4. Republish - Apa Aku Lupa Bilang Kalau Olah Raga Juga Bukan Keahlianku?

15K 1.7K 36
                                    

Sial Kuadrat. Aku terpilih menjadi tim futsal putri untuk Galaxy Cup yang akan dimulai besok. Siapapun yang mengusulkanku untuk ikut bertanding futsal pasti tidak pernah melihatku bermain sepak bola. Aku dan bola itu ibarat Radith bermain masak-masakan. Dengan bagian tubuh manapun aku menyentuhnya, kami tetap tidak berjodoh. Benda itu tidak pernah mau menurut kepadaku. Belum lagi nyeri di keningku hilang, aku sudah harus memikirkan bagaimana caranya mengeluarkan diriku dari tim tersebut. Beruntung aku tidak mendapat benjolan sebesar bola ping-pong di keningku.

Aku mengusap keningku pelan sambil berjalan dengan begitu hati-hati di sepanjang koridor menuju kantin. Kupingku tak sanggup mendengar wejangan Mama kalau sampai aku terjatuh lagi. Semalaman saja hingga pagi tadi ketika aku ingin berangkat sekolah, Mama tak hentinya memperingati agar aku tidak berlari di koridor dan selalu berhati-hati. Kasihan Radith yang ikut terkena omelan Mama karena dianggap lalai menjagaku. Padahal Radith sama sekali tak bersalah.

Perutku berbunyi. Tanda aku harus memanjakannya dengan sepiring nasi padang. Mata pelajaranku setelah ini adalah Fisika. Bagus, setidaknya aku nggak akan tertidur di kelas setelah makan dalam porsi besar. Semua energiku akan kugunakan untuk berpikir. Semoga materinya bukan Kinematika Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan.

Aku melangkah riang menuju kios masakan padang Uda Hafiz. Antreannya lumayan panjang, jadi aku harus bersabar sebentar. Sementara mengantre, aku memandang ke sekeliling kantin untuk mencari teman yang sekiranya bisa kuajak makan bersama. Biasanya anak-anak klub matematika suka berkumpul untuk makan siang sambil membahas penjelasan Kak Putri pada pertemuan sebelumnya. Mereka lebih senang membawa bekal. Namun, hari ini aku tak menemukan Intan, Razak, Mail, Daisy ataupun Priska di meja pojokan dekat kolam ikan. Biasanya mereka yang paling sering makan di kantin.

Aku melihat Lova dengan beberapa teman sekelas yang sering bersamanya. Aku ingin melambaikan tanganku kepada Lova, tapi sepertinya dia sedang sibuk berbicara. Sibuk sekali sampai ia tidak mau menengok sedikit pun ke arahku. Oke, lagipula ide makan bersama dengan anak-anak cantik itu hanya akan mengundang tanda tanya di benak orang-orang. Aku juga tidak mengerti topik apa yang sedang dibicarakan "anak-anak cantik" selagi makan siang seperti ini. Mungkin tips-tips untuk mendapatkan perhatian cowok yang mereka taksir.

"Adis!"

Aku memutar kepalaku ke bagian utara kantin. Dari suaranya aku tahu kalau orang yang memanggilku adalah Radith. Radith melambaikan tangannya kepadaku. Dia duduk hanya beberapa meja dari tempatku berdiri. Aku geleng-geleng kepala melihat seragam Radith yang sudah keluar jalur. Dasinya hilang dan kemeja putihnya keluar dari celana (kalau yang ini dari rumah memang sudah begini. Radith hampir tak pernah mau memasukkan kemejanya ke celana kecuali saat upacara atau ada keperluan ke ruang guru). Dengan gerakan tubuhnya, ia mengisyaratkan kepadaku untuk bergabung dengannya dan tiga orang anak basket lain—Indra, Adam, dan Erwin. Aku memberikan tanda persetujuan dengan jempolku secara singkat karena telah tiba giliranku untuk memesan.

Aku membawa piringku menuju meja Radith. Hati-hati, sekali lagi aku memperingkatkan diriku sendiri. Namun sepertinya hari ini aku mesti bernasib sial sekali lagi. Kakiku tersandung, entah apa, sepertinya kaki siswa lain. Tubuhku berputar lambat. Untungnya, Oh Tuhan, seseorang menyelamatkan piring nasi padangku agar tidak terlempar. Piringnya selamat, tapi bokongku tidak. Rasa memar menjalar sampai ke punggungku. Ouch.

Aku memandang sebal segerombolan siswi yang tampak menikmati pemandangan kecerobohanku. Mereka tertawa terang-terangan. Aku memalingkan wajahku, melihat siapa pahlawan penyelamat nasi padangku. Tak disangka-sangka, orang itu lagi-lagi Kenio. Dia memegang piringku layaknya pramu saji rumah makan padang dan menunduk dalam-dalam agar bisa menolongku. Tangan Kenio terjulur hendak membantuku berdiri.

Beautiful NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang