🍒 Balada Cinta Bangsawan Andi

1.2K 162 91
                                    

a story by @MarentinNiagara

✏️✏️

Belajar dari pengalaman, menempuh studi kedokteran memang susah-susah gampang. Begitulah memang adanya. Awalnya aku memang tidak tertarik dengan studi ini, namun akhirnya aku bisa menikmati walau terkadang terlalu perfeksionis menurutku. Serius dan tidak bisa berkelit. Meleng sedikit bubar jalan semuanya. Sudah dikatakan susah, lama, apalagi biaya pendidikannya yang lumayan mengeruk belasan digit angka nol di belakang angka aslinya supaya bisa berbunyi, mahal.

Gambaran itu yang akhirnya muncul di kepala banyak orang tentang sekolah kedokteran dan perjalanan menjadi dokter. Sebagai dokter, masih kuingat dengan jelas bagaimana perjalanan panjang yang telah aku lalui, persiapan UMPTN, kuliah dengan sistem blok selalu begadang setiap malam karena tidak akan bisa dengan rumus SKS alias Sistem Kebut Semalam, harus menyelesaikan berbagai jenis laporan praktikum dan penelitian, hingga menghadapi ujian yang seakan tidak ada akhirnya. Ujian tulis 500 soal untuk UKDI, OSCE dan juga SOCA yang terdengar seperti momok dari fakultas kedokteran.

Empat tahun bergelung dengan teori, praktikum dan penelitian hingga akhirnya bisa sampai di tahapan SOCA dan OSCE dengan baik. Butuh perjuangan, pengorbanan dan juga air mata dalam perjalanan jatuh bangun bermain dengan spuit dan stetoskop itu sampai akhirnya aku memperoleh gelar sarjana kedokteran.

Belum berakhir sampai di situ, aku masih harus memulai perjalanan koasku, berpindah dari stase satu menuku stase lainnya. Mulai dari yang minor sampai mayor. Dari konsulen yang baik hati sampai harus meremas hati karena omongannya yang sangat memekakkan indera perungu. Tidak bisa tidak, fase ini harus dilalui, suka tidak suka, mau tidak mau aku harus tetap melaju.

Dua tahun berlalu, 15 stase lulus ku lalui mulai dari ilmu penyakit dalam, neurologi, anaestesi, bedah, obgyn dan yang lainnya. Hingga akhirnya sumpah dokterku mengguncang seluruh masa depanku di hippocratic oath, hingga dua huruf satu titik akhirnya menjadi awalan nama panjangku sebelum marga kebangsawananku diberikan. Ya, aku seorang Andi, keturunan dari bangsawan baik papa dan mamaku yang juga sama-sama bergelar Andi.

Sampai di sini apakah gelar dokter telah bisa membuatku untuk menerbitkan SIP, jelas sekali belum, bahkan aku belum terdaftar di STR dan SIP itu jelas tidak mungkin bisa diurus tanpa STR. Itu sebabnya setelah program internship selama satu tahun ke depan sebagai seorang dokter umum barulah aku tercatat keanggotaan sebagai IDI, terdaftar melalui STR dan bisa mengurus SIP. Yakinlah, dengan perjalanan panjang ini sejenius apa pun orangnya tidak akan membuat orang yang berusia 22 tahun sudah berhasil meraih gelar sebagai dokter spesialis seperti di cerita-cerita yang ditulis oleh para genius. Tidak mungkin kan masih dalam kandungan sudah sekolah TK, kemudian ikut akselerasi terus, entahlah.

Perkenalkan namaku, dr. Andi Yoelita Sjamsuddin. Jika melihat dari nama jelas sudah aku berasal dari bangsawan mana. Itu sebabnya terkadang aku tidak menyertakan nama bangsawanku ketika tidak bersama rekanan seadat atau mereka yang mengerti asalku dari mana. Sangat jarang sekali aku memakai nama itu. Rasanya seperti terasa berat dan menjadi beban. Kalian tahu bagaimana adatku bukan ketika marga kebangsawanan disambung dengan gelar pendidikan yang kini telah ku raih akan sangat sulit sebagai seorang biasa bisa mendekatiku dan meminta kepada kedua orang tuaku, meski dia seorang Baso ataupun Tentri sekalipun.

Namun akhirnya aku memilih Malinau sebagai tempat untukku mengasingkan diri. Sebuah kota di Provinsi Kalimantan Utara yang masih sangat membutuhkan tenaga medis sepertiku ini. Hatiku yang beku akhirnya bisa sedikit demi sedikit mencair. Tak lain dan tak bukan adalah karena senyum dokter spesialis baru yang bertugas di rumah sakit yang sama denganku, dr. Irwansyah Anwar, Sp. RM. Laki-laki yang membuatku merasa menjadi wanita yang kembali menginginkan keberadaannya untuk mendampingi hidup, mengukir mimpi bersama dan aku mulai memperhatikannya sejak dia bertugas di rumah sakit yang sama denganku.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang