Sebelas

23.9K 1K 6
                                    

Kamar

Naura sedang berkutat pada pikiran nya, otaknya berpikir apakah yang di bilang Devan benar dirinya dengan pak Devan akan pindah rumah, bahkan rumah yang hanya di huni oleh dua orang.

Naura melirik Devan yang kini sedang fokus menghadap laptopnya

Apa gue tanya lagi aja ya??

Naura menggelengkan kepalanya.

Eh jangan deh ntar kalo gue nanya lagi yang ada gue kena Omelan pak Devan lagi.

Eh Tapi kalo ga nanya gue nya yang penasaran.

Mimik wajah Naura kini berubah, ia menggigit ujung kuku telunjuknya dengan wajah seperti ingin menanyakan sesuatu , Devan yang melihat sikap istrinya aneh mengerutkan dahinya.

Gimana nih tanya ga ya??

Tanya, engga?

Tanya enggak?

Tanya ?

Enggak?

Devan yang sejak tadi mengamati istrinya kini mulai mengeluarkan suara nya karna penasaran kenapa sikap istrinya aneh seperti itu, Devan berdehem terlebih dahulu

"Ekhm"

Kalo gue tanya emang pak Devan bakal jawab pertanyaan gue???

Palingan juga dia cuma liat datar gue!

Namun Naura tidak mendengar, ia masih berkutat dengan pikiranya.

"Ekhm"

Gausah aja kali yak?

Tapi sumpah ini gue pengen banget nanya.

"Naura"

Nanya ajadeh, bdmt kalo pak Devan marah!

"Naura putri kamila!" Teriak Devan tepat di telinga naura , membuat sang empu meringis karna kaget

"Astgfirulah, ish! Pak Devan apa-apansih gausah teriak² saya ga budek!!!" Omel Naura ,namun Devan hanya menatap datar naura membuat nyali Naura ciut seketika.

"Kenapa?" Tanya Devan .

"Hah?kenapa apanya pak?" Beo Naura tak mengerti ucapan Devan.

Devan menghembuskan nafasnya" kenapa ngelamun?"

"Ah- ya an-anu, ah gapapa pak" ucapnya gugup.

Ini kenapa mulut ga langsung ngomong aja sih!!!
Menepuk bibir nya beberapa kali, membuat Devan kembali menyeritkan dahinya.

Ini juga otak , kenapa ga bisa buat kata-kata biar bisa ngomong sma pak Devan!!
Kini Tanganya berpindah mengetuk kepalnya beberapa

"Kenapa?" Ucap Devan lembut memegang tangan Naura yang dari tadi menepuk bibir dan kepalnya berkali-kali

"Ah g-gapapa pak " ketika Devan meraih tangannya ia sempat tersentak kaget membuyarkan pikiranya dan sekarang dirinya terlihat sangat gugup.

"Ada yang mau kamu omongin?"tanya Devan seraya tau isi otak istrinya.

Naura membulatkan kedua matanya"Kok pak Devan tau?" Tanya Naura heboh

Devan hanya mengendikan bahunya acuh" jadi bener ada yang pengen kamu omongin?" Tanya Devan sekali lagi

"Em- sebenarnya sih ada yang pengen saya omongin" ucap Naura menunduk.

"Tentang kita nanti pindah rumah?" Tebak Devan.

Lagi lagi Naura membulatkan matanya menatap suaminya tak percaya bahwa dirinya sedang membacanya pikiranya.

"Pak Devan cenayang ya?" Teriak Naura tepat di wajah Devan , membuat Devan perlahan menutup kedua matanya karna teriakan Naura.

"Pak! Ih ko malah merem sih!"

Devan perlahan membuka matanya lalu menatap tajam Naura.

"Tidak berteriak seperti tadi bisa tidak?" Tanya Devan dengan wajah datar, Naura meneguk salivanya

"Eh m-maaf pak saya kelepasan tadi heheh" ucapnya tertawa gugup.

"Em pak Devan beneran mau pindah rumah??" Tanya Naura ragu, beberapa detik kemudian ia melihat Devan mengangguk mantap pertanda bahwa dirinya dan Naura akan pindah.

"Rencana pindah kapan pak?" Tanya Naura lagi.

"Seminggu lagi kita akan pindah" ucapnya lalu beranjak memasuki kamar mandi.

Naura melongo menatap pak Devan yang kini sudah memasuki kamar mandi, yang ia pikirin sekarang bagaimana dirinya harus bicara kepada suaminya agar tidak terlalu terburu-buru.

Tidak, bukanya Naura menolak untuk seatap dengan Devan tentu tidak, tapi Naura belum siap meninggalkan kedua orangtuanya.

Kumaha ieu.

****
TBC.

[ Vote&komen ]✓
Ig:@katriinant_13

See uu gaiss!❤

Dijodohin Dosen Kampus [END] जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें