19. Minimarket

0 0 0
                                    




Mobil putih yang melesat di jalan raya itu perlahan membelokan ke arah kanan, dimana minimarket langganan warga negara ini terletak di sana. Setelah mobil terparkir dengan rapi, cowok dengan kaus putih polos dan celana jeans hitam itu berjalan santai memasuki minimarket tersebut.

Kaki jenjang nya melangkah kearah lemari pendingin eskrim, cowok itu tanpa ragu mengambil lebih dari lima eskrim dengan varian rasa yang berbeda. Kening cowok itu menyerit, melihat eskrim cone terbaru ada di sana.

"Beli gak yah?" gumam nya bingung.

"Kalau beli banyak, nanti gue di marahin bunda." lanjut cowok itu seraya melirik tiga eskrim stik dan empat eskrim cone yang ia pegang.

Cowok itu Thoriq, ia menghembuskan nafas berat lalu menggeleng kecil. "Enggak. Ini udah cukup."

Dalam hati, Thoriq sangat ingin sekali membeli eskrim cone itu. Tetapi apa daya, jika ia memakan eskrim terlalu banyak dalam satu hari, sudah pasti Bunda akan menasihati nya panjang lebar. Belum lagi ayah nya, nasihat Ayah Ersan lebih panjang dari nasihat Bunda Aita.

"Thoriq,"

Thoriq menoleh kebelakang saat seseorang memanggil nya. Cowok itu tersenyum saat netranya bertabrakan dengan gadis mungil yang berjalan mendekat kearah nya. Perempuan itu, Kinanti, teman satu kelas nya.

"Cie, ngeborong eksrim." ujar Kinanti mendongkak menatap Thoriq yang menatap nya juga.

"Mau?" tanya Thoriq mengabaikan ledekan Kinanti.

Kinanti mengangguk cepat, cewek itu menoleh ke lemari pendingin eskrim. Jari Kinanti menunjuk salah satu eskrim cone rasa cokelat. Melihat itu, Thoriq langsung menggerser kaca lemari tempat penyimpan eksrim tersebut, mengambil dua buah eskrim yang di tunjuk Kinanti lalu memberikan nya.

"Ini lo yang bayar kan?"

Thoriq tertawa pelan, "Iya."

"Makasih."

"Lo sore sore ngapain masih keluyuran di minimarket?"

"Ngadem." jawab Kinanti dengan santai.

"Di rumah juga bisa ngadem, perumahan lo dekat sini kan?"

Kinanti menganguk, "Beberapa ac di rumah gue mati, gak nyala. Dari pada kepanasan, gue main ke sini. Sekalian beli keripik singkong juga sih. Lo mau sekalian bayarin punya gue gak?"

"Boleh." jawab Thoriq melirik dua buah snac keripik singkong yang lumayan besar di tangan Kinanti.

"Eh? Enggak enggak, gue bercanda doang?"

"Santai, Ki."

Blam.

Suara pintu lemari pendingin yang di tutup secara keras membuat Thoriq refleks mendelik kebelakang. Posisi Thoriq saat ini memang membelakangi lemari pendingin minuman. Kinanti bergeser ke arah kanan sedikit, ingin melihat siapa yang menutup pintu lemari pendingin minuman tersebut.

Mata Thoriq membulat saat melihat Geladis yang menatap datar ke arah mereka berdua. Di tangan cewek tingggi berbadan kurus itu ada sebuah minuman berperisa jeruk. Thoriq menelan saliva tanpa sadar saat Geladis terseyum miring, lalu berjalan begitu saja meninggalkan Thoriq dan Kinanti.

"Geladis." panggil Thoriq seraya berjalan mengikuti Geladis.

Kinanti mengerjap pelan lalu mengikuti Thoriq yang berjalan kearah kasir. Ini sebenarnya ada apa? Kinanti merasa jika sekarang ia berada dalam situasi yang sangat tidak baik. Mata Kinanti menatap punggung Geladis dengan bingung. Apa mungkin perempuan ini pacar Thoriq?

