40. Selamat Tinggal

Mulai dari awal
                                    

Pandangan Jaehan jatuh pada Map coklat di atas meja sebelah ranjang. Pria itu langsung melangkah mengambil map yang ia lihat.

"Kau belum menandatangani-nya?" Jaehan menoleh ke arah Senna yang sejak tadi berdiri diam di posisinya.

"Tanda tangan sekarang, aku akan membawanya . Dan untuk persidangan nanti kau tidak perlu datang karena semua sudah di bantu oleh pengacara ku,ja~~~"

"Apa kau ingin secepat ini berpisah dengan ku? Apa kau begitu tidak ingin melihat wajah ku lagi? Apa aku begitu menjijikan di matamu hingga kau selalu menjaga jarak saat bersama ku?"

Senna memotong kalimat Jaehan, wanita itu menatap dalam mata suaminya. "Kenapa kau selalu membahas perpisahan saat kita bersama!?" Teriak Senna.

"Apa masih ada yang bisa kita bahas selain perpisahan? Waktu ku bukan untuk mu lagi, jadi aku tidak akan membuang waktu berbicara denganmu"

Jaehan melangkah mendekat ke arah Senna. "Tanda tangan sekarang" Tangan Jaehan mengulurkan map coklat dan bolpoin di tangannya ke arah Senna.

Senna menghapus kasar air mata yang membasahi pipinya, mengambil dengan kasar map di tangan Jaehan. Wanita itu menahan isakannya,dengan tangan yang bergetar kini Senna mulai menandatangani surat perceraiannya dan Jaehan.

Senna melempar kasar kertas ditangannya ke arah dada Jaehan. "Aku akan pergi dari sini,jadi kau tidak perlu pindah ke apartment. Aku tidak akan menuntut apa-apa atas perceraian kita ini, dengan begitu keinginanmu untuk menyingkirkan ku dari hidupmu akan lebih mudah" Senna dengan susah payah menahan air mata yang sejak tadi mendesak memenuhi pelupuk matanya.

Wanita itu berbalik melangkah ke arah walk in closet untuk mengemasi semua barang-barangnya.

"Kau akan tinggal dimana?"

Langkah Senna terhenti saat mendengar pertanyaan dari Jaehan. "Kenapa kau bertanya hal itu?" Tanya Senna balik. "Kau tidak usah khawatir, aku pastikan kau tidak akan pernah melihat wajah ku lagi"

Wanita itu melanjutkan langkahnya tanpa menunggu balasan dari Jaehan. Senna saat ini tak bisa menggambarkan seberapa sakit hatinya, bahkan untuk bernafas pun Senna begitu sulit. Semenyakitkan ini rasanya saat kehadiran dirinya begitu tak diinginkan.

____________

Yunra keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya, kini Yunra melangkah mendekat ke arah ranjang. "Ini?" Yunra memicingkan matanya saat melihat beberapa botol obat tidur yang ada di meja kecil sebelah ranjang.

Yunra mengigit bibir bawahnya,tiba-tiba rasa bersalah menyelimuti dirinya. "Apa dia juga terluka karena semua ini?" Gumam Yunra.

Yunra kembali mengingat semua kalimat yang ia ucapkan pada Sehun beberapa jam yang lalu."Apa aku terlalu egois?" Yunra kembali di buat bimbang dengan perasaanya.

"Ra..."

Yunra tersentak kaget saat merasakan sentuhan di bahunya. "Sehun?" Kaget Yunra,tangannya bergerak menyembunyikan botol obat tidur Sehun di belakang tubuhnya.

"Aku harus menyelesaikan pekerjaan ku di ruang kerja, kau bisa tidur lebih dulu" Ucap Sehun, nada pria itu terdengan berbeda dari biasanya.

"Kau tidak akan tidur disini?"

Sehun menggeleng. "Aku tau keberadaan ku membuat mu tidak nyaman saat ini" Sahut Sehun dengan senyum tipisnya.

Yunra ingin menahan langkah Sehun saat suaminya itu melangkah menjauh keluar dari kamar, namun entah kenapa Yunra menahan niatnya. Kini Yunra membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang biasanya ia tempati bersama dengan Sehun. Yunra menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.

GIVE ME LOVE  (OSH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang