34 - Eric Crimson

9.7K 1.3K 67
                                    

"HEI! KAU SUDAH GILA, HAH?"

Tinjuan keras menghantam wajahku. Aku tersenyum lebar dan memilih untuk diam.

"Aku masih waras, kok~"

Dia, Ashton, sudah naik pitam. Aku tidak dapat menyalahkannya, karena aku sendiri yang memancing emosinya sedemikian rupa.

Tetapi, bukan itu yang kumau. Amarah Ashton bukanlah tujuan utamaku menenggelamkan Airin.

Karena, aku tahu satu hal yang orang lain tidak ketahui. Dan kurasa tidak ada salahnya aku berbagi hal ini dengan yang lain, bukan? Toh, tidak adil kalau mereka sudah melihat wujud asliku sedangkan wujud asli Airin masih dapat dia sembunyikan tanpa ketahuan sedikitpun.

"Tenang saja," aku kembali membuka suara. Mataku menatap lurus mata Ashton yang berkilat penuh kebencian. "Seharusnya kau tahu kalau Airin akan baik-baik saja."

"Karena, Airin memberitahumu sesuatu tentang dirinya, bukan?"

Dan pertanyaanku kembali dijawab dengan tinjuan keras Ashton.

Tangan besar Ashton menarik kerah bajuku. "Cukup, aku sudah muak dengan tingkahmu."

"Lalu, apa kau akan mendorongku ke danau juga?"

"Kauㅡ"

"Tidak adil. Padahal Airin baik-baik saja, sementara kau menghantamku seakan aku telah membunuh gadis itu. Benar-benar tidak adil~"

Tangan Ashton kembali mengepal, siap meninjuku.

"Ashton, hentikan," Rachel, yang tadinya tengah sibuk merapikan barang-barang, akhirnya turun tangan. Dia melepaskan tangan Ashton dari kerah bajuku.

"Ahaha~ terima kasih, Raㅡ"

"Apa yang kau rencanakan kali ini," Rachel menekan seluruh kata-kata yang keluar dari mulutnya. Matanya menatapku tajam, tidak seperti tatapannya yang biasa. Tangannya meraih kerah bajuku menggantikan tangan Ashton. "Dengar, aku sudah muak dengan semua rencana anehmu, mengerti?"

"Setidaknya coba pikirkan rencanamu matang-matang sebelum kau melakukannya, bodoh!"

Aku diam dan mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Rachel.

"Kau mendorong Airin ke danau dan kau bilang dia tidak apa-apa? Otakmu dimana?"

"Kupikir kau hanya remaja yang bersikap kekanakan. Ternyata di balik topeng itu, inilah wujudmu yang sebenarnya."

"Sudah selesai bicaranya?" aku kembali angkat suara.

"Hah? Kau gila?"

"Aku tanya sekali lagi, sudah selesai bicaranya?"

Rachel tidak menjawab. Dia hanya menatapku jijik dan melepaskan kerah bajuku. Aku pun berjongkok di dekat danau.

"Airin, keluarlah dan tunjukkan wujud aslimu~"

"A-i-rin~"

"Atau perlu kutunjukkan sisik yang kutemukan di kamar mandi?"

Air danau yang tenang pun perlahan menimbulkan gelombang kecil. Sekilas, sirip ikan dapat terlihat muncul di permukaan sebelum masuk kembali.

Dan sebuah kepala manusia pun mencuat keluar dari dalam air.

Kepala manusia dengan rambut hijau panjang. Sirip insang ikan terhubung ke telinganya dengan mata besar berwarna hitam pekat bagaikan langit malam.

Senyumku pun mengembang hingga menyentuh mataku. "Halo, Airin~"

Tidak ada yang berani membuka suara saat melihat wujud asli Airin. Rachel yang tadinya dipenuhi amarah sekarang memperlihatkan wajah terkejutnya. Tentu, mereka tahu Airin adalah seorang mermaid tetapi tidak ada yang pernah melihat wujudnya.

SEPARATEDWo Geschichten leben. Entdecke jetzt