Sesampainya di kasir, Thoriq merebut eskrim dan makanan ringan yang Kinanti bawa. Cowok itu menyatukan nya dengan tujuh eksrim yang akan ia beli. Kinanti diam saja, cewek mungil ini tidak tau harus bereaksi seperti apa.

Di samping kanan Thoriq, Geladis menatap sinis makanan ringan dan eskrim eskrim itu. Setelah membayar, Geladis langsung keluar dari minimarket tanpa melirik sedikit pun pada Thoriq dan cewek yang ia tidak kenal itu.

Geladis berdiri di teras minimarket, cewek itu merunduk sibuk menekan tombol power ponsel nya. Cewek dengan hoodie abu abu itu berdecak pelan saat ponsel nya tidak menyala. Kenapa benda pipih ini selalu mati dengan tiba tiba?

Baik, Geladis akan membeli ponsel baru nanti.

Geladis menatap lurus jalanan yang ada di depan nya.  Tadi ia dan Alsya pergi ke toko buku untuk jalan jalan sore. Saat pukul lima lebih beberapa menit, Alsya di telepon oleh kakak nya untuk segera pulang ke rumah, entah ada ada urusan apa, Geladis tidak tau. Saat ke toko buku, mereka pergi menggunakan gocar, dikarenakan mobil Alsya yang sedang ada di bengkel dan juga Geladis tidak bisa mengendarai kendaraan apapun kecuali sepeda.

Tidak mungkin kan jika ia membonceng Alsya ke toko buku naik sepeda?

Awal nya Alsya mengajak Geladis untuk pulang bersama, dengan naik taksi. Tetapi apa daya, uang di dompet sangat tidak cukup untuk naik kendaraan tersebut. Alhasil mereka berdua memesan gojek bersama. Tetapi keberuntungan tidak berpihak pada Geladis, di tengah jalan gojek yang ia tumpangi ban nya bocor. Dengan berat hati ia turun dan menepi ke minimarket yang ada di seberang nya.

"Ki, lo pulang nanti jalan kaki?"

Suara itu membuat Geladis melirik kearah Thoriq yang berjalan mendekat kearah nya dengan cewek itu juga.

Geladis menatap perempuan yang Thoriq panggil Ki itu. Cewek mungil dengan kaus bergambar beruang itu menggeleng kan kepala saat Thoriq bertanya.

"Gue mau main sama Rana, sebentar lagi dia jemput gue ke sini." jawab Kinanti menatap Thoriq dan Geladis seraya tersenyum ramah.

"Oke. Gue duluan ya." pamit Thoriq seraya mengandeng tangan Geladis dengan tiba tiba.

Geladis menatap Thoriq dengan mata membulat, cewek itu melirik Ki Ki Ki itu yang mengangguk seraya melambai kan tangan kecil ke arah mereka.

Thoriq berjalan ke arah mobil nya dengan tangan Geladis yang ia genggam. Sesampainya di samping pintu mobil, Thoriq menatap Geladis yang juga menatap nya.

"Lepasin." ketus Geladis.

Thoriq melepas genggaman tangan nya. Cowok itu membukakan pintu mobil penumpang di samping kemudi. Dagu Thoriq mengarah ke dalam mobil membuat Geladis berdecak.

"Lo mau ngajak gue kemana?"

"Ke rumah lo." jawab Thoriq santai.

"Emang lo tau rumah gue?"

"Tau, gue kan pernah nganterin lo pulang."

Geladis membuang muka lalu memasuki mobil Thoriq, yang membuat cowok itu tersenyum. Thoriq memutari mobil, sebelum masuk, cowok itu menatap Kinanti yang duduk di kursih yang sudah di sediakan oleh minimarket seraya merunduk menatap ponsel yang ia pegang.

"Ki, duluan." teriak Thoriq.

Kinanti mendongkak, "Yo, hati hati."




*****

Tbc

It's You Where stories live. Discover now