Storm 폭풍

686 104 41
                                    

"Sampai kapan kau mau memandangi ku terus seperti itu?" Ini sudah seperempat jam berlalu dan Rize mulai terganggu dengan Jungkook yang tak henti menatapnya dengan senyuman gila, itu sangat menganggu.

Terlebih lagi perpustakaan sedang dalam kondisi ramai, Rize selalu mendapati para murid mencuri pandang kearah meja mereka sebelum akhirnya berbisik tak jelas.

Menopang kepalannya menggunakan satu tangan, Jungkook menggelengkan kepala. Jungkook sendiri juga heran kenapa ia tak pernah bosan memandangi Rize. Sejak pulang dari kediaman Rize kemarin malam cengiran Jungkook tak kunjung berhenti terutama saat melihat sosok gadisnya didepan mata.

Rize jadi menyesal sendiri akan tindakannya karena Jungkook jadi semakin gila seperti ini. Yah, mau bagaimana lagi sudah terlanjur. Walaupun terkadang ia dibuat pusing pada tindakan Jungkook, Rize bahagia Jungkook dapat membuatnya tertawa lagi.

Usai dengan bukunya, Rize berdiri guna mengembalikannya pada tempat semula dan dengan begitu pula Jungkook mengekor dari belakang seperti anak ayam. Rize kembali menghela nafas tak tahu harus bagaimana. ini terlalu berlebihan.

"Jungkook," panggil Rize lelah terdengar memohon. 

Yang dipanggil tak merasa bersalah sedikitpun, berdiri di samping Rize sambil bergaya memilah buku dan Rize yakin Jungkook tidak benar-benar membacanya. Bersandar pada lemari besar di sana Rize menggaruk kepalanya pusing, sudah hampir empat hari ia dalam kondisi seperti ini.

"Apa kau tidak lelah." Rize melipat kedua lengannya memerhatikan pribadi disampingnya yang sok sibuk dengan buku.

"Lelah untuk apa?" Nada polos mengalun lancar dengan mata bulat yang berkedip pelan, obsidian itu sukses membuat Rize menelan kekesalan yang ingin ia lontarkan. Astaga, baru kali ini Rize merasa dikerjai habis-habisan.

Rize kembali menyandarkan kepalanya pada rak buku dan menghadap Jungkook dari arah samping. "Kenapa aku merasa kau sangat posesif akhir-akhir ini." Rize berterus terang berhasil mengalihkan perhatian Jungkook.

"Tentu aku harus seperti itu, kau lihat sendiri banyak sekali pria lain yang tidak tahu diri berusaha dekat dengan mu ... aku ini pacarmu tahu?" Sebenarnya apapun alasan yang Jungkook lontarkan sama sekali tidak merubah pendapatnya tentang tindakan berlebih Jungkook.

Rize sudah cukup terbiasa dengan me time nya di perpustakaan yang sekarang menjadi omong kosong belaka karena Jungkook tak membiarkannya sendiri.

"Itu berlebihan, aku bahkan tidak melarang mu dekat dengan siapapun." balas Rize kesal.

"Itu karena..." perkataan Jungkook terhenti setelah menyadari hal ganjil pada kalimat Rize. "Tunggu. Kau tidak cemburu saat aku dekat dengan yang lain?" Rize mengangkat bahu singkat dan menggeleng.

"Tidak, untuk apa aku cemburu?" Dengan mulut sedikit menganga tak percaya Jungkook mengarahkan tatapan tajamnya pada Rize.

Kalau di pikir-pikir memang benar, Rize sangat jarang bertanya padanya tentang gadis yang pernah dekat dengannya. Bahkan terkesan tidak peduli saat beberapa kali ia berbicara pada gadis lain.

Rize sendiri juga tidak terlalu suka bersikap posesif  dan membatasi hal yang ingin Jungkook lakukan. Namun hal ini menimbulkan selisih paham antara mereka berdua dimana Jungkook berpikir Rize tak peduli padanya.

"Kau yakin? Aku takut kau diam-diam menangis saat aku dengan gadis lain nanti." Rize tersenyum singkat. Entah kenapa yang dikatakan Jungkook sedikit lucu untuknya.

"Tentu aku yakin. lakukan apapun, aku tidak akan melarang mu." Jungkook  memainkan lidahnya sementara matanya senantiasa memerhatikan Rize. Hal ini menggangunya, bagaimanapun Jungkook ingin mendapat sedikit perhatian dari pacarnya. 

IfYou''dWhere stories live. Discover now