🍒 Mantan TKW (1)

695 127 23
                                    

a story by @MarentinNiagara

✏️✏️

Menginjakkan kaki di negeri sendiri setelah 5 tahun berada di negeri orang. Mashaallah, air mata tidak bisa berhenti menetes saking haru dan bahagianya.

Alifia Lovata Kalila, perempuan yang lahir dari pasangan PNS di salah satu kota yang ada di Pulau Jawa ini memang pada akhirnya memutuskan untuk bekerja di luar negeri sebagai seorang TKW setelah apa yang dimilikinya dan puncak karirnya harus berakhir dengan tiba-tiba.

Alif, lulus sebagai sarjana ilmu komputer dan informatika. Dari lulus kuliah, dia telah bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perhimpunan dan penyaluran dana dari dan kepada masyarakat. Sebagai koordinator IT regional, posisi kerja yang setingkat dengan kepala cabang kelas 2. Hanya saja dia sebagai supporting unit dan penentuan arus transaksi yang berada dibalik layar seolah dianggap remeh oleh banyak orang yang tidak mengetahui seberapa pentingnya dia di perusahaannya.

Alif bukanlah seorang gadis lajang, dia telah menikah bahkan sudah lebih dari 5 tahun berumah tangga namun keluarganya juga belum bertambah. Dia masih berdua bersama suaminya. Suami Alif sendiri adalah lulusan teknik sipil yang bekerja mandiri untuk pengerjaan beberapa rumah. Tidak selalu ada pemasukan jika dia lepas proyek bahkan dalam satu bulan juga tidak akan ada pemasukan sama sekali.

"Lif, kamu tahu kan kalau pekerjaanmu itu haram. Bergelung dengan riba dan itu termasuk dosa besar." Fauzi, suami Alif mengucapkan kalimat dengan nada kasar. Kalimat yang kembali terdengar dan menjadi hal yang biasa diperdengarkan kala Alif terlambat datang dari kantornya.

"Kamu tahu apa tugasnya seorang perempuan? Surgamu itu mudah kalau kamu memenuhi 4 perkara. Nurut sama suami." Fauzi meninggalkannya dengan mata yang merah karena marah.

Alif bukan tidak mengerti, tapi ketahuilah dia juga butuh makan setiap hari dan Fauzi yang memang berasal dari keluarga kaya dengan pola makan dengan menu yang luar biasa cukup membuat keuangan mereka menjadi kocar-kacir. Sementara satu tahun yang dimiliki Fauzi untuk menghidupi Alif sebagai istrinya itu bukan lagi 12 bulan namun bisa jadi hanya 6 atau bahkan hanya 5 bulan saja. Maksudnya dalam setahun itu Fauzi hanya memberikan uang nafkah kepada Alifia hanya 5 atau 6 kali.

Alif hanya meremas hatinya. Capek karena baru saja pulang kerja dan sampai di rumah dia masih harus mendengar kalimat kasar dari suaminya. Terkadang sambil mengguyur air di mukanya saat dia mandi air matanya tumpah sendiri sebagai pelampiasan hati.

Salah siapa, Fauzi adalah pilihannya ketika dulu dia mengajukan calon suami kepada kedua orang tuanya. Ayahnya yang memang sangat mencintai Alif mengatakan jika memang Fauzi berasal dari keluarga yang baik dan dia juga berniat baik untuk meminang Alif, ayahnya memberikan persetujuan untuk menikah.

"Lah iya lo Lif, itu rumah warisan eyang untuk bapakmu bisa dipakai berdagang. Kamu ini apa nggak pengen usaha sendiri kok milih kerja saja ikut orang, mana kerjanya di lembaga seperti itu. Ingat mati, umur nggak ada yang tahu." Setali tiga uang dengan Fauzi, ibu mertua Alif juga menuntutnya untuk bisa mengajukan resign dari perusahaan yang telah membesarkan namanya.

"Iya Bu, nanti Alif pikir dulu."

Hingga sampai adik Fauzi menikah dan terdengar kalimat nyaring yang sangat memekakkan telinga Alifia.

"Sudah lama menikah kok belum jadi-jadi toh. Bisa nggak cara membuatnya? Tahu jalannya apa nggak, apa perlu diajari biar cepat jadi."

"Apa memang dibumpet ya?"

"Kebanyakan kan kalau wanita karier nggak mau repot ya begitu, KB dulu. Nggak mau direpotkan dengan urusan anak."

Andaikata kaki Alif buatan China mungkin dia sudah tidak sanggup berjalan pulang ke rumah dengan kepala tegak. Beruntunglah Alif terlahir sebagai wanita yang tidak suka mencampuri urusan orang lain. Sehingga dia enggan untuk menanggapi ocehan mereka.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang