🍒 Balada Cinta Bangsawan Andi

Start from the beginning
                                    

"Mohon maaf Dokter, saya minta kembali mapnya." Suara milik Ayya akhirnya menyadarkanku dari lamunan mengingat kejadian beberapa minggu lalu.

Entah dapat ilham darimana aku yang semula tidak menyetujuinya langsung membubuhkan tanda tangan dan menyerahkan map dispensasi itu kepada Ayyana.

"Ini, jangan mengulur waktu. Selesai acara langsung kembali ke rumah sakit. Banyak praktik yang harusnya kamu kerjakan hari ini." Kataku mengembalikan wibawa seorang konsulen dokter koas.

"Iya, terima kasih Dokter Yoelita. Saya permisi dulu." Pamitnya lalu menghilang dibalik pintu.

Hari ini hujan gerimis sedari semalam tidak kunjung reda, bahkan sepertinya hujan justru akan turun lebih deras lagi.

Di hari yang sama sore harinya harusnya Ayyana sudah kembali ke rumah sakit. Namun sepertinya belum ada tanda-tanda dia kembali. Ah sudah bisa kupastikan jika dia berani bermain-main denganku tentang waktu. Aku yang memang tidak menyukai ketidakdisiplinan jelaslah akan melaporkan kejadian ini segera setelahnya. Mengingat dokter Irwan harus ke Balikpapan akhirnya aku yang harus melaporkannya sendiri kepada dokter Ruslan.

"Tidak bisa dibiarkan seperti ini Dokter, Ayyana itu masih dokter koas. Jika ini diteruskan maka akan menjadikan kebiasaan atas pembiaraan ini."

"Apa yang membuat Dokter Yoelita tidak percaya dengan Ayyana?"

"Coba Dokter Ruslan pikir kembali, dari konfirmasi pihak puskesmas mereka sudah kembali sesuai jadwal lalu mengapa, ini sudah 3 jam melebihi jadwal dan koas Ayyana belum juga kembali." Dalam hatiku sebenarnya ada rasa khawatir namun seolah seperti tertutup oleh rasa kecewa karena kedekatannya drngan dokter Irwansyah.

Dan benar saja, saat aku akan izin keluar dari ruangan dokter Ruslan, tiba-tiba seorang staf datang tergopoh memberitahukan bahwa terjadi kecelakaan yang diduga korbannya Ayyana dan juga sang driver yang bertugas.

Keesokan harinya, kami mendapati kenyataan bahwa kedua kaki Ayyana tidak berfungsi lagi dan saat tersadar kemudian dipindahkan ke kamar perawatan, kulihat betapa lebih mengenaskannya nasib yang dilalui dokter koas ini. Jauh dari keluarga, dan lagi-lagi yang paling menyebalkan dokter Irwan begitu perhatian kepadanya. Okelah untuk kali ini aku bisa memaklumi, kasihan juga melihatnya meski aku sendiri tidak yakin bahwa dokter Irwan tidak memiliki ketertarikan kepada koas Ayya.

Sengaja aku tidak mengunjunginya ke kamar hingga bertemu dengan putri dari direktur rumah sakit ini. Uni Zahrima, benar, wanita cantik ini datang dengan langkah panjang meskipun penampilannya tertutup namun aku tahu itu tergesa atas sesuatu.

"Dokter Yoelita ingin ikut ke kamarnya Ayya?" aku tidak menyangka ternyata uni Zahrima mengenal Ayyana juga. Mengapa gadis itu banyak mengenal dan dekat dengan orang-orang penting di rumah sakit ini. Atau jangan-jangan dia adalah anak orang penting, wah bisa gawat posisiku karena memusuhinya.

Dengan langkah gontai aku menyusul langkah uni Rima menuju kamar Ayya. Ada hal yang membuat mataku takjub di sana sudah ada dokter Irwan, dokter Ruslan dan salah seorang laki-laki tampan yang kemungkinan itu adalah keluarga dari Ayyana.

Selebihnya justru membuat kakiku melemas seperti jelly karena pernyataan yang menghancurkan harapanku. Kuncup di hatiku langsung layu seketika setelah mengetahui ternyata bukan Ayyana yang ada di hati dokter Irwan melainkan uni Rima dan mereka akan melangsungkan pernikahannya sepuluh hari lagi. Tuhan, untung hatiku ini bukan produk buatan China yang mungkin saja bisa ambrol sebelum usia ekonomisnya berakhir.

"Kami berharap Dokter Yoel bisa datang di acara pernikahan kami nanti. Kalau acara akad dan upacara adat jelas akan kami laksanakan di Padang, sebagaimana kami memang berasal dari Minang. Namun untuk pesta kecil-kecilan sebagai resepsi kami juga menyelenggarakannya di Malinau karena papa dan juga uda Irwan bekerja di sini." Apakah menurut kalian aku sedang baik-baik saja? Tentu saja tidak. Aku ingin menangis sekencangnya, namun malu jika harus di kamar pasien terlebih pasiennya seorang dokter koas yang selama ini aku musuhi karena pradugaku dekat dengan dokter Irwan nyatanya dokter Irwan menganggapnya tidak lebih dari seorang adik.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now