Dipanggil Terus

Mulai dari awal
                                    

Sedih sih karena kepala sekolah yang lama yang sudah paling klop buat SMAN 01 sudah gak bertugas di sini. Padahal beliau yang paling hafal sejarah sekolah ini karena waktu menjabat yang gak sebentar.

"Pokoknya gue gak mau berhadapan sama dia lagi!" seru Yena sambil melipat tangannya dan membanting tubuhnya di kursi. "Dasar Kim Jong Un!"

"Hadaaah, udeh lu jelek kalo ngomel, monyong-monyong mulu." tegur Yusuf sembari mengambil proposal yang barusan Yena tendang.

"Ish! Sama aja lo nyebelinnya!"

Yusuf kemudian mendekati Yena dan memberikan perempuan itu teh gelas yang di botol. Tahu kan teh gelas botol.

"Nih, nih minum dulu dah lu. Kepanasan itu kebanyakan marah-marah."

Yena menurut dan gak nolak juga dikasih minuman gratis. Yena lalu menoleh ke Mina yang sedang menyortir dokumen-dokumen di samping Mark yang sedang mengetik di depan laptopnya.

"Mark,"

"Kenapa, Yen?"

"Terus gimana nih, Mark? Gue niatnya mau ngajuin proposal permintaan supaya speaker-speaker di kelas yang rusak diperbaiki biar radio sekolah lancar. Tapi malah disuruh dihapus program radionya." gerutu Yena. "Padahal program gue juga cuma dua kali seminggu, apanya ganggu sih!"

"Ya udah, nanti gue yang ngomong deh sama Pak Sayuti." jawab Mark solutif.

Pak Sayuti nama kepala sekolahnya. Itu tuh yang kata Yena mirip Kim Jong Un.

Yena memanyunkan bibirnya. Yakin sih, kalau Mark yang berbicara ke guru-guru peluang dia ditolak itu kecil. Tapi tetap saja Yena sedikit gak enak sama Mark soalnya program radio kan tanggung jawab dia.

"Tenang aja Yen, kalo Mark yang ngomong guru-guru biasanya ngeiyain. Ya... semoga aja sih Pak Sayuti biar pun kepsek baru juga ngeiyain." tanggap Yusuf penuh harap.

Yena mengangguk dan menyandar ke tembok.

"Mark,"

Mina yang sedari tadi sedang menyortir dokumen memanggil Mark. Ia kemudian memperlihatkan satu jilid kertas kepada ketuanya itu.

"Yang ini udah fix bisa diserahin berarti ya?"

Jemari Mark yang sedari tadi sibuk mengetik kemudian berhenti sejenak dan atensi empunya beralih ke laporan yang barusan Mina perlihatkan.

"Udah sama kan kayak tahun lalu formatnya?" tanya Mark.

"Pas gue samain kemarin kan disuruh update sama Pak Sobari, masa lupa sih,"

"Ah sorry, I forgot that one." reflek Mark menepuk pelipisnya pelan. "Ya udah kalo gitu langsung aja serahin LPJ-nya ke Bapaknya," perintah Mark.

"Oke,"

Mina berdiri dan bersiap memakai sepatunya sambil keluar ruangan sekretariat OSIS itu.

"Doain gue guys, semoga Pak Sobari mood-nya lagi bagus."

Perkataan Mina tersebut pun langsung diikuti kata 'AAAAMIIIINNNN' dari penghuni ruangan yang ada.

Yena yang duduk di samping Yusuf menimbrung Yusuf yang sejak awal sibuk dengan ponselnya.

"Ngurusin apa, sih?" tanya Yena.

"Gedung buat One-derful nih, takut gua salah ngomong apa gimane,"

"MAAAAAARRRRRKKKKK!!!"

Tiba-tiba, muncul satu perempuan bersuara nyaring serta berparas menggemaskan sedang menenteng sebuah buku dan termos kosong—yang dipastikan isi dagangannya sudah habis—memasuki ruang sekretariat OSIS.

Five or Nothing (Yeri x 99l NCT WayV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang