53 - Harlert Crimson

3.8K 847 138
                                    

"Harlert."

"Ya?"

"Bantu aku berdiri."

"Uhh... ok."

Aku melingkarkan tangan Arash ke leherku dan membantunya berdiri. Tangan satunya mencengkram tepian meja dengan sangat, SANGAT erat. Berat tubuhnya membawaku mendekat ke Eric.

Ah, perasaanku tidak enak.

"Woi, Eric."

"Hm, ya kenapㅡ"

BLETAK.

"ADAWW."

"KALO NGOMONG JANGAN ASAL CEPLOS, BEGOK. ITU BOCAHNYA MASIH SMP TAU GAK???"

"Ih, tapi... tapi 'kanㅡ"

BLETAK.

"GA ADA TAPI-TAPIAN. UNTUNG GUA LAGI BONYOK KALO NGGA UDAH MAMPUS LU."

"... ampun kanjeng."

"Lilac, Kyla, kalian tidak apa-apa?"

"K-kalau dibandingkan dengan Eric yang baru saja kau pukuli, kondisi kami jauh lebih baik."

"Oh, bagus, deh. OI, ERIC."

"HIIIIIII IYA IYA APA KENAPA."

"Kalau kau sekali lagi asal ceplos," Arash menarik kerah baju Eric, "akan kuhajar kau habis-habisan."

Hening. Tidak ada yang berani menyela perkelahian kakak-adik itu. Bahkan Rachel dan Ashton, yang keduanya terkenal ganas, tidak mau ikut campur. Aku sendiri yang masih satu darah dengan mereka juga tidak mau mengintrupsi. Selain karena aku yang paling muda, aku juga yakin mereka enggan berhenti meski kamar ini kejatuhan meteor nyasar.

Di dalam keheningan tersebut, Eric tiba-tiba terkekeh kecil.

"Tidak bisa begitu," dia berkata sembari tersenyum lebar, "Karena, kau tahu sendiri 'kan sifatku seperti apa,

Ares."

"Aku mencium bau darah."

"...."

"...."

"...."

"Oh, infus Arash bocor ternyata. Pantas saja aku bisa mencium baunya dari kejauhan."

Aku melihat ke atas. Benar saja, Lan tengah bergelantungan di langit-langit ruangan. Kalau soal darah, dia cepat, ya.

"... Arash kau berdarah," bisikku kepada kakakku yang sepertinya masih tidak menyadari kondisinya.

"Huh? WAH, IYA. GIMANA, DONG??"

Tuh 'kan.

"D-damian, apa yang harus kita lakukaㅡ"

Pertanyaan Airin terpotong ketika melihat Damian meringkuk di sebelah laci meja, jauh dari Arash.

"J-jangan tanya aku. Aku punya hemophobia," katanya, sembari gemetar.

"Hee... kalau begitu biar aku panggil Nal." Lan pun melesat keluar dan menghilang. Lama-lama dia jadi mirip jelangkung. Datang tak diundang, pulang tak diantar.

"Tch... siapa suruh bertingkah saat masih lemah," desis Ashton.

"HAAA???"

"Eit, eit, Arash, jangan mulai lagi." Eric menahan tubuh Arash. "Nanti kondisimu makin parah mau?"

"Kau mau menggunakan kekuatanmu untuk menenangkanku?"

"Eh? Tidak kok." Eric memapah Arash ke kasurnya. "Karena meskipun kau menghajarku sampai mati aku tahu...

SEPARATEDWhere stories live. Discover now