🍒 Bully

11.5K 190 35
                                    

a story by R_Andini

✏✏

Dialah Isfa Rani gadis kecil nan lugu serta pendiam merupakan ciri-ciri anak yang kemungkinan besar akan tumbuh menjadi anak yang introvert.

Lahir dari keluarga sederhana membuatnya mengerti akan kesusahan ekonomi keluarganya. Setelah bersusah payah keluarganya akhirnya mampu memberikannya rumah walaupun hanya berdinding bambu dan beralaskan tanah.

Setelah kepindahannya di rumah tersebut tak menjadikan Rani ceria. Hidup apa adanya dan banyak hal yang menjadikannya dewasa sebelum waktunya.

Bullying pada zaman itu merupakan suatu hal yang umum. Ibarat fenomena gunung es yang tersembunyi di bawah lautan. Akan tiba pada saatnya nanti sesuatu yang tersembunyi di bawah air itu muncul ke permukaan dan membawa malapetaka untuk sekitarnya dan Rani adalah salah satu orang yang harus mengalaminya.

Menjadi murid baru, pindahan dari luar kota membuatnya merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Ingin mengadu tapi dia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa. Namun dengan tidak bercerita itu akan membuat dirinya tertekan dibawah tekanan orang orang di sekitarnya.

Cerita ini bermula dari tekanan teman-teman yang menganggap Rani berbeda dengan mereka.

"Eh kamu, bukan anak sini ya?"

"Iya aku baru pindah, namamu siapa?" tanya Rani.

"Aku Kiky, kita temenan ya mulai sekarang, nanti main bareng ya?"

"Iya, aku Rani makasih ya mau main bareng aku." Jawab Rani antusias.

"Iya, eh kamu.."

"Heh anak baru aja sok kenalan sama temen kita, kamu siapa?" Sela Mega teman akrab Kiky.

"Mega jangan gitu, Rani ini juga temen kita."

"Berhubung dia anak baru dan kalau kamu mau jadi temenku, aku minta alat tulismu, ga mau tau pokoknya. Kalau aku ga bawa kamu harus kasih alat tulismu buatku." perintah Mega pada Rani.

"Iya, tapi mau jadi temenku kan? Tanya Rani dengan takut

"Iya, mana alat tulisnya!" Pinta Mega dengan angkuhnya.

Dan kejadian ini berulang kesekian kalinya, Mega dan Kiky memang menjadi teman bagi Rani namun hanya untuk dimanfaatkan oleh Mega. Bahkan dengan kejam Mega sering memerintah Rani membeli ini itu dengan uang jajan Rani, membawakan tas Mega saat pulang sekolah. Alat tulis Rani setiap hari terus di minta oleh Mega. Rani terlalu lugu dan tak berani melawan karena takut tak punya teman.

Ini membuat Ibu Rani bingung setiap hari alat tulis anaknya selalu hilang satu per satu. Pernah Ibu Rani bertanya mengapa alat tulismu selalu hilang, Rani tak berani menjawab. Lama kelamaan karena dipaksa akhirnya Rani mengaku bahwa alat tulisnya sering diminta oleh temannya. Karena kejadian berlanjut selama berbulan bulan Ayah Rani sampai harus ke sekolah untuk meminta bantuan guru terkait, namun bukan berhenti tingkah Mega makin menjadi.

"Heh udah untung di jadiin temen, eh malah bawa orang tua pake ngadu ke guru, ga tau diri kamu Ran." Mega berkata dengan kesalnya.

"Aku ga mau temenan sama kamu, anak lain juga ga akan mau berteman sama kamu sana jauh-jauh." Bentak Mega sambil mendorong tubuh Rani hingga terjatuh.

"Aku ga maksud begitu." Rani mulai meneteskan air matanya. "Kamu selalu minta alat tulisku, aku kan juga mau nulis Meg." Jawab Rani masih dengan isakannya.

"Halah alasan aja, udah sana jauh-jauh malas temenan sama anak cengeng macam kamu." Hardik Mega.

Kiky yang berada di dekat Mega pun tidak berani melakukan apa-apa karena takut tak punya teman, sedangkan murid yang lain hanya mampu melihat dengan iba. Namun ada juga yang semakin mengolok-olok Rani. Rani pulang dengan tangisan. Sejak hari itu Rani tak punya teman, pulang selalu terakhir karena takut di olok-olok teman yang lain. Rani tak berani cerita pada siapapun cukup ia pendam sendiri, Rani menjadi anak yang tertutup.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang