36 - Arash Crimson

10.1K 1.3K 54
                                    

Hari Senin.

Hari tersebut tentu bukanlah hari kesukaanku. Karena, hari Senin adalah hari dimana harus melakukan perjuangan ekstra agar tidak terjebak macet dan sesampainya di sekolah, siswa-siswi harus sudah siap di lapangan untuk mengikuti upacara bendera.

Benar-benar neraka.

Dan kali ini, Rachel berbaris tepat di sebelahkuㅡentah cuma kebetulan atau dia sengaja melakukannya. Tapi asalkan aku mengabaikannya, dia juga tidak akan memedulikanku, kok.

Yah, harusnya, sih, begitu.

"Hei, Arash," panggil Rachel setengah berbisik, sikunya menyenggol tulang rusukku. "Apa yang akan kau lakukan pada dua anjing itu?"

"Hah? Maksudmu yang melompat keluar dari tubuh kami kemarin?"

"Ssstt! Jangan keras-keras!"

"Tch, maaf." Demi Tuhan, baru beberapa menit aku bicara dengan Rachel, tetapi gadis ini sudah membuatku naik darah.

"Jadi?"

"Kami terpaksa memelihara mereka. Dan karena mereka, rumah kami jadi jauh lebih ramai dari biasanya."

"Oh, begitu rupanya," gumam Rachel. "Ngomong-ngomong, apa kau sudah punya gambaran makhluk apa kalian sebenarnya?"

"Belum, tapi kurasa Harlert tengah mencaritahu."

Selesainya aku menjawab, gadis itu kembali berdiri tegap dengan pandangan lurus ke depan, bersikap seakan tidak terjadi apa-apa. Tipikal Rachel.

Aku mau tidak mau harus kembali dalam posisi "sikap sempurna" kalau tidak mau ditegur guru.

Dan di saat seperti ini, yang kuharapkan cuma satu: semoga bel pulang cepat berbunyi.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Tidak ada peristiwa menarik yang terjadi padaku hari ini. Padahal aku sempat ingin kembali sekolah saat aku berada di wujud asliku. Dan sekarang, aku malah berharap wujud asliku muncul selamanya.

Aku menghela napas kasar. Benar-benar hari yang membosankan. Padahal biasanya aku selalu bersemangat saat istirahat tiba.

"Meow~"

Kepalaku terangkat. Suara itu... aku yakin pasti milik dia. Jangan tanya kenapa aku bisa mengenali suara tersebut dengan mudahnyaㅡkarena aku juga tidak tahu kenapa.

"Meow~"

Kali ini aku bangkit dan berjalan keluar kelas. Waktu istirahat masih lama, sepertinya aku bisa menghibur diriku dengan mencari asal suara tersebut. Heheh... dia datang di saat yang sangat tepat.

Sekelebat bayangan hitam tertangkap penglihatanku. Dia menuju halaman belakang. Aku tersenyum miring dan menyusulnya.

"Psstt... Kyla? Kau dimana?" panggilku, setengah berbisik. Aku menoleh ke sana kemari, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan kucing tersebut di halaman belakang.

"Meow~"

Aku terdiam dan menoleh ke atas. Kucing tersebut tengah bersantai di dahan pohon tepat di atasku. Ekornya yang mengibas ke kanan ke kiri seakan memanggilku untuk ikut naik.

Setelah memerhatikan sekitar dan setelah yakin keadaan telah aman, aku langsung memanjat pohon tempat kucing tersebut berada. Aku mungkin bukanlah pemanjat yang handal, tetapi setidaknya aku mampu mencari jalan untuk turun sesudahnya.

"Ha... Jadi, ada perlu apa kau kemari, hm?" tanyaku sembari mengelus kepala kucing hitam tersebut. Jujur, hidungku agak gatal saat berada di dekatnya, tetapi tidak segatal saat berada di dekat kucing biasa.

SEPARATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang