49 - Aletta Raffael

15.9K 1.4K 331
                                    

Suasana kelam dan pekikkan memilukan seakan memberitahuku bahwa aku telah kembali ke Neraka.

Sebenarnya di sini lumayan nyaman (kalau kau seorang bangsawan, iblis kaya raya, atau anak ratu iblis), tetapi tetap saja tempat ini bukanlah tempat pertama yang ingin kau kunjungi.

Aku pun berdiri sejenak sembari bersandar di dinding. Kakiku kuketukkan ke lantai, membuat bunyi "tuk tuk tuk" tiap kali beradu. Tch, jangan bilang kalau Xander tidak ikut kembali ke Neraka.

Haa... lupakan. Aku masih punya banyak urusan yang lebih penting daripada memikirkan dia.

Kakiku berhenti melangkah saat aku menyadari dimana aku berada. Ini bukan tempatku biasa kembali dari portal buatan Terrickㅡaula pesta dansa. Kali ini, aku berada di menara.

Sebenarnya di istana ini terdapat sebuah menara tua di bagian belakangnya. Jangan samakan menara ini dengan menara Rapunzel. Menara ini sudah terbengkalai, tak ada lagi iblis yang berani masuk kemari. Aku pun tidak pernah melangkahkan kaki ke menara iniㅡselain karna dilarang, aku lebih suka pergi ke dapur untuk mencuri beberapa loyang kue. Meskipun begitu, terkadang aku melihat Terrick keluar dari menara tua tersebut, entah apa yang dia lakukan di sana.

Biasanya aku tidak peduli tentang apa yang dilakukan si butler brengsek itu, tapi untuk kali ini aku benar-benar penasaran.

Heh, apakah dia ingin balas dendam padaku karena aku menaruh kecoak di makan siangnya kemarin? Kalau iya, apa yang akan dia lakukan padaku sekarang?

Duel? Siapa takut.

Kratak.

Aku langsung melempar pedangku ke asal suara. Tetapi pedangku meleset dan menancap di dinding. Aku memberanikan diri dan berlari ke asal suara.

Terrick, aku pastikan kau tidak akan bisa menang dariku.

"Kena kau!"

"Hiiii! Ampuni aku! Aku tidak bermaksud menyelinap kemari! Aku... aku hanya menjalankan perintah!"

... ha?

Aku mengerjap beberapa saat. Kurangnya pencahayaan membuat kedua netraku tidak dapat melihat jelas siapa pemilik suara tersebut. Yang kutahu pasti, itu bukan suara Terrick.

Atau jangan-jangan Terrick mengubah suaranya menjadi suara anak kecil untuk mengelabuiku?

"Heh, kemari kau!" desisku dan mengulurkan tanganku untuk menangkapnya. Dapat! Langsung saja dia kutarik agar sosok itu disinari cahaya.

Aku mendadak diam.

Dia sama sekali bukan Terrick, melainkan bocah berambut coklat dengan sayap berwarna senada.

Tunggu dulu... itu bukannya sayap malaikat? Dan, oh ya ampun, dia juga punya lingkaran halo di atas kepalanya.

....

DIA MALAIKAT? TAPI, KOK, BISA ADA DI NERAKA?

LHO HE LHO, KOK BISA BEGINI?

APA ADA SESEORANG YANG BISA MENJELASKANNYA PADAKU?

Baik, Aletta, tenangkan dirimu dulu baru berpikir. Kenapa bisa ada malaikat di sini?

... aPA TERRICK SELAMA INI MENYEMBUNYIKAN BOCAH MALAIKAT INI DI SINI?

Oh, ya ampun. Berbagai pikiran tidak mengenakkan secara bersamaan menyerang otakku. Image buruk Terrick di benakku kali ini bertambah satuㅡpedofil.

Aku menggenggam tangan malaikat kecil itu. "Tenang saja, kakak akan mengeluarkanmu dari sini!" kataku yakin. Aku pun melembutkan nada bicaraku, "Beritahu aku, apa yang telah Terrick lakukan padamu, hm?"

SEPARATEDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu