13. Lampu Merah

0 2 1
                                    

Thoriq mengentikan motornya saat lampu lalu lintas berwarna merah. Cowok itu melirik Geladis lewat kaca spion yang dari tadi hanya diam. Saat ini Thoriq akan mengantarkan Geladis pulang, setelah perdebatan panjang akhirnya keinginan Thoriq tersampaikan juga.

"Dis, cafe dulu yuk," ajak Thoriq.

"Langsung pulang aja."

"Masih siang,"

"Kalau mau ke cafe ngapain maksa nganterin gue pulang?"

Thoriq menipiskan bibir, "Ke cafe nya berdua sama lo."

"Enggak."

"Kenapa sih Dis?"

"Jangan maksa Thoriq." ujar Geladis menatap Thoriq dari kaca spion.

"Oke." sahut Thoriq seraya menghela napas pelan.

Geladis mengalihkan pandangan ke arah trotoar. Cewek itu menatap sendu kearah anak kecil yang sedang beristirahat dengan tumpukan koran yang ia simpan di pinggir tempat duduk nya.

Thoriq mengikuti arah pandang Geladis yang kemudian tersenyum kecil.

Tin tin tin.

Suara klakson yang saling menyahut mengalihkan pandangan keduanya. Ternyata lampu merah sudah berganti menjadi hijau. Perlahan motor besar Thoriq melaju dengan Geladis yang diam diam memegang baju cowok itu.

*****

Thoriq memasuki rumah nya dengan wajah datar. Cowok itu melangkahkan kaki kearah dapur, disana ada Aita--- Bunda nya yang sedang memotong puding. Aita terseyum menyambut kedatangan anak semata wayang nya. Wanita paruh baya itu berjalan kearah lemari pendingin, menyimpan puding yang sudah ia potong.

"Lho, anak Ayah udah pulang?"

Thoriq dan Aita serentak menoleh kearah pintu, disana ada Adam Ersan----ayah Thoriq yang berjalan mendekat kearah mereka. Thoriq mendudukan diri pada pantry, cowok itu melirik ayahnya yang sedang menuangkan air mineral.

"Ayah kapan pulang?" tanya Thoriq.

"Mau tau aja tau mau tau banget?" ujar Ersan dengan jumawa.

"Enggak dua duanya," sahut Thoriq cepat.

Ersan tertawa, "Abis dari mana kamu? Kok cepat banget pulang nya?"

"Aku pulang cepat ditanya, pulang lama dimarahin, kayak gimana sih mau nya ayah tuh?" cibir Thoriq.

"Kok kamu bawa laptop De? Abis ngerjain tugas?" tanya Aita seraya melirik laptop Thoriq yang ada di meja.

"Enggak, bantuin temen." jawab Thoriq pelan.

"Tumben mau ngebantu temen?" ujar Ersan.

"Aku kan anak nya solid,"

"Lho, sejak kapan? Kamu kan anak nya Ersan sama Aita, kok jadi anak nya solid?" ujar Ersan pura pura heran.

"Ayah..." panggil Thoriq

"Apa?"

"Balapan yuk?"

Aita menggeleng kan kepala pelan, "Yuk di ruang tengah aja ngobrol nya. Bunda mau liat televisi."

Thoriq beranjak dan mengikuti Aita dari belakang. Cowok itu menyerit saat ayahnya merangkul bahu bunda begitu saja.

Ersan menoleh kebelakang, "De, kamu jomlo yah?"

"Ayah..." ujar Aita seraya menurunkan tangan kekar Ersan dari bahunya.

"Kok Ayah tau sih?" tanya Thoriq dengan malas.

"Keliatan banget soal nya." jawab Ersan dengan serius.

It's You Onde histórias criam vida. Descubra agora