39. (Cara merindu ala Fahira)

1.7K 271 80
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
°°°

"Merindu itu berat, namun terlalu merindu akan menjadi maksiat. Rindukanlah seseorang dalam do'a di akhir Sholat, niscaya Allah akan mempertemukannya cepat."

***

Setelah libur panjang seusai kelulusannya di Pesantren, Fahira kini nampak tengah memasukkan baju-bajunya kedalam kopernya karena lusa ia akan segera menuju Cairo dan melanjutkan Kuliah disana.

Setelah perdebatan panjang dengan Ayahnya, akhirnya Fahira memenangkan perdebatan itu dan membuat sang Ayah setuju karena Fahira mengancam akan pergi dari rumah dan tinggal di Tangerang bersama Ummahnya dan tak akan kembali ke Jakarta jika Ayahnya tidak mengizinkannya.

Tentu saja dengan berat hati Ayahnya mengizinkannya hingga Fahira bisa mengurus kepergiannya ke Cairo lusa. Ia senang karena akhirnya salah satu mimpinya bisa tercapai.

"Kamu serius mau ambil beasiswa ke Cairo?" tanya Herman yang tak sengaja masuk ke kamar Fahira yang nampak terbuka saat ia tengah merapihkan baju-bajunya untuk di masukkan ke koper.

"Serius. Kan Ayah udah izinin." jawab Fahira.

"Padahal Ayah ngga mau kamu Kuliah di Cairo Fa. Ayah mau kamu sekolah bisnis di Amerika. Ayah bakal biayain kamu sampai lulus sampai kamu lulus dan jadi pebisnis besar," ujar Herman.

"Beasiswa ini ngga akan dateng dua kali Yah. Ini satu-satunya kesempatan buat Fahira kuliah di Cairo, karena ini salah satu mimpi Fahira Yah." Fahira sesekali menatapnya.

"Ayah tau. Tapi Ayah cuma kecewa karena lagi-lagi kamu ngga nurutin permintaan Ayah." tukasnya.

"Maksud Ayah?? Fahira selama ini udah nurut sama Ayah, Ayah minta Fahira pindah, Fahira pindah. Fahira ngga boleh tinggal sama Ummah, Fahira nurut, Fahira kurang nurut apa sama Ayah?" tanyanya.

"Dari dulu kamu ngga pernah turutin Ayah, Fahira. Ayah pengen kamu Sekolah di Sekolah Nasional, tapi kamu lebih milih masuk Pesantren, Ayah pengen kamu pindah tapi kamu milih pindah ke Pesantren lagi. Sekarang, Ayah pengen kamu kuliah di Amerika, kamu lebih milih kuliah di Cairo." tegas Herman.

"Fahira bisa tentuin jalan hidup Fahira sendiri Ayah," tukas Fahira.

"Tapi kalo kamu gagal, Ayah ngga mau tanggung jawab. Kesempatan kamu buat kuliah di Amerika juga cuma sekali. Jadi kalo kamu gagal, Ayah ngga akan biayain kamu kuliah lagi." kecam Herman. Fahirapun nampak mengangguk.

"Fahira bakal tunjukkin kalo Fahira bisa sukses Yah," ujarnya, sampai tak lama Irma yang mendengar perdebatan antara Fahira dan Ayahnya pun ikut masuk kedalam Kamar Fahira dan ia langsung berakting untuk membantu Fahira mengemasi baju-bajunya.

"Udah Mas, dari kemarin ngga kelar-kelar debatnya. Biarin Fahira nentuin jalan hidupnya sendiri. Kita sebagai orang tua cuma bisa support dia," selang Irma yang berpura-pura sok baik namun Fahira sudah hafal dengan aktingnya.

"Untung kamu punya Ibu kaya Tante Irma, Fa. Ayah sering di minta buat sabar, coba aja kalo ngga ada Ibumu ini, mungkin kesabaran Ayah udah habis," sinis Herman Ayahnya namun Fahira memilih tak membalas apapun. Ya, ia tau semua itu hanya akting Irma.

"Oh iya Mas, gimana sama yang kita bicarain tadi?" tanya Irma tiba-tiba kepada Ayah Fahira.

"Oh tentang itu. Iya aku baru inget." balas Herman.

Hatiku Memilihmu [END]Where stories live. Discover now