Dating 데이트

1.7K 181 29
                                    

Sore ini ketika senja menorehkan karyanya pada kanfas biru yang merubahnya menjadi gradasi warna jingga di angkasa. Jungkook sudah siap menyambut hari sempurnanya.

Kata tampan sudah tidak bisa jauh dari pemuda itu. Selalu ada, bahkan nyaris tidak pernah terlewat barang sehari saja. Berdiri gagah di samping motornya dengan degup jantung yang sudah susah payah ia tenangkan.

Hanya penampilan sederhana yang ia perlihatkan sore ini. Tidak terlalu mewah namun tetap terkesan berkelas. Jungkook menggunakan t-shirt putih dengan balutan jaket, setra jeans hitam berhiaskan rantai kecil. Bisa bayangkan bukan? betapa tampanya seorang Jeon Jungkook.

Selang beberapa menit. Rize datang, dengan penampilan yang tidak kalah dengan Jungkook. Sangat cantik meski hanya dengan crop top yang memperlihatkan perut kecilnya dengan celana pendek dan sepatu convers. Ah, dan jangan lupakan topi hitam yang menyempurnakan penampilannya. Pria normal seperti Jungkook tentu tidak bisa mengalihkan pandangan jika disugui hal seperti ini.

Rize terlihat begitu tenang. Sangat anggun dan tampak ganas disaat yang bersamaan. Jungkook bahkan bingung harus seperti apa lagi untuk menggambarkan seorang Yoon Rize. Bukan tipikal gadis nakal, juga bukan tipikal gadis manis atau bahkan gadis manja. Tentu tidak. Rize lebih rumit dari kriteria itu. Tapi yang jelas Jungkook suka.

"Lama menunggu?" tanya Rize begitu sampai di depan Jungkook yang masih melongo.

"Jeon?" tegurnya lagi kala menyadari tidak ada respon dari manusia di depannya ini.

Jungkook mengerjap lucu. Terkejut, saat menyadari Rize sudah ada di hadapannya. Jantungnya mulai bereaksi lagi, berdetak lebih cepat dari biasanya. Sungguh reaksinya diluar expetasi. Rize benar-benar berbahaya untuk kesehatan jantungnya.

"Ya. Tidak juga." jawab Jungkook. Berusaha untuk terlihat tenang.
"Jadi ... Kita akan kemana?"

Rize melepas topinya. Membenarkan tatanan rambutnya dengan sedikit mengacak lalu menyibakan surai panjang itu kebelakang. Melihat itu Jungkook menahan nafas untuk beberapa detik. Haruskah dia melakukan itu. Jungkook dibuat kalangkabut disini.

"Entahlah. Kita jalan saja dulu."

"Bagaimana jika kita makan dulu. Aku tau tempat yang bagus." kata Jungkook bersemangat.

"Bukan ide buruk."

Setelah memutuskan hal yang akan dilakukan. Jungkook kembali menaiki motornya dan memberikan satu helm kecil pada Rize. Rize menerima helm itu dengan baik, kemudian duduk diatas motor Jungkook.

Jungkook tersenyum diam-diam. Mengingat ini sudah kesekian kalinya Rize menaiki motornya, meski yang kedua kali bukan dia yang mengendarai.

Mesin kendaraan sudah menyala kemudian melaju meninggalkan tempatnya. Jalanan yang sepi membuat Jungkook mempercepat lajunya. Dan tanpa diduga ada tangan kecil yang berpegang erat pada pinggangnya. Tidak. Rize tidak memeluknya, hanya menggenggam erat jaketnya. Tentu Jungkook dibuat semangat karenannya dan melajukan motornya dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Cukup lama melewati berbagai tempat, tidak terasa Jungkook dan Rize sudah sampai pada tujuan. Tempat yang agak jauh dari kota dan terhindar dari kebisingan. Jungkook tahu selera Rize, ia yakin gadis itu tidak akan menolak.

Kedai yang terletak di pinggir kota yang dekat dengan pepohonan hijau dan danau. Berhiaskan lampu-lampu kecil yang tidak menyilaukan serta pemandangan luar biasa matahari sore yang di refleksikan oleh air danau. Siapa yang bisa menolak.

Kini mereka sudah duduk disalah satu kursi, sambil menikmati suasana sore yang tenang ditemani oleh dua cup besar americano dan vanilla latte. Sungguh Jungkook tak bisa menahan senyumnya dari tadi, tapi demi keamanan bersama dan tidak dituduh gila. Ia memilih menahannya susah payah.

IfYou''dحيث تعيش القصص. اكتشف الآن