucap Shafira saat helm itu sudah terpasang dengan benar di kepalanya.

Milan tersenyum. "Ayo."

Shafira mengangguk lalu naik ke atas motor sport Milan dengan bantuan bahu cowok itu.

Setelah dirasa Shafira duduk dengan benar di boncengannya, Milan segera melajukan motornya. Kurang lebih dua puluh menit berada di perjalanan kini Milan membelokkan motornya di parkiran salah satu mall besar di Jakarta.

Shafira turun dari boncengan Milan, untung saja pengikat helm itu tidak kembali bermasalah karena Shafira bisa melepaskannya dengan mudah.

Shafira dan Milan melangkahkan kakinya beriringan memasuki mall.

"Oiya, kira-kira lo mau kasih kado apa? Nanti biar gue bantu milihin." ujar Shafira pada Milan.

Milan mengedikkan bahunya, seraya menggeleng pelan. Dia juga tidak tahu. "Gue juga bingung Sha, kira-kira kado apa yang cocok buat kakak gue?" tanya Milan.

Gama's [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang