52 - Eric Crimson

4.9K 976 172
                                    

"Kita mau ke mana?"

"Hm... ke surga boleh juga."

"Yang benar, dong, jawabnya!"

"Eh, iya, iya!" tanganku menahan tangan Lilac yang tanpa ampun memukuliku. "Mau ke minimarket sebentar."

"Iiihhh! Terus kenapa aku diajak pula? 'Kan ini sama sekali bukan urusanku."

Nah 'kan, cemberut lagi.

"Pokoknya aku tidak mau kalau disuruh bawa belanjaanmu, ya!"

"Tidak, kok, tenang saja. Kau cukup berada di dekatku, oke?"

"Kau berkata seakan aku ini pacarmu."

Aku mendekatkan wajahku ke wajah Lilac. "Memangnya kau mau jadi pacarku?"

BLETAK.

"ADUH!"

"Sekali lagi menggodaku, akan kupukul pakai sepatu hak."

Bocah itu kemudian meninggalkanku dan masuk ke dalam mini market.

Dia kenapa, sih? Kok, rasanya dia jadi emosian semenjak aku berkunjung ke rumahnya.

"Mau apa kau berdiri di sana? Cepat masuk!"

"Iya, Nyonya Besar."

"Heh!"

BLETAK.

"Aduh! Ya Gusti, aku salah apa lagi...."

"Banyak."

Haa... aku tidak mau melakukan ini tapi ya, mau bagaimana lagi.

"Lilac."

"Hm, kenapa?" jawab Lilac seraya menoleh dan kemudian menatapku lurus.

"Bukan apa-apa."

"Kau kenapa, sih? Lama-lama aneh tahu."

"Tenang saja," aku merangkul Lilac, "aku cuma mau beli cemilan, kok."

"Oh, ya sudah."

Hee... aku tak menyangka akan semudah ini.

Kalau kujahili mungkin seru juga. Tapi melihatnya dengan mudah menurut seperti itu jadi kasihan.

"Kau mau beli sesuatu? Aku yang bayar," kataku sembari melihat rak cemilan.

"Hm?" Lilac menoleh padaku sebelum matanya kembali memerhatikan cemilan yang tersusun rapi. "Aku mau coklat."

"Kalau begitu ambil saja," balasku sembari memasukkan cemilan keenam ke keranjang.

Lilac mengangguk dan pergi meninggalkanku. Aku sendiri masih sibuk menjarah cemilan yang kulihat.

Aku masih menunggu Lilac di tempatku tanpa berpindah sedikitpun untuk memudahkan dia memcariku. Tapi entah sudah berapa menit, tetapi dia tidak kembali. Aku langsung meraih keranjang merisi makanan dan pergi mencari Lilac.

Aku berjalan menelusuri rak-rak yang ada. Mataku jelalatan, berusaha mencari Lilac. Ah, itu dia. Diam tak bergerak. Disudutkan oleh beberapa lelaki berbadan besar, namun tidak setinggi diriku. Aku menarik napas dalam-dalam sebelum mendekati mereka.

"Lilac," panggilku. "Kau sudah selesai?"

Lilac, dan ketiga lelaki tersebut, menoleh ke arahku. Lilac mengangguk kecil.

Aku meraih tangan Lilac. "Ayo kita pergi."

"Oi, kami belum selesai berbicara dengannya," salah satu laki-laki itu menahanku. Aku kembali menarik napas.

SEPARATEDWhere stories live. Discover now