Mine 나의것

916 132 43
                                    

Warning!

Dari sisi serta sudut pandang yang telah ia lihat dan alami Rize dengan sangat mudah menilai bahwa dunia itu kacau, memusingkan dan tak terduga. Terlebih lagi ia yang beberapa kali dipermainkan oleh kehidupan sampai membuatnya nyaris putus asa untuk kembali menghirup udara.

Kesehariannya rumit, rasanya seperti terhimpit dinding besar. Dari awal kelahirannya yang tidak diinginkan Rize harus melakukan segalanya dengan baik agar diterima walaupun pada akhirnya apa yang ia usahakan tak dilihat sama sekali.

Dibuang, di asingkan. Entah sudah berapakali hinaan yang ia terima dari orang-orang yang seharusnya memberinya kasih sayang. Tapi Rize tetap akan berterimakasih dan bersyukur karena dunia yang mempermainkannya juga berhasil menyadarkannya dari hal fana.

Bukan salahnya jika ia mulai berubah menjadi sosok dingin yang tak peduli lagi dengan sekitar, bukankan itu yang dunia inginkan sejak awal? Lalu kenapa setelah semua nasib buruk yang ia terima dengan sepenuh hati kata 'maaf' begitu mudah untuk dikatakan?

Baik Seoul maupun Osaka mendewasakannya begitu baik dan cepat dengan cara yang sedikit kejam untuk ukuran gadis berusia 5 tahun yang baru kehilangan sosok ibu. Berperantarakan Ayah dengan watak kelewat pekat pun keras serta dua saudara yang enggan menganggapnya bagian dari mereka.

Rize tertawa statis. Kurang lebih ia tidak menyangka penyesalan dapat menyentuh hati batu itu kendati ia juga tidak lagi membutuhkan belas kasih dari siapapun.

Setidaknya sekarang semua lebih mudah untuknya menjalani hidup karena dapat menerima dengan hati yang lapang walaupun masih terbesit pedih yang ia kubur dalam-dalam.

Rize juga tidak menyangka orang bengis sepertinya dapat mendapatkan kasih sayang serta perhatian yang notabennya asing baginya, pendatang baru yang masuk dalam kesehariannya melalui proses sosial yang sejujurnya membosankan.

Ia tak ingi bayangan gelap serta kosong menghantuinya kemudian membuatnya tersesat dan kembali kedalam keterpurukan. banyak yang menyayanginya ia harus tahu itu tak peduli meski ada beberapa yang berusaha kembali membuatnya jatuh.

Sekarang ia sedang melihat kebahagiaanya menanti di depan mata, tersenyum begitu manis sambil melambaikan tangan padanya. Rize meraih tangan hangat tersebut kemudian ikut berjalan bersama kebahagiaan yang kini tengah merangkulnya erat.

Rize menanamkan dalam benaknya ia akan berusaha sebisa mungkin agar tangan yang kini menggenggamnya tak terlepas. Lengkungan bibirnya semakin meninggi tatkala sosok tinggi itu menampakkan barisan gigi serta sapaan cinta yang di sajikan khusus untuknya. Ia baik-baik saja selama Jungkook bersamanya.

Langkah mereka yang sejajar dengan pesona penuh suka cita diraut keduanya mengundang orang lain mengarah pada mereka dan ikut melempar senyum.

Banyak yang iri, itu pasti. Karena yang dilihat orang lain ia adalah bentuk dari gambaran sempurna gadis yang sangat beruntung.

Bagi mereka kata sempurna meliputi kata cantik, pintar dan kaya. Rize maklum, itu memang aspek yang dapat membuat seorang pribadi merasa tercukupi. Tapi siapa yang mengira Rize sama sekali tak mendapat kebahagiaanya dari sana.

"Tidak mau melepas tanganku." Rize bersuara saat mereka sudah duduk pada bangku masing-masing di dalam kelas yang masih senggang.

Jungkook menggeleng dan meletakkan tangan Rize pada belah pipinya sebagi penghangat. Sang pemilik tangan hanya bisa menghela pasrah kemudian memberikan usapan pada pipi tembam itu sampai akhirnya berujung cubitan gemas membuat Jungkook mengaduh kesakitan.

"Kenapa harus cari pehatian di pagi hari, banyak orang yang menatap kita." Nampaknya yang di ungkapkan Rize mengundang ketidaksetujuan dari Jungkook, terlihat jelas dari gurat wajahnya.

IfYou''dWhere stories live. Discover now