[Beautiful Nerd] - Sekte Manusia Rupawan

1.8K 290 14
                                    

Dia sudah datang. Waktu aku menuruni anak tangga dalam keadaan rambut setengah basah setelah mandi pagi, tampak Kenio sedang duduk di ruang keluarga sambil mengobrol bersama Papa. Apapun yang sedang mereka bicarakan, Kenio tampak sangat tertarik.

Kurasa, aku tahu kenapa Papa sangat menyukai lelaki ini. Selain pintar, mereka memiliki ketertarikan yang sama terhadap dunia bisnis. Ken bahkan hanya melirikku sekilas ketika aku berbelok di depannya menuju dapur.

LIHAT! Dia lebih memilih mendengarkan penjelasan Papa mengapa pergerakan harga saham belakangan ini kurang bagus. Memang cocok menjadi menantu idaman Papa dan Mama.

Aku membiarkan Ken dan Papa meneruskan orolan mereka dan memilih memantu Mama di dapur. Mama sedang mengaduk adonan pisang goreng untuk sarapan.

"Sini kubantu, Ma," tawarku kepada Mama. 

"Nah, kebetulan. Mama mau buat roti panggan kesukaan Kenio dulu." Mama menyerahan wadah berisi adonan di tangannya kepadaku begitu saja.

Aku memandang Mama nyaris tak berkedip. Lihat kan sekarang siapa yang jadi anak kesayangan orang tuaku?

Meski kurang pandai memasak, ini bukan kali pertama aku menggoreng pisang. Jadi, kemungkinan hasil pisang goreng ini gagal mungkin nggak terlalu tinggi. Aku selalu ingat mama berpesan, jangan gunakan api yang terlalu besar dan cukup digoreng hingga berwarna kuning keemasan, jangan sampai berwarna coklat.

Kloter pertama selesai digoreng, aku menaruhnya ke atas piring yang telah disediakan Mama. Kutaruh hasil gorenganku yang 85% sempurna itu di atas meja bar. Ketika aku sedang menatanya di sana, Kenio datang dan kulihat Papa masih di tempatnya sibuk membaca koran.

Kenio menghampiriku sambil tersenyum. Pagi-pagi begini, dia sudah terlihat tampan dan rapi, wangi lagi. Persis laki-laki yang mau datang berkencan. 

Tangan Kenio terulur merapikan rambutku yang berantakan lalu menyilangkan tangannya di atas meja, memandangiku sementara aku pura-pura sibuk menata makanan.

"Awas, gorenganmu gosong tuh," katanya.

Aku menoleh sekilas dan melihat pisang goreng dalam wajan masih dalam kondisi setengah matang.

Aku melirik Ken malas. "Aku memang nggak pandai memasak. Nggak tahu deh kalau Arianda mungkin selain cantik pandai memasak juga."

Kenio seketika menyemburkan tawa. Aku berbalik menuju dapur untuk melanjutkan sesi menggoreng pisang. Kenio mengikuti langkaku ke sana.

"Jadi, pacarku masih ngambek?" Aku memilih diam, tak menjawab. "Aku lupa kapan terakhir kali mencicip masakan Rianda, tapi kayaknya lebih enak pisang goreng ini."

Aku menoleh dan melihat Kenio ternyata sedang lahap menikmati pisang goreng buatanku.

"Kebetulan yang bikin adonannya Mama sih. Aku cuma kebagian menggoreng. Jadi, pujian itu lebih tepat kamu berikan ke Mama," jawabku masih berusaha untuk tidak tergoda melihat wajah tampan Ken yang sepertinya baru dicukur pagi ini.

"Sayang..." Ken memanggilku dengan suara yang sangat lembut. Bagaimana mungkin aku tidak luluh untuk tidak menoleh ke arahnya?

Sesudah aku mengangkat kloter pisang goreng terakhir itu, aku melepaskan celemek yang kukenakan dan berkacak pinggang menatap Ken. Ia masih menatapku seraya tersenyum menyiratkan rasa penyesalan dan permintaan maaf.

Aku mengalihkan pandanganku dan beralih menata pisang kembali ke atas piring di meja. 

"Bapak Kenio, permintaan maaf Anda masih dalam proses dan status Anda saat ini masih dalam masa percobaan hingga kasus selesai."

Kenio tertawa dan mengekoriku menuju meja makan. "Fine. Apapun permintaan kamu, Adis."

Sesudah menaruh makanan di meja, aku memberikan isyarat kepada Ken untuk berbicara di gazebo belakang dan membawa beberapa potong pisang goreng untuk menemani diskusi kami.

Beautiful NerdOnde histórias criam vida. Descubra agora