9. [Pra Beautiful Nerd] - Keputusan Papa

4.5K 730 2
                                    

Aku menyilangkan kaki. Mataku sibuk menekuni novel impor jadul milik Papa yang menceritakan tentang perjalanan sekelompok mafia. Sebenarnya bukan jenis bacaanku, sih, tetapi belakangan ini aku memang lagi kekurangan bahan bacaan. Tubuhku bersandar pada lengan Papa yang sedang serius menonton berita di televisi. Perut kami sama-sama terasa penuh setelah menghabiskan makan malam dalam porsi lumayan banyak. Bagaimana tidak? Mama membuatkan tongseng yang merupakan makanan kesukaanku dan Papa. Setengah isi panci masuk ke dalam perut kami. Sisanya tentu saja Radith, yang kini terbaring tak berdaya di atas karpet sembari menepuk-nepuk perutnya yang membuncit.

"Dit, kamu Jumat bawa mobil ke car wash, ya? Papa ada undangan Sabtu besok."

"Yang mana, Pa?" tanya Radith sambil menurunkan layar ponsel dari wajahnya. "Oscar atau Jay?"

Oscar adalah sebutan untuk Camry milik Papa sementara Jay adalah Pajero yang biasa digunakan apabila kami akan melakukan perjalanan jauh. Satu lagi Poppy, Jazz putih kesayangan Radith yang paling sering digunakannya untuk berkencan.

"Papa pinjam Poppy kamu aja. Biar ringkas."

Raut wajah Radith seketika hendak memprotes. "Sabtu kan jatahnya Radith malam mingguan, Pa."

Papa tak mau repot-repot memalingkan wajahnya dari layar televisi. "Kamu suruh Kenio dan teman-temanu yang lain saja main ke sini."

Aku tak kuasa menahan kekehan pelanku, mensyukuri nasib tak beruntung Radith. Papa tak tahu saja anak lelakinya itu sudah sering gonta-ganti teman kencan perempuan. Kalau sampai tahu, tamat sudah riwayat Radith. Masih ABG bau kencur aja centilnya setengah mati!

"Kalau gitu, aku pinjam Jay," ujar Radith memberengut.

"Jay sudah dijadwalkan untuk ganti oli hari Sabtu."

"Oscar?"

"Oscar itu mobil operasional kantor. Tidak boleh digunakan sembarangan untuk keperluan pribadi," jelas Papa dengan nada tenang.

"Oh, ya ampun... kayaknya hari Sabtu aku perlu pergi ke toko buku deh. Aku butuh latihan soal matematika untuk persiapan olimpiade bulan depan." Sengaja aku menimpali obrolan mereka dengan mengompor-ngompori Papa untuk mengusili Radith. Rasain. Memangnya dia pikir dia saja yang bisa menjahiliku?

"Nanti kamu diantar Radith aja setelah ganti oli Jay."

Aku terkikik geli melihat delikan tajam Radith kepadaku. "Oke deh, Pa!"

Radith mendengus sebal. Ia kehabisan akal untuk membujuk Papa sehingga ia memilih untuk diam dan memainkan ponselnya kembali. Aku kembali menekuri buku di tanganku. Lima menit kemudian Papa memulai kuliah malamnya.

"Kamu sudah memutuskan mau kuliah di mana dan ambil jurusan apa, Dith?"

"Hm... Aku mau ambil Ilmu Komputer. Menurut Papa bagaimana?"

"Bagus. Sudah cari beberapa referensi kampus?"

"Sudah. Aku berencana untuk kuliah di Massachusetts Institute of Technology."

"Massachusetts?" Aku menyuarakan keterkejutanku. Posisiku yang semula bersandar pada tubuh Papa pun langsung berubah tegak. "Itu kan jauh banget."

"Memang," sahut Radith santai. "Aku mau kuliah ke luar negeri."

Papa menganggut-anggut tenang. "Kalau Adis, bagaimana?"

"Aku...." Aku menunduk kebingungan. Sejujurnya, untuk masalah seperti ini aku belum benar-benar memikirkannya dengan matang. Aku sempat mencari beberapa pilihan jurusan kuliah yang sekiranya menarik minatku, tetapi belum dapat memutuskan dengan pasti seperti Radith.

Beautiful NerdМесто, где живут истории. Откройте их для себя