🍒 Bianglala Senja

707 97 15
                                    

Story olehku

Awan hitam masih berarak menutup langit yang menyapa dunia hari ini. Semesta sepertinya tahu bahwa jalan cerita kehidupanku sama mendungnya seperti halnya mendung yang menggelayut manja berbaur dengan senja yang semestinya bisa menghiasi indahnya alam ciptaan-Nya.

Mencoba untuk menyeimbangkan lagi beban kerja frontal lobe, temporal lobe, parietal lobe, occipital lobe yang bersatu membentuk cerebrum, cerebellum yang mengantarkan informasi pada tulang belakang dan juga kepada batang otak. Kehidupan itu sudah selayaknya seperti yin dan yang, seimbang dalam hidup atas segala sesuatu karena Tuhan selalu menciptakan dua hal yang saling bertolak belakang untuk bisa saling melengkapkan.

Gundukan basah di depanku ini telah mengubur separuh nafas yang menjadi kenanganku bersamanya. Jasad wanita yang terbujur kaku di dalamnya adalah pembatas antara dunia kami yang akhirnya meluruhkan semua tawa menjadi air mata.

Aina Syafaraullaizzah, gadis yang sudah setahun belakangan ini mengisi hari-hariku. Sikapnya yang selalu riang, lembut dan otaknya yang cemerlang meluruskan setiap rumus Fisika, Matematika yang membuat otakku bahkan keriting untuk mencernanya.

Awalnya aku mendekati dia hanya sekedar ingin memintanya membagi tips dan trik melumpuhkan matematika dalam sekejap mata. Nyatanya melahap rumus-rumus dan mengaplikasikannya itu tidak semudah mengedipkan sebelah mata.

Aina begitu telaten mengajariku, dia gadis super sempurna di mataku dan ketahuilah bahwa akhirnya sedikit rasa yang timbul dalam hatiku kini berkembang menjadi jawaban dari tangen 90°.

"Ain, kini aku dalam kesulitan."

"Kesulitan apa?" tanyanya saat kami sedang menikmati makan bakso di kantin sekolah.

Aku tidak ingin menundanya, aku ingin dia menjadi milikku dan kami bisa jadi seperti mereka yang sedang di mabuk cinta. Secepat kilat aku mengeluarkan buku tulis bersampul merah muda yang masih kosong. Hanya ada satu baris kalimat matematika di halaman depan buku itu dan aku yakin hanya dengan melihatnya dia sudah tahu apa yang ingin kusampaikan.

12x - 3(2i -5y) > 2(6x -9v) +15y

Satu kalimat sederhana itu aku tinggalkan bersama buku di hadapannya.

"Boleh aku minta tolong untuk mengerjakan PR matematika itu?" tangan Aina tergerak untuk membuka dan melihat sekilas kalimat persamaan matematika itu.

"An, heran aku sama kamu. Papamu kan guru matematika mengapa kamu bisa tidak mengerti kalimat matematika yang mudah seperti ini. Kemarin kita bahkan sudah pernah membahas masalah irisan kerucut yang lebih sulit daripada ini dan kamu bisa mengerjakan, lalu mengapa hal mudah seperti ini kamu tidak bisa melakukannya?" keindahan hakiki bagiku adalah melihat bagaimana Aina mencerewetiku dengan kalimat panjang yang membuat bibir seksinya bergerak tanpa harus terhenti. Ah, itu membuatku melayangkan angan untuk menginginkan selalu bersamanya.

"Ok, kamu nggak perlu jawab sekarang kok, besok juga nggak apa-apa. Aku tahu kamu juga butuh berpikir." Keningnya mengernyit mencerna kalimat yang aku ucapkan. Namun belum sampai dia bertanya banyak aku memilih untuk meninggalkannya dengan segudang pertanyaan yang mungkin ada di benaknya.

Yakin bahwa itu bukan soal matematika yang sulit sama seperti yang dikatakannya, hanya saja semoga dia mengerti apa yang aku maksudkan sebagai jawabannya.

"Tuhan, semoga apa yang menjadi inginku bisa tersampai dengan baik di hatinya." Nyatanya matematika itu bukan lagi menjadi momok setelah aku mengenal Aina.

Dua hari berlalu, sengaja aku tidak ingin menemui bahkan berniat untuk menggoda Aina. Gadis itu beraktivitas seperti biasa bersama teman-temannya. Dan perpustakaan merupakan tempat ternyaman baginya. Hingga saat aku berdiri di depan kelasku ada salah seorang teman sekelasnya memberikan buku merah muda yang aku berikan kepada Aina dua hari yang lalu itu kepadaku.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang