21 - Airin Swan

10.9K 1.4K 28
                                    

Perjalanan ke sekolah tidak pernah seburuk hari ini.

Sejak kemarin, ponselku hilang entah ke manaㅡya, aku berbohong pada Damian kalau ponselku ada di rumah. Akhirnya pagi ini, aku harus bangun tepat waktu tanpa bantuan alarm ponselku.

Lebih buruknya lagi, aku terus memikirkan ucapan Aletta tentang si "phoenix" yang dia maksud. Aku berusaha mengingatnya dan berakhir tidur agak larut. Saat tidur pun juga tidak nyenyak karena terus-terusan kepikiran.

Alhasil, aku nyaris ketinggalan bus sekolah.

Dan di sinilah aku. Di dalam bus sekolah. Berdiri menunggu bangku kosong dengan Damian tertidur sambil berdiri di sebelahku. Rachel mendapat tempat duduk di kursi depan dan si kembar tigaㅡtanpa Arashㅡduduk di paling belakang; Harlert membaca buku dan Eric berusaha mendapat perhatian Harlert dengan mengajaknya berbincang kecil.

Aku hanya bisa menghela napas dan berdoa agar ada yang turun sehingga aku bisa dapat tempat duduk dan mengistirahatkan kakiku.

Supir bus yang tiba-tiba mengerem mendadak membuatku terlonjakㅡdan mempersiapkan diri kalau-kalau ditabrak Damian yang tertidur pulas.

Tetapi nihil. Tidak ada yang menabrakku.

Aku menoleh ke belakang, menemukan Ashton tengah menahan tubuh Damian agar tidak menabrakku.

Tunggu, sejak kapan dia di sana?

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya.

Aku mengangguk kecil. "Ya, terima kasih," jawabku dan menyematkan rambutku ke belakang telinga.

"Ada pegangan di atasmu. Kenapa tidak berpegangan di sana?"

Aku menggeleng. "Aku terlalu pendek untuk menjangkaunya."

Dan dia tertawa kecil.

DIA TERTAWA.

"Apanya yang lucu?" desisku.

"Tidak, ada. Padahal kau jauh lebih tinggi dariku saat kita kecil."

"Ih, berhenti menghina tinggiku," aku menggerutu. Tapi entah kenapa jawabanku malah kembali mengundang kekehan kecil dari Ashton.

Dia pun mengulurkan tangannya padaku. "Kau bisa berpegangan padaku," tawarnya.

"Tidak perlu, hmph."

Dan supir bus kembali mengerem mendadak, membuatku menabrak tubuh Ashton.

"M-maaf!" Cepat-cepat aku menyingkir dan merapikan rambutku yang tak sempat aku kuncir.

"Tawaranku belum kadaluarsa kalau kau berubah pikiran," katanya lagi.

"Terima kasih atas niat baikmu itu. Tapi sayangnya kita sudah sampai di sekolah. Bye!" Aku pun langsung menarik Damianㅡyang langsung terlonjak bangunㅡdan turun dari bus tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

"Kita akan bertemu lagi nanti!" sahut Ashton dari bus.

Ah, benar-benar permulaan yang buruk.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Aku mengetukkan jari-jariku di meja. Bel istirahat pertama sudah berbunyi, tapi aku masih enggan beranjak dari kursiku.

Aku berdecak kecil.

Sebenarnya kemana perginya ponselku?

Tidak mungkin benda itu menumbuhkan kaki dan terbang ke Neverland begitu saja 'kan?

Damian tiba-tiba menyenggol tanganku. Dengan menggunakan dagunya, ia mengisyaratkanku untuk melihat ke arah pintu.

Ashton.

SEPARATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang