7. Foto Bareng

23 6 6
                                    










Pelajaran sejarah memang kadang membosankan, tapi hal itu tidak berlaku bagi siswi cantik yang sedang memperhatikan Pak Roy dengan serius di mejanya. Sudah genap satu minggu setelah cowok gak jelas itu mengatakan bahwa dirinya perfect. Geladis memang sengaja untuk tak keluar dari kelas. Ia masih tak ingin jantung nya berdebar tak menentu.

Masih Geladis ingat, hal memalukan yang bahkan sangat memalukan yang tak ingin ia ingat. Dimana Geladis membeku diam dengan pipi merona.

Geladis menggeleng kan kepala pelan mencoba mengeyahkan hal tersebut. Memalukan sekali jika ia ambyar hanya karena kata kata manis nan omong kosong cowok itu.

"Baik, untuk tugas... Kalian buat kelompok yang terdiri dari empat orang. Buat power poin bab satu, file nya kirim ke saya dan minggu depan presentasi. Persiapkan, presentasi kelompok nya saya acak. Ada pertanyaan?" ujar Pak Roy menatap seluruh murid.

Beberapa orang bertanya yang dengan sabar Pak Roy jawab. Guru sejarah ini memang tidak menyeramkan, bahkan ia sangat asik. Tak heran jika murid murid merespon nya dengan baik.

Setelah Pak Roy keluar, kelas mulai ramai memilih kelompok dan saling mengajak. Geladis pun tak ingin ketinggalan. Sebisa mungkin ia mendapat patner yang pintar dan siap jika ditanya pas presentasi nanti.

Geladis menoleh pada Zakia, yang tengah mengobrol dengan cowok yang Geladis ketahui nama nya Raka. Geladis mendesis kaget saat kursihnya ditendangnya keras dari arah belakang.

"Adis kita sama siapa? Zakia gue sama lo dong" teriak Alsya.

"Berisik" ketus Geladis mendelik ke belakang.

"Oh gue sama Bagas aja kali yah?" tanya Alsya berbinar melihat cowok tampan yang tengah mengobrol dengan teman nya yang lain.

"Hidih" cibir Geladis.

"Bagas gak kenal sama lo ya... Gak usah sksd" ujar Geladis.

Alya berjalan ke meja Zakia kemudian mendelik pada Geladis. "Gue pernah chatting ngan" pamer nya.

Geladis tertawa sinis. "Serah lo"

"Kia... Gue sama lo ya... Jangan ajak Adis, gak papa, gue aja" ujar Alsya sok imut.

"Ayo... Gue juga butuh dua orang lagi" kata Zakia.

"Sama Adis?" lanjut Zakia melirik Geladis.

"Jangan ah" tolak Alsya.

Geladis menatap punggung Alsya tajam. Tangan nya menarik jas almamater Alsya yang membuat Alsya teriak kaget dan tertarik kebelakang.

"AAA.... ADIS IHH"

Teriakan Alsya mengundang tatapan heran para murid Ips D. Mereka mungkin sedikit aneh melihat Alsya yang sangat hiperaktif. Belum satu bulan menjadi anak kelas sebelas, Alsya sudah suka teriak teriak dan tertawa gaje di kelas.

"Kia, masukin gue ke kelompok lo ya" pinta Geladis tak mempedulikan Alsya.

Zakia mengangguk setuju. "Oke"

"Adis ikh" sebal Alsya.

"Apa?" tantang Geladis maju mendekati Alsya yang sudah berjalan mundur ke barisan depan.

Geladis menyeringai kecil. "Sini lo maju, ribut kita"

Ucapan Geladis membuat Toni mendelik. Cowok itu mengerjap pelan lalu meyakinkan diri untuk menyeletuk.

"Bar bar banget lo jadi cewek"

Geladis menoleh ke arah kiri, sedikit merunduk untuk melihat Toni yang sedang duduk.

It's You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang