Mencebik pelan, Angel segera masuk taksi lalu melambaikan tangannya pada Erick. Selepas memberi pesan hati-hati dan memperhatikan taksi Angel yang sudah jauh, Erick segera menghilang, dia menemukan aroma lain di sekitar rumah pohon sebelum mengantar Angel tadi.

"Sejak kapan?" Erick kembali menutup pintu rumah pohon, dia sama sekali tidak terkejut melihat sosok tinggi besar tengah memperhatikan seisi rumah mungil itu.

"Wah, terdengar tidak menyukai kedatanganku. Apa kabar, Adik Kesayangan?" Sosok tadi berbalik, senyum sok formalnya tidak senada dengan kilatan jenaka di kedua netra safirnya.

"Langsung saja, aku lelah seharian ini." Erick menyenderkan tubuhnya ke tembok papan sambil menyelonjorkan kakinya.

Gerald, kakak Erick, lelaki itu mengulurkan sebuah kantong dari kain kanvas putih dengan tali tarik sebagai penutup. "Kami kasihan melihatmu menggembel di planet lain, jadi bunda menyuruhku mengantar ini. Tolong terima, karena ... kau pasti tahu siapa ayahmu, 'kan?"

Erick menerima dengan senang hati, dia tahu pasti apa isi kantong itu, sudah pasti koin emas untuk menunjang kehidupannya di sini. "Lalu, ada tujuan lain?"

Gerald menggeleng. "Kau tidak mau melepas rindu dengan kakak tertampanmu ini?"

Erick mengibaskan tangannya. "Pulanglah, aku ingin istirahat!" suruhnya.

Gerald tidak tega melihat adiknya kelelahan, lelaki itu menepuk bahu Erick kemudian mentransfer sedikit kekuatannya.

"Berada di bumi melelahkan, ya? Aku tahu pasti berat, tetapi, Adikku harus semangat!" Gerald mengepalkan tangannya lalu meninju udara dengan menggebu-gebu.

Erick menatap malas kakaknya. "Lebih melelahkan berada di penjara bawah tanah, asal kamu tahu!" Erick berujar ketus yang sontak membuat Gerald tersenyum kikuk. Pasalnya, dia sendiri yang memasukkan adiknya ke penjara, tentu saja karena ancaman Raja Xavier, ayahnya.

"Ayolah, jangan membahas itu lagi. Aku merasa bersalah, tau! Kau masih dendam padaku, ya?" Gerald merengek, persis seperti anak kecil, tetapi memang seperti itulah dirinya.

Erick mendengkus sebal, jika saja Gerald bukan kakaknya pasti sudah dia lempar ke danau di bawah sana. "Mau pulang sendiri atau kulempar sampai tersungkur di depan singgasana ayah?"

Gerald terkekeh sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Baiklah, lagipula gadisku sudah menunggu. Aku pulang dahulu, Adik Altair. Jaga dirimu baik-baik!"

"Tunggu, gadis? Kau ...?"

"Iya, aku memiliki kekasih. Memangnya siapa yang bisa menolak aura ketampanan Pangeran Gerald? Sudahlah, aku pamit!" Gerald menghilang di balik jubahnya, meninggalkan Erick yang memutar bola mata lalu merebahkan tubuhnya.

Sementara di suatu kamar yang hanya terpancar sedikit cahaya, seorang gadis tersenyum ditengah derai air matanya. Bukan, kali ini bukan karena luka dari semesta, tetapi hadiah dari semesta. Gadis itu memandangi lampu tumblr baterai berbentuk bulan sabit, senyumnya bertambah lebar mengingat si pemberi benda itu, dia cinta pertamanya. Gadis itu, Salsa, meraih ponselnya, ada 3 pesan dari si pemberi lampu tersebut.

My Elang❤️

Jangan takut lagi, lampu ini akan menerangi gelap yang kamu takuti. (20.01)
Ini kado pertama dan terakhir, karena seperti yang kamu mau, saya akan mengabulkannya. (20.01)
Saya pamit, tidak hanya dari sekolah, tetapi juga kehidupanmu. Jangan ceroboh, berhenti menjadi gadis cengeng! Saya minta maaf untuk semuanya. (20.02)

Salsa menengadah, menahan air matanya yang semakin tumpah. Dia tidak boleh cengeng! Gadis itu tersenyum, tanpa menjawab pesan dari Erick dia memeluk benda persegi panjang itu. Di sinilah awalnya, awal dimana Salsa harus kembali menata hatinya, mengikuti kemauan semesta, dan belajar mengikhlaskan sebagian hatinya yang terluka.

Who is She? Where stories live. Discover now