[7] "Dia butuh saya!"

62 6 0
                                    

Ify menerobos lorong kosong bagai kesetanan. Dia tidak mempedulikan orang-orang yang memandangnya aneh. Yang ada dipikirannya hanyalah sampai di ruang rawat Aksa dan memastikan bahwa pasien di dalamnya baik-baik saja.

Ify berhenti tepat di depan ruang rawat Aksa, begitu mendapati dua orang wanita yang ditemuinya waktu itu terlihat menangis.

"Permisi Tante, gimana keadaan Kak Aksa?"

"Kenapa kalian di luar?"

"Kak Aksa kenapa?"

"Tante jawab!"

Tanpa disadari air mata sudah mengalir tenang di pipinya. Tak mau menunggu lebih lama, Ify mencoba masuk ke ruangan Aksa.

"Heh! Bisa nggak jaga sikap!? Huh?"

Gadis di samping mama Aksa menarik tangan Ify keras.

"Lo ngapain lagi kesini? Mau bikin Kak Aksa terluka lagi? Iya?"

"Nggak puas lo bikin Kak Aksa sampe masuk rumah sakit huh?"

"Kalo sampe terjadi apa-apa, lo akan terima balasannya!"

Ify mematung bersama pembelaan yang tak sempat dia utarakan. Tangisnya pun kini tanpa suara.

"Bela udah Bela. Udah biarin aja."

Disela isakannya, mama Aksa mencoba meredakan situasi yang semakin memanas.

Ify merasakan sesuatu yang aneh. Bukan karena hawa rumah sakit yang selalu memberikan kesan berbeda, tapi hal lain. Ada sesuatu yang menghantamnya berkali-kali dan membuat badannya terhuyung. Ify mendekat ke tembok lalu mencoba fokus.

Jika saja ada yang memperhatikan, raut wajah Ify sekarang terlihat sedang menahan amarah. Bagaimana tidak? Ify melihat di dalam ruangan Aksa, hantu wanita yang mengganggunya kini tengah mempermainkan Aksa yang sedang tidak bisa mengontrol dirinya sendiri terhadap 'mereka'. Sosok itu sekarang seolah sedang mengejeknya.

Tanpa pikir panjang Ify menerobos masuk tapi segera ditahan Bela.

"Lo mau ngapain sih!?"

"Kak Aksa butuh gue! Gue harus masuk sekarang!"

"Jangan mimpi lo bisa masuk!"

Ify semakin memberontak dan dia berhasil menghalau Bela dari hadapannya.

Begitu masuk, Ify terlonjak melihat Aksa yang mengejang dan dokter serta beberapa suster tengah menanganinya. Benar saja. Sosok wanita itu tengah cekikikan di atas raga Aksa. Sedangkan sukmanya entah di mana. Ify yakin, pasti ini ulah sosok wanita jahat itu.

Melihat Ify mendekat, dia kembali diusir keluar oleh suster yang ada di sana. Ify kembali memberontak.

"Sus, saya harus menolongnya Sus. Dia butuh saya!"

"Maaf Mbak, pasien sedang ditangani dokter. Jadi silakan Mbak keluar dari sini!"

"Enggak Sus. Dia butuh saya! Biarin saya membantunya!"

Dua suster menjagal Ify tapi dia tidak menyerah. Beberapa kali dia melawan dan akhirnya lolos juga. Dia segera memegang erat tubuh Aksa dan mulai berteriak memanggil Aksa.

"Kak! Kak Aksa fokus Kak!"

"Kak Aksa kembali Kak! Aku bakal bantu Kak Aksa!"

Ify mulai memejamkan matanya berusaha fokus. Tak lupa bersamaan dengan itu dia merapalkan doa-doa yang bisa membantunya.

"Kak Aksa kembali Kak! Aku di sini buat Kak Aksa. Makasih Kak udah jagain aku. Maaf aku terlambat dateng. Kak Aksa ayo balik Kak!" Ify kembali meracau sambil terus berdoa.

Uhukk... Uhukkk...

Aksa terbatuk seolah ada sesuatu yang menyangkut di tenggorokannya. Ify melepaskan tangannya dari tubuh Aksa perlahan. Dia terduduk lemas sekaligus lega di kursi di samping ranjang Aksa. Dia dipapah ke sofa di ruangan itu juga. Selanjutnya, dokter memeriksa keadaan Aksa lebih lanjut.

"Mbak tunggu di sini sebentar ya."

Ify mengangguk pelan.

Setelah beberapa saat, pemeriksaan terhadap Aksa selesai. Dokter mulai berjalan keluar.

"Gimana keadaan anak saya, Dok?"

"Kita hampir saja kehilangannya. Tapi sekarang kondisi anak Ibu sudah stabil. Namun, sejujurnya saya heran. Sepertinya anak Ibu pulih bukan karena medis, tapi hal lain. Dan sepertinya, gadis tadi yang sudah membantu anak Ibu."

Ify tersenyum penuh kelegaan mendengar obrolan mereka di luar. Baginya, semua ini adalah kuasa Tuhan karena telah menjaga Aksa.


♡´・ᴗ・'♡
fila_da

Wuaa... Begitu. Vomment boleh lah yaa. Wkwk

ALKASA✔Where stories live. Discover now