4. Di antar pulang (revisi)

16.7K 1.2K 45
                                    

Ditandai kalo ada typo ya bund HiHi

Happy Reading❤

....

Selain aku gak bisa ngitung seberapa banyak jumlah bintang di langit. Aku juga gak bisa ngitung seberapa banyak cintaku ke kamu.

-Suara buaya

....

Seperti yang kalian ketahui sendiri, jamkos alias jam kosong adalah surga bagi para siswa. Seperti saat ini, kelas Xl IPS 3 sedang tidak ada guru. Karena pak Umbut, guru yang bisa dibilang killer hari ini tidak dapat mengajar dikarenakan sedang menemani istrinya yang akan melahirkan.

Dan itu tentu di jadikan kesempatan yang sangat baik bagi kelas mereka, karena bisa bercanda, mengobrol, dan bergibah ria. Seperti yang terlihat sekarang, para murid betina masing-masing sudah membentuk lingkaran dan mulai melakukan ritual gibah. Sedangkan para murid jantan sudah memiringkan ponselnya untuk mabar.

"Anjim banget. Gak ada ujan, gak ada gluduk, gak ada petir, gak ada badai, gak ada angin topan, gak ada puting beliung! Masak cewek gue tiba-tiba cuek sih!" curhat Ansell pada Gama dan Aldeo.

"Ciri-ciri mau minta putus." sahut Ansell dengan wajah datar seperti biasa.

"Kampret lo Al!" dengus Ansell kesal, sedangkan Gama hanya tertawa pelan menanggapi.

Tiba-tiba suara bel istirahat berbunyi nyaring, membuat seluruh siswa di kelas bersorak senang.

Gama, Ansell, dan Aldeo, kompak bangkit dari duduknya dan berjalan beriringan menuju kantin. Seperti biasanya, jika ada Gama maka disitulah pusat perhatian tertuju. Selama melintasi koridor banyak sekali pasang mata yang mencuri-curi pandang ke arah mereka.

Jika disapa, Gama biasanya hanya membalas dengan dengan senyum tipis atau anggukan kepala agar tidak dikira terlalu sombong. Karena kata pak ustad yang mengajari Gama mengaji sewaktu kecil, selalu mengatakan bahwa jangan pernah menjadi sombong atau angkuh. Karena sesungguhnya yang kamu miliki saat ini adalah sementara. Dan untuk informasi saja, bahwa nama ustad tersebut adalah ustad Jamal, yang merupakan paman Gama yang sudah meninggal dunia dua tahun silam.

Berbeda pula dengan Aldeo yang memang dasarnya batu hidup. Mau disapa atau disenyumin bagaimana pun cowok itu hanya akan menampilkan wajah datarnya.

"Hai juga cantik."

Balas Ansell ramah sekaligus tebar pesona saat ada beberapa siswi yang menyapanya. Tak terlewat selama melewati koridor cowok itu menyapa para dedek gemesh alias adik kelas yang lewat.

"Kak Gama!" panggil seorang gadis bertubuh mungil itu, membuat Gama menghentikan langkahnya.

"Hai kak. Kakak mau ke kantin ya? Lolita boleh ikut?" gadis itu berbicara dengan senyum yang terpatri diwajahnya.

"Apa sih, ya nggak buat adik cantik." celetuk Ansell.

Lolita menyengir kuda. Tampak imut. Lalu gadis itu mendongak, untuk meminta persetujuan Gama.

"Boleh,"

Lolita tersenyum lebar. Kini, Gama, Lolita, Ansell, dan Aldeo berjalan beriringan menuju kantin.

Gama's [End]Where stories live. Discover now