54 - Rachel Harriet

3.9K 805 150
                                    

Aku menghela napas panjang sebelum akhirnya meminum susu kotakku. Mataku melirik ke arah jam yang terpampang di dinding di atas papan tulis.

Jam istirahat baru saja dimulai

Syrennia telah melesat keluar kelas. Mau ketemu Flarage katanya. Alhasil, aku duduk sendirian di kursiku sembari memakan bekal yang kubawa dari rumah. Sesekali Dhemielmenghubungiku melalui chat, sekadar menanyakan pendapatku mengenai langkah-langkah berikutnya yang harus diambil.

Entahlah, otakku buntu. Banyak sekali pertanyaan yang menggunung di dalam pikiranku dan lebih buruknya, aku tidak mempunyai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Si gadis Frankenstein akhirnya kerap mendengarkan keluh kesahku ketika aku tidak bisa tidur saking banyaknya pikiran.

Kunjungan ke rumah Eros kemarin juga tidak banyak membantu. Kami nyaris setuju untuk meminta bantuan Xander, kalau bukan karena Flarage dan Hades menolak keras usul tersebut. Dari gerak-gerik Flarage, aku menyimpulkan bahwa dia khawatir Xander mengincar Syrennia, sementara untuk Hades sendiri aku tidak tahu kenapa dia menolak usul tersebut.

Haa... semakin kupikirkan kepalaku semakin sakit.

Aku pun melirik jadwal pelajaranku. Hm... habis ini pelajaran olahraga, materi basket. Sial, padahal aku ingin menghadiahi Eros dengan servis andalanku.

Setelah olahraga ada pelajaran PKn, lalu aku ada kegiatan di klub literasi sepulang sekolah. Kurasa aku bisa menumpahkan semua pertanyaan dan kekesalanku pada Hades nanti. Ah, benar juga. Seingatku, dia sekarang jadi sering membaca buku di rak bagian mitologi. Mungkin aku bisa mencari jawaban dari pertanyaanku di sana.

Kalau dipikir-pikir, aku ini yang paling menyedihkan. Aku hanya tahu nama asliku dan fakta bahwa aku adalah seorang penyihir. Selain dari itu, aku tidak tahu apapun tentang diriku sekeras apapun aku mencoba mencari tahu.

Syrennia telah mengingat semuanya kecuali tentang Flarage. Dia bisa mengetahui hal-hal baru dengan mudah tanpa rasa sakit. Tetapi sebagai gantinya, Flarage-lah yang terkena imbas rasa sakitnya.

Eros, Dhemiel, dan Ares telah berhasil mendapatkan ingatan mereka. Sekarang, mereka rentan terhadap bahaya yang mengancam nyawa. Tapi kalau Eros, justru dia yang paling sering cari mati.

Hades dan Flarage punya cara mereka untuk mencari tahu: pelan tapi pasti. Hades dengan membaca banyak buku mitologi, sementara Flarage sering berbicara dengan Axxel dan Syrennia.

Lilac... entahlah. Dia tidak mau tahu apapun.

Kepalaku kuhantamkan ke meja kayu di depanku hingga menimbulkan bunyi yang lumayan kencang. Rasa sakit berdenyut menjalar ke seluruh dahiku, tapi rasa penasaran ini juga tak kunjung hilang. Apalagi yang harus kulakukan? Bertanya langsung ke Terrick? Mau sampai sujud di depan kakinya dia juga tidak akan menjawab pertanyaanku secara gamblang.

Bertanya pada Axxel? Aku punya firasat bahwa anak itu juga tidak tahu banyak tentangku.

Bagaimana dengan Dhemiel dan Aletta? Mereka juga sama.

Satu-satunya harapanku yang tersisa hanyalah Terrick. TAPI DIA TIDAK PERNAH MENJAWAB PERTANYAANKU. DEMI TUHAN AKU SUDAH LELAH DENGAN SEMUA INI.

HARUSKAH AKU MENUMBALKAN DIRIKU AGAR DIA MAU MENJAWAB PERTANYAANKU?

HAAA... SUDAHLAH. AKU CAPEK.

Oh, iya. Besok Sabtu, ya. Artinya aku punya waktu luang hingga hari Minggu. Biasanya, aku memanfaatkan hari liburku dengan bersantai dan ditemani teh jahe. Tapi karena situasi sekarang sudah beda, kurasa aku akan melakukan beberapa pencarian di perpustakaan atau sekadar searching di internet.

"Hei, Rachel-"

Aku terlonjak dan tanpa sengaja menjatuhkan susu kotakku ke lantai. Kepalaku juga nyaris terantuk tembok kalau tidak ditahan olehnya.

SEPARATEDWhere stories live. Discover now