[19] Salah Paham

35 3 0
                                    

Hampir pukul 9 pagi, Ify masih sibuk menata barang-barang yang akan dibawa ke villa. Tidak banyak yang dibawa tapi dia tidak mau ada barang yang terlewat. Satu tas ransel tidak terlalu besar adalah pilihan yang tepat.

Nada dering ponsel Ify berbunyi. Dia melihat sekilas, mengusap layar, dan menempelkan ke telinganya.

“Halo Zen, kenapa?”

“Fy, kayaknya lo duluan aja ya ke rumah Kak Aksa. Nanti gue nyusul,” ucap Zenia di ujung sana.

“Ooh, emang lo mau ngapain?”

“Ini, mama gue minta ditemenin belanja bulanan dulu.”

“Okelah, gue duluan,”

“Iya, hati-hati ya!”

“Oke, bye Zen.”

Tuuut… Panggilan berakhir disusul beberapa pesan masuk.

Kak Aksa_Mahendra:
Fy, kamu langsung ke sini aja ya.
Maaf, Kak Aksa ga bisa jemput.

IfyAliyaza:
Oke Kak, nggak papa.
Bentar lagi aku otw.

Ify melihat pantulan dirinya di cermin sebentar. Celana jeans dan hoodie biru muda dengan rambut tergerai sebahu. Ify tampak cocok dengan penampilannya itu.

Ify keluar rumah dan berjalan menuju halte. Tidak terlalu jauh tapi tidak dekat juga. Cukup keluar keringat untuk sampai kesana. Tidak ada yang bisa mengantarnya, karena Rere ada kepentingan dan sudah pergi sejak pagi.

***

Suasana teras rumah Aksa ramai oleh obrolan dan bercandaan ringan. Zenia baru saja sampai lalu menanyakan di mana Ify, karena Ify belum tampak hadir di sana.

“Ehem… Pagi semuanya,” ucap seseorang yang baru datang dengan nada rendah.

Erik, Andrew, Reka, Sasya, Meira, dan Zenia menghentikan semua kegiatan. Mereka tampak kompak karena diam mematung.

“Ify! Lo dari mana aja? Muka lo pucet lagi! Dan lo kok bareng Kak Satria?” Zenia panik sekaligus heran. Tak ada tanda-tanda Ify akan menjawab.

“Sat, lo kenapa bisa bareng Ify? Curigesyen gue,” ucap Erik sok jadi bule salah kaprah.

“Lah, belom apa-apa udah ditikung aja si Aksa,” celetuk Reka yang mendapat pelototan dari Satria. Ify masih tak bersuara.

“Aksa di mana?” tanya Satria pada siapa saja yang bisa menjawab.

“Fy, lo sama cewek-cewek dulu ya,” ucap Satria mengarahkan. Ify mengangguk pelan.

Guys, yang cewek-cewek! Bawa Ify ke dalem dulu ya,” titah Satria.

“Kenapa sih Kak? Lo cerita dulu dong!” pinta Sasya.

“Nanti ya. Ikutin dulu omongan gue.” Akhirnya mereka menurut.

“Terus ini Aksa sama Bela kemana?” tanya Satria lagi. Kali ini dia tampak menahan kesal.

“Tenang dulu Sat. Lo kenapa sih?” Erik mencoba menenangkan.

“Mereka kemana? Pergi berdua?” Kali ini Satria setengah berteriak.

“Iya, mereka pergi. Tadi Bela minta ditemenin ke minimarket. Beli cemilan katanya. Udah dari tadi sih sebenernya. Nggak tahu juga kenapa belum balik sampe sekarang,” jelas Andrew.

“Heh,” senyum Satria tampak meremehkan.

Di sela-sela kebingungan dengan sikap Satria, terdengar deru motor Aksa dan Bela duduk manis di belakangnya. Mereka turun dari motor dengan tawa kecil menghiasi mimik wajah mereka. Wajah Satria memerah menahan amarah.

“Dari mana lo?” tanya Satria datar tapi terlihat jelas dia siap menghajar Aksa.

“Weh santai bro! Gue abis nemenin Bela belanja. Terus mampir main bentar,” jawab Aksa santai.

“Itu alesan lo nggak bisa jemput Ify? Huh?” Tangan Satria sudah mencengkeram kerah baju Aksa sekarang.

“Apaan sih lo? Dia juga nggak papa nggak gue jemput!” Aksa melepaskan tangan Satria dari bajunya.

“Dia nggak papa karena gue yang bawa dia ke sini!” Nada bicara Satria semakin naik.

“Oh, jadi lo juga ada rasa sama dia? Temen macam apa lo?” Bicara Aksa ikut meninggi.

“Eh udah-udah! Bisa kan diomongin baik-baik. Nggak perlu pake berantem!” Andrew menengahi.

“Cek hp lo!” perintah Satria

“Mau apa?”

“Cek hp lo sekarang!”

Aksa mengambil ponselnya di dalam saku dengan kasar. Dia terbelalak mendapati 20 pesan dan belasan panggilan tak terjawab dari Ify.

“Dan lo boleh nuduh gue setelah lo liat Ify di dalem.” Satria mencoba tenang. Aksa berjalan ke dalam masih dengan kekesalan yang memuncak.

Flashback

Pagi yang sedikit terik, Ify masih dalam perjalanan menuju halte. Kompleks rumahnya memang menjadi sepi karena weekend. Kebanyakan dari mereka pasti liburan ke luar kota, seperti yang akan dilakukannya sekarang.

Angin sejuk masih sedikit terasa diiringi cuitan burung nan bersahutan. Ify menikmati berjalan kakinya itu dengan senyum riang. Namun, perlahan senyumnya menghilang. Tiba-tiba perasaannya berubah tidak enak. Dia memainkan ponselnya asal untuk sekedar menepis pikiran buruknya. Dia memutuskan untuk menelpon Aksa. Tidak ada jawaban. Mengirim spam pesan pun tidak ada yang dibalasnya.

Melewati kebun kosong yang di pinggirnya terdapat pohon-pohon nan rimbun membuat Ify semakin merinding. Dia terus mencoba menelpon Aksa dan mengirim pesan berulang kali. Nihil. Ify tak berani menoleh ke belakang, sampai akhirnya…

“Eh, halo cantik!” Ify berteriak kaget. Laki-laki bertopeng itu kini mencekal tangan kanannya.

“Lepasin gue!” Ify lepas dari cengeraman laki-laki itu dan berusaha lari tapi gagal. Kini orang yang mengepungnya bertambah dua orang.

“Mau kemana sih cantik? Sendirian aja? Mending temenin abang yuk!” ucap salah satu di antara mereka yang menggunakan topeng badut menyeramkan.

“Kalian siapa? Tolong!” Ify mulai berteriak.

“Nggak ada yang bakal nolongin, tenang aja! Ikut!” Orang-orang itu menarik Ify dengan kasar.

“Lepasin gue! Tolong! Lepas!!!”

Ify memberontak tapi tenaganya kalah besar. Ditambah, laki-laki dengan topeng bergaya joker itu memukul bagian belakang leher Ify dan membuatnya terhuyung. Ify hampir pasrah. Saat laki-laki bertopeng model anonymous tertelungkup karena sebuah serangan, Ify sedikit punya harapan.

“Lepasin dia!” perintah lelaki yang masih menggunakan helm. Namun, dia malah diserang. Di luar dugaan tiga lelaki itu bisa dikalahkan olehnya. Mereka kabur begitu saja dan lelaki bak malaikat penolong Ify itu melepas helmnya.

“Kak Satria?” Ify masih bergetar takut.

“Lo nggak papa?” Satria menghampiri Ify yang tampak pucat. Ify mengangguk pelan.

“Makasih banyak Kak. Aku nggak tahu kalua misal—”

“Sshh… udah. Mau ke rumah Aksa kan? Bareng gue aja,”


♡´・ᴗ・'♡
fila_da

Jadi gitu.. Wkwk
Vomment nya kaka :b

ALKASA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang