12. Kerja Kelompok (b)

1 2 0
                                    






"Akhirnya selesai juga gue ngarangkum nya. Tinggal dipindahkan," seru Alsya seraya menyenderkan punggung.

"Eh, katanya teman lo mau kesini Rak, mana? Kok gak datang datang?" tanya Alsya.

"Masih dijalan mungkin, lumayan jauh dari rumah O'iq ke sini," jawab Raka.

"Oh... Sabar ya Dis," ujar Alsya kepada Geladis.

Geladis mendelik, "Apa?"

"Thoriq nya gak datang datang, haha,"

"Dih..."

Geladis mengabil ponsel nya dan mulai main sosmed dengan tarik ulur beranda tidak jelas. Geladis gabut. Ah tidak, Geladis sedang mencoba mengalihkan pikiran tentang bagaimana ia bersikap pada Thoriq nanti. Geladis bingung, ia gugup, dan perasaan nya tidak menentu.

Kenapa?

Kenapa Geladis bisa seperti ini?

Harusnya ia biasa saja bukan?

Tapi tidak bisa!

Geladis tidak bisa bersikap biasa saja. Rasanya... Seperti menyenangkan bertemu dengan Thoriq, tapi di sisi lain ia tidak mau.

Sangat aneh, ya, sebut saja Geladis aneh.

"Eh itu Thoriq," ujar Zakia yang melihat Thoriq berjalan menghampiri mereka.

Geladis menegakan badan. Tatapan nya langsung bertemu dengan cowok tinggi yang juga sedang menatapnya. Geladis memutuskan pandangan terlebih dahulu, kembali menunduk melihat ponsel nya.

Raka melambaikan tangan pada Thoriq, menyuruh nya untuk cepat kemari. Thoriq tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi nya yang rapi. Cowok itu menarik kursih dan menempatkan nya tepat di pinggir Geladis.

Thoriq menyimpan laptop nya, kemudian menoleh pada Geladis.

"Pagi Geladis," sapa Thoriq.

"Pagi Dede," Thoriq mendelik pada Raka yang menjawab sapaan nya.

"Siapa Dede?" tanya Thoriq pura pura tidak tau.

"Panggilan lo kan Dede, Riq,"

"Enak aja. Jangan didengerin Dis, Raka tukang bohong," ujar Thoriq pada Geladis.

"Eh, ini laptop nya," lanjut Thoriq seraya menggeser kan laptop lebih dekat ke arah Geladis.

Geladis diam, cewek itu memandang laptop berwarna silver itu dengan gamang. Sejujur nya, Geladis gengsi untuk meminjam pada cowok itu. Tapi apa boleh buat, sudah dibawakan. Ingin menolak pun rasanya tidak enak.

Geladis sangat benci pada situasi seperti ini.

"Gak apa apa gue pinjam?" tanya Geladis seraya melirik Thoriq.

"Ya gak apa apa, emang kenapa coba?" tanya balik Thoriq.

"Enggak."

"Nanti lo pulang sama siapa?" Geladis menatap Thoriq, hanya sebentar sebelum memutuskan pandangan dan mengambil laptop.

"Ngapain nanya?" sarkas Geladis.

Thoriq tertawa pelan, "Mau ngajak lo pulang bareng."

Geladis mendengus tak menjawab. Cewek itu dengan serius mengetik poin poin penting yang telah ia tandai di buku paket. Geladis tak mempedulikan Thoriq yang sering mencuri pandang pada nya.

Alsya diam diam mengulum bibir menahan tawa melihat Geladis yang seakan tertekan. Cewek itu merunduk, sungguh, ia sangat ingin tertawa sekarang. Raut muka Geladis yang datar itu sangat lucu.

It's You Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin