Game 경기

1K 151 30
                                    

Semerbak hawa dingin memenuhi kota, merambat kesetiap dinding rumah hingga sang penghuni gemetar dan menggigil dibuatnya.

Namun hal itu sepertinya tidak berlaku bagi Rize karena ruangannya sudah terlindungi secara sempurna untuk menghadapi berbagai cuaca. Saat matanya terbuka untuk menyambut hari, secara acaib sudah ada secangkir coklat panas dengan marshmellow di atas mejanya.

Suhu kamar yang ditata sesuai untuknya, membuatnya tidak perlu merasakan dingin yang menusuk kulit. Tak lupa selimut tebal dan halus selalu siap menemaninnya setiap malam agar tidurnya tak teganggu.

Ini hanya sebagian kecil dari kemewahan yang ia terima. Rowoon terlampau patuh pada ayahnya, yang membuat Rize harus merasakan setiap fasilitas yang disodorkan di depan wajahnya.

Rize tidak ingin jadi orang naif, dia suka semua kenyamanan yang ia terima. Hanya saja ia tidak suka cara ayahnya yang seakan mengatakan uang bisa menyelesaikan segalanya.

Tapi setidaknya ia bisa berprilaku seperti orang normal saat disekolah. Ngomong-ngomong soal sekolah, ia jadi teringan dengan Jungkook. Masalah dengan orang itu belum selesai. Sebenarnya Rize sudah lelah terus menghindar, ia tahu Jungkook mencarinya untuk menunggu jawaban.

Sebaiknya aku jangan menghindar lagi ... Bersikaplah seperti biasa Yoon Rize,

"Nona? Anda sudah bangun?" suara ketukan pintu terdengar bersamaan dengan panggilan dari Rowoon.

Tanpa menjawab apapun, Rize bangkit dan bergegas menuju kamar mandi dan menyelesaikannya dengan cepat. Rize sudah terlihat rapi dengan seragam dan mantel musim dinginnya, kemudian berjalan menuju pintu dan menemukan Rowoon yang masih setia di depan pintu kamarnya.

"Sarapannya sudah siap. Soup italy dan roti kering, bubur gandum serta susu hangat." jelas Rowoon tentang makanan yang disiapkan untuk Rize.

Sekali lagi Rize tidak tidak menjawab satu katapun hanya diam dan terus berjalan. Rowoon sudah terbiasa dengan sikap Rize, memang seperti inilah Rize yang ia kenal sejak dulu.

"Jika nona sudah selesai, mobil juga sudah siap. Kita tinggal berangkat," terang Rowoon lagi

"Tidak. Aku berangkat sendiri," putus Rize acuh.

Sampai kapan ia akan diperlakukan seperti anak kecil. Ia juga ingin melakukan hal sederhana layaknya orang lain, ini sudah tujuh belas tahun dan tidak ada kebebasan sama sekali.

"Itu tidak mungkin nona, cuacanya sangat dingin. Tuan Jaehyun memerintahkan saya mengawasi nona."

"Itu benar sayang. Diluar sangat dingin," sambar suara lain dari arah belakang membuat Rize menoleh.

"Nanny?" panggil Rize terkejut. Saat ibu Rize meninggal Rize dirawat oleh pengasuh hingga saat ini. Tapi seingatnya pengasuhnya ini sudah pulang untuk merayakan natal bersama keluarganya.

"Nanny masih disini?"

"Tentu. Aku akan menemanimu saat malam natal sampai tahun baru. Kita akan bersenang-senang," wanita yang terbilang sudah tidak muda itu menjelaskan dengan nada penuh semangat pada Rize.

Mendengar hal itu entah kenapa Rize jadi muak. Jangan harap ia akan memberikan raut wajah girang dengan mata berbinar seperti anak usia lima tahun.

"Itu tidak perlu. Pulanglah nanny, aku yakin kau merindukan keluargamu."

"Tapi sayang__"

"Dengar. Kalian dibayar oleh ayahku hanya untuk membantu semua kebutuhanku, bukan untuk menemaniku saat natal ataupun pergantian tahun. Jadi tolong, berhentilah berpura-pura."

IfYou''dWhere stories live. Discover now