13. [Pra Beautiful Nerd] - Sehari Bersama Kenio

4.4K 737 7
                                    

Aku merapikan kemejaku dan mengucir rambutku dengan kucir rambut pita permberian Kenio beserta dengan penjepit rambutnya. Aku tersenyum menatap kaca. Semoga hari ini akan menjadi hari penentu masa depan cerah bagiku. Radith saja sudah menentukan pilihan untuk mengambil jurusan apa saat kuliah nanti, sementara aku masih bimbang. Jadi, hari ini aku memutuskan untuk melakukan tes minat dan bakat yang diselenggarakan salah satu lembaga psikologi di Perguruan Tinggi Negeri.

Aku meraih tas selempangku kemudian beranjak turun. Keadaan rumah sedang ramai dan ribut. Papa terlihat berjalan mondar-mandir sambil menelepon. Nada suaranya terdengar kesal campur cemas.

"Kalau saya nggak berangkat dalam waktu setengah jam lagi ke bandara, saya akan ketinggalan pesawat. Ini proyek yang sangat penting. Bapak jangan main-main."

Aku berjengit menjauhi Papa kalau beliau sedang berurusan dengan bisnisnya. Kupandangi Mama yang sedang memegang jas Papa seraya memerhatikan Papa dengan raut cemas dan panik.

"Papa kenapa, Ma?" tanyaku bingung. "Radith sudah turun belum?"

Mama hanya menggeleng seraya menempelkan telunjuk ke bibirnya. Aku beralih duduk di sofa ruang keluarga semenara menunggu Radith. Hari ini Radit yang akan mengantarku ke depok sesuai rencana awal. Begitu Papa mengakhiri pembicaraan, Mama langsung menghampiri Papa.

"Jadi gimana, Pa?"

"Papa diantar Radith aja, deh. Kalau nggak Papa bisa ketinggalan pesawat. Radith mana? Radiitthh...." Papa melongokkan kepalanya ke atas mencari-cari sosok Radith yang kemungkinan masih bersembunyi di gua batu alias kamarnya.

"Radith kan mau nganter Adis ke Depok, Pa," kataku dengan raut bingung. Mendengar suaraku, Papa menurunkan pandangannya kepadaku.

"Oh iya, ya? Gimana, ya?" Papa menggaruk-garuk pelipisnya bingung.

Tiba-tiba saja Radith muncul, menuruni tangga dengan secepat kilat. Dalam satu kedipan mata anak itu sudah bergabung dengan kami.

"Ada apa ini?" tanya Radith penasaran.

"Kamu antar Papa ke Bandara ya, Dith. Tapi, Adis gimana ya...?" Papa kembali berpikir.

"Aku minta tolong Ken yang antar Adis ke Depok, deh. Nggak jauh ini," kata Radith santai kemudian sebelum aku sempat memprotes idenya dia sudah keburu menjauh untuk menghubungi Kenio. Lima menit berbicara di telepon, Radith sudah kembali lagi bergabung bersama kami dengan membawa solusi.

"Ken bersedia untuk nganter Adis. Dia sudah berangkat dan masalah terselesaikan." Radith berkacak pinggang dengan bangga.

"Kalau begitu, sekarang cepat kamu siapkan mobilnya. Nanti Papa terlambat," ujar Papa terburu-buru seraya meraih jasnya di Mama. Tak lupa Papa mencium keningku dan memberikanku semangat sebelum ia berangkat.

"Jangan panik, ya, Nak. Ini bukan ujian. Kerjakan apa adanya saja," pesan Papa yang kujawab dengan anggukan.

Papa dan Radith pun pergi. Kini tinggal aku, Mama, dan Mbak Asih tertinggal di rumah.

Mama ikut menyandarkan tubuhnya di sofa di sampingku. Setelah Papa berangkat, Mama seakan baru bisa bernapas lega. Dia mengusap-usap kepalaku sambil tersenyum.

"Semangat tesnya ya, sayang." Kemudian perhatian Mama tertuju pada penjepit rambut di kepalaku. "Kamu cantik pakai penjepit ini. Beli di mana?"

"Oh ini... hm... kado dari Kenio," jawabku jujur.

Mata Mama membulat seketika. "Kenio?" Aku mengangguk. Tiba-tiba saja Mama tertawa kecil seraya menggeleng-geleng disusul dengan suara klakson motor di luar pagar rumah kami.

Beautiful NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang