[24] Hati-Hati

40 2 0
                                    

PipinAlvino:
Jah, bentar lagi aku jemput ya di rumah. Belum pindah kan? Hahha.

Ify mengetikkan balasan pada sahabat kecilnya itu.

IfyAliyaza:
Iya Pin. Belum pindah kok. Tapi nanti mampir dulu ya ke rumah Alvan. Semalem dia sakit.

PipinAlvino:
Oke deh Ijah. See u.

IfyAliyaza:
See ya Pipin.

Ify beranjak dari kasurnya ke meja rias. Dia memoles wajahnya dengan bedak tipis dan menempatkan liptint di bibirnya agar terlihat lebih segar. Setelah selesai, Ify mengambil ponselnya lalu memasukkan ke dalam tas. Dia keluar kamar, kemudian menyusul mamanya yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

“Loh, mau pergi lagi? Libur kok nggak pernah di rumah.” Rere sibuk dengan kegiatan menonton acara televisi yang menampilkan pasangan suami istri terlibat perselingkuhan lalu menangis itu.

“Hehe iya Ma,” jawab Ify sambil nyengir kuda.

“Sama Aksa?” Ify menggeleng.

“Alvan?” Ify kembali menggeleng.

“Loh terus sama siapa? Zenia?”

“Tunggu aja, bentar lagi dia dateng,” ucap Ify yang membuat mamanya semakin penasaran.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu diketuk. Ify beranjak untuk membukanya.

“Mama, tebak ini siapa?” tanya Ify saat dia sudah berdiri dengan seorang pria. Tak lain adalah sahabat kecilnya—Kevin.

Rere memelengkan kepalanya.

“Siapa ya?” Rere bertanya-tanya. Sepertinya tidak asing, tapi…

“Izin ya Tante, mau pergi sama Ijah,” ucap Kevin sambil tersenyum lebar berharap Rere segera mengenalinya. Rere benar-benar harus berpikir keras. Sesaat kemudian dia berdiri.

“Kevin? Pipin temen Ify waktu SD dulu kan?” Rere berubah antusias.

“Iya Tante. Apa kabar?” Kevin menyalami Rere.

“Baik, Pin. Sini-sini kita ngobrol dulu,”

“Ya ampun selama ini kamu kemana aja nggak pernah ngabarin Ify?”

“Terus kabar orang tua kamu gimana? Mereka sehat kan?”

Begitulah, obrolan saat itu dipenuhi dengan pertanyaan dari Rere. Kevin sampai kuwalahan harus menjawab dari mana tapi dia senang. Keluarga ini tak berubah, masih sama seperti dulu. Hangat. Ya kecuali saat Atta baru saja meninggalkan mereka semua.

“Maaf Tante. Turut berduka cita ya untuk Kak Atta. Maaf nggak bisa kesini waktu Kak Atta nggak ada,” ucap Kevin begitu tahu bagaimana kehangatan di rumah itu perlahan membeku karena dua orang pahlawan di rumah mereka sudah tiada.

“Ya udah, kami pamit dulu ya Tante,” pamit Kevin.

“Iya. Jangan malem-malem ya pulangnya. Besok Ify sekolah,” pesan Rere.

“Iya Tante,”

“Daa Ma.”

Sesuai permintaan Ify, mereka mampir dulu ke rumah Alvan. Dia sudah membaik dan Ify merasa lega. Setelah itu, Kevin kembali melajukan mobilnya menuju suatu tempat.

“Kita mau kemana sih Vin?” tanya Ify yang menyebut nama dengan normal.

“Ke kampus,” jawab Kevin.

“Kampus? Mau ngapain?” Ify terheran.

“Ya main aja. Siapa tahu besok kita sekampus,” jawab Kevin yang tersirat harap.

ALKASA✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें