47 - Rachel Harriet

9.8K 1.2K 111
                                    

Aku menghela napas panjang. Jari dan otakku sudah mencapai batasan untuk mengerjakan tugas laknat di hadapanku. Kondisi Airin, yang duduk di sebelahku, juga tidak jauh berbeda denganku. Sesekali dia menahan teriakkannya saking lelahnya berpikir.

"Rachel, berapa nomor yang sudah kau selesaikan?" bisiknya tak berdaya.

"Satu."

Kami pun menghela napas kasar, seakan jiwa kami telah sinkron.

Airin pun membenturkan dahinya ke mejaㅡdengan pelan tentunya. Tiba-tiba ia terlonjak bangun sampai kursinya terjatuh. Dia terdiam dan berkedip beberapa saat seperti orang kerasukan, kemudian dia mulai mengobrak-abrik tas dan mengeluarkan ponselnya.

Jarinya kemudian menari di atas layar ponselnya, mengetik sesuatu, sebelum ia mendekatkan ponsel ke telinganya.

Tuuutt...

Pip.

"Hola! Ada apa menelponku?"

Aku masih ingat dengan jelas saat Lan bilang kalau dia tinggal di Inggris, tapi aku tidak pernah menduga kalau Lan akan menggunakan bahasa Spanyol saat menyapa orang di telepon.

"Ah, Lan. Begini, aku butuh bantuanmu. Bisakah mereka datang ke kelasku?"

"Bantuan seperti apa?"

"Tugas kimiaku belum selesai. Mungkin kau bisa membantuku?"

Dapat kudengar Lan terkekeh kecil sebelum berkata, "Akan kukirim Marko dan Niko ke sana. Mereka akan sampai beberapa menit lagi. Kalau begitu, ciao ciao!"

... bahasa apa lagi itu.

Dan juga... apa maksudnya "mengirim" Marko dan Niko? Mereka bukan semacam agen rahasia atau semacamnya 'kan? Kalau agen darah, sih, aku percaya.

Tak tak.

Suara ketukan di jendela membuatku dan Airin menoleh. Saat mata Airin melebar dan mulutnya perlahan terbuka, aku tahu apa yang akan dia lakukan. Dan aku juga tahu apa yang harus kulakukan.

"KYAㅡ uph!"

Membekapnya.

Kenapa? Tentunya untuk mencegah suara nyaringnya melukai telinga orang-orang yang tak bersalah.

Sebenarnya baru beberapa orang saja yang datang mengingat kami datang pagi-pagi untuk mengerjakan tugas di sekolah.

Setelah menenangkan diri, aku melepaskan tanganku yang membekap mulut Airin dan membuka jendela di sebelahku. Aku menatap mereka lurus. "Bisakah kalian masuk dengan cara yang normal?"

Kedua vampir itu berpandangan sebelum menggelengㅡdengan posisi menggantung layaknya kelelawar. Mereka pun tersenyum.

Marko mengangkat tangannya. "Privyet! Marko akan dengan senang hati mengerjakan tugas kimia Rachel dan Airin!"

"Niko juga akan membantu."

"Benarkah?" mata Airin berbinar setelah mendengar ucapan Marko dan Niko. Dia pun menyodorkan buku tulisnyaㅡyang dengan cepat disambar Marko.

"Berikan pada Niko!'

"Tidak mau! Marko duluan yang mendapatkannya!"

Aku berdehem keras-keras, beruntung kedua bocah vampir itu mendengarku dan berhenti berkelahi. Aku pun menyodorkan bukuku pada Niko. "Kau kerjakan punyaku, biarkan Marko yang mengerjakan punya Airin."

Sekilas, dapat kulihat kilauan di mata Niko. Dia menerima buku tulisku dan mengangguk sembari tersenyum. "Terima kasih!"

Dan mereka tiba-tiba menghilang entah kemana.

SEPARATEDWhere stories live. Discover now