Broke 파산

1K 129 38
                                    

Panik serta takut melanda Rize saat Jeonghan menunjukan suatu hal yang bahkan tak pernah ia bayangkan hingga detik ini.

Kedua maniknya melebar tak percaya. Kaki serta tubuhnya ia tahan mati-matian agar tidak gemetar. Semua rahasianya, semua ketakutannya, berada di tangan yang salah.

"Dari mana kau dapat itu?" tanya Rize bergetar. Bahkan sekarang keringat dingin mulai menyapa punggung serta telapak tangannya.

Jeonghan tersenyum remeh kala menyadari bahwa Rize terlihat ketakutan seperti itu. Meskipun Jeonghan tidak terlalu suka cara yang diberikan Junho, tapi ia tidak punya pilihan lain. Mungkin ini satu-satunya cara yang dapat membuat Rize berada di sampingnya. Apapun itu, jika bisa bersama Rize itu sudah cukup untuk Jeonghan.

"Apa itu penting?" saut Jeonghan congkak, khas dengan tatapan angkuhnya.

"Mungkin ini sesuatu yang penting bagimu, jadi aku kemari untuk menunjukkannya ... siapa tahu kau lupa."

Rize memejam sejenak untuk meredam seluruh emosinya yang sudah tidak tertata, semua terasa campur aduk menjadi satu dan membuat dada menjadi sesak. Lelucon apa lagi yang takdir berikan untuknya.

"Tidak perlu basa-basi. Apa maumu sunbae?"

Untuk urusan angkuh dan licik Rize juga tidak mau kalah dari siapapun, maka dari itu Rize memasang posisi tegap dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Tak lupa raut wajah datar yang ia pasang sebagai topeng untuk menutupi rasa takutnya. Sangat berbeda 180° dengan beberapa menit lalu.

Tawa ringan Jeonghan terdengar setelah Rize mengajukan pertanyaan padanya. Ini dia Rize yang ia kenal, selalu to the point, cerdas, angkuh dan selalu terlihat kuat. Rize memang sosok gadis yang paling tepat untuk bersanding dengannya, bukan yang lain. Hanya Rize yang sempurna untuknya.

"Kau. Aku menginginkanmu, aku yakin kau sudah tahu itu."

Ini dia yang  Rize takutkan, dan yang paling menyedihkan dari ini semua adalah ia tidak bisa berbuat apapun.

"Baik, tapi aku butuh waktu." Jeonghan mengangguk paham, lagipula ia tidak akan memaksa Rise sejauh ini.

"Aku mengerti. Tapi aku punya syarat lain,"

Rize yakin Jeonghan sudah menyadari ketakutannya, dan itu bertambah parah saat pemuda di depannya ini mengambil satu langkah lebar untuk lebih dekat padanya kemudian berbisik.

"Jauhi Jeon Jungkook. Itu adalah syarat terakhirku ... dan aku tidak akan tanggung jawab pada apa yang akan terjadi padamu dan Jungkook jika kau melanggarnya."

Dan ini menjadi dua kali lebih buruk lagi. Benar-benar terjebak dalam kebingungan yang bahkan Rize sendiri tidak tahu jalan keluarnya. Namun lagi-lagi Rize tidak punya pilihan selain mengangguk paham. Karena Rize juga tidak mau Jungkook terlibat dalam masalahnya.

"Good girl, Rize. Kau tahu aku sangat menyukaimu, aku akan menjagamu lebih baik dari yang lain."

Saat tubuh gemetarnya direngkuh ke dalam pelukan Jeonghan, Rize hanya bisa diam dan menahan air mata. Perasaannya hancur tak karuan, tak ada lagi yang tersisa. Lalu dengan berat hati ia berkata.

Jungkook ... maafkan aku,

....

Rize nyaris tak dapat merasakan apapun setelah percakapannya dengan Jeonghan. Ia tak tahu emosi mana yang tengah ia rasakan, semuanya terasa begitu kompleks, begitu abu-abu.

Namun hal yang pasti saat ini lehernya seperti di cekik. Untuk berteriak pun tak mampu. Satu hal yang begitu menyiksa, Rize benci keadaan ini. Ia benci terlihat lemah, ia benci jika tak dapat melakukan apapun, ia benci menangis, dan yang paling Rize benci dari semua itu adalah. Ia benci dirinya sendiri.

IfYou''dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang