"Di menceritakanmu, mengatakan seberapa baiknya dirimu ketika dengan senang hati membantunya saat dia terlihat bingung di perusahaan ayahnya sendiri, karena kenyataannya memang semenjak kecil dia tidak pernah berkunjung kesana."

Dan kala satu ingatan berkelebat pada ingatannya, menjadikan Jungkook terbelalak tak percaya. Ia ingat betul pemuda yang nampak kebingungan berdiri diantara lalu lalang orang di tengah lobby  seorang diri. Dan ternyata ayah yang ia maksud adalah direktur perusahaannya bekerja, bukan dari karyawan biasa.

Satu hal yang selalu Jungkook ingat adalah, tatapan lugunya kala itu yang mendorongnya mendekat dan bertanya sekedar membantu. Namun siapa yang sangka, pertemuan itu adalah awal dari segala pertemuan-pertemuan lainnya dengan Taehyung yang bahkan Jeon Jungkook tidak sedikitpun mengenalinya.

Lagi-lagi Yoongi terkekeh, tau betul bahwa Jungkook bahkan tidak pernah menyadari pertemuan keduanya untuk pertama kali.

"Konyol memang, dia jatuh cinta pada pandangan pertama, hal ter-bullshit yang pernah kudengar."

"Tapi aku lupa satu hal saat itu, bahwa segala ucapan Taehyung bukanlah main-main, dia selalu serius dengan ucapannya."

"Dan ya, dia mengejarmu dan terang-terangan meminta bantuan Jimin maupun ayahnya sekalipun demi dekat denganmu."

Dan satu helaan nafas pada akhirnya terdengar dari pria bermarga Min, menjadikan Jungkook semakin memperhatikan perubahan emosi pada lawan bicaranya tersebut.

"Dia mencintaimu, meski dia terlihat begitu percaya diri tapi dia selalu berusaha menjadi pantas untukmu, bahkan terkadang mengutuk keadaan karena perbedaan usia kalian. Dia ingin kau melihatnya sebagai pria, bukan sebagai bocah ingusan."

Jungkook menggeleng lemