40. (Cairo dan Yaman)

1.7K 239 75
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
°°°

"Hanya berbeda Negara antara Cairo dan Yaman, bukan berbeda perasaan. Hanya berpisah dan berharap segera di pertemukan, bukan rasa yang selalu bertentangan."

***

Sudah hampir satu semester Fahira berada di Cairo. Menikmati hari-harinya sebagai mahasiswi di Universitas Al-Azhar dan mesti beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Meski tak terlalu berbeda dengan saat di Pesantren, namun Negara yang ia tempati kini bukan lagi Negaranya sendiri.

Selama di Cairo, Fahira tinggal di Asrama yang berada tidak jauh dari kampusnya. Untuk itu ia hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke kampus.

Dan karena Ia adalah satu-satunya Santri yang mendapat beasiswa dari Pesantrennya, selama disini Fahira tidak memiliki teman yang ia kenal sebelumnya. Namun sudah hampir berbulan-bulan ia disini hingga Fahira mendapat seorang teman yang juga berasal dari Indonesia, ia juga mendapat beasiswa dari Pesantrennya di daerah Kediri.

Sudah hampir Enam bulan, dan semakin lama Fahira semakin merindukan tanah airnya. Ia Rindu Ummahnya dan Alma yang saat ini juga melanjutkan Ma'had Aly di Pesantrennya, ia juga Rindu Nenek dan Alvian, bahkan ia mengaku bahwa saat ini ia tengah rindu Ayahnya. Meski beberapa kali Ayahnya sempat menghubunginya, Fahira juga tetap merindukannya. Bagaimanapun dia, dia tetap Ayahnya.

Saat ini ia tengah berada di Asramanya bersama temannya, Kamila. Kebetulan hari ini ia dan temannya mendapat jadwal kelas siang nanti sehingga Fahira bisa sedikit bersantai sebelum waktunya tiba.

Fahira nampak meletakkan ponselnya di meja belajarnya sementara ia asik mengerjakan tugas di laptopnya. Di ponselnya tersebut nampak tengah tersambung sebuah panggilan dengan sang Ayah.

"Gimana sama perjodohan kamu sama Rayhan Fa?" tanya Hermaa yang mendadak membuat Fahira menghentikan aktivitasnya sesaat sebelum ia memilih mengambil ponselnya itu.

"Yah, Fahira kan udah bilang ngga mau. Jangan paksa Fahira." tukasnya sembari berbicara kepada ponselnya.

"Rayhan itu anak baik Fa, kenapa kamu ngga mau?" ujar Herman.

"Rayhan itu ngga baik Ayah. Ayah ngga pernah tau apa-apa. Fahira itu benci sama Rayhan." ketuh Fahira.

"Ayah tau? Rayhan pernah hampir tampar Fahira Yah, dan untungnya bisa di gagalin sama Gus Azmi." jelas Fahira.

"Siapa Gus Azmi? Anak Kyai kamu itu?" tanyanya.

"Bu-bukan, Pokoknya Fahira ngga mau titik." ujar Fahira dengan menekankan kata 'Titik'.

"Kenapa? Kamu sudah punya pacar?"

"Fahira ngga pernah pacaran Ayah." balasnya.

"Kalo ngga pacaran, gimana caranya kamu bisa kenal sama laki-laki Fa. Kamu sudah besar, ngga lama lagi kamu harus menikah." titah Herman.

"Kenal sama lelaki ngga harus pacaran." tambahnya.

"Fahira juga tau. Dan Fahira punya laki-laki pilihan Fahira sendiri." tukas Fahira.

"Ayah akan menolak, pokoknya kamu harus menikah sama Rayhan!" tegas Herman.

"TERSERAH AYAH, FAHIRA NGGA PERDULI!!" Fahirapun langsung menutup telepon itu karena ia semakin emosi. Selalu saja seperti ini jika ia tengah bertelefon dengan Ayahnya, ujung-ujungnya ia pasti akan bertengkar dengan Ayahnya.

Fahira pun meletakkan ponselnya ke mejanya dengan kasar dan ia memilih kembali mengerjakan tugasnya. Sampai tak lama ponselnya kembali berbunyi menandakan adanya panggilan masuk yng Fahira tebak itu adalah panggilan dari Ayahnya dan ia pun langsung mengangkatnya dengan cepat.

Hatiku Memilihmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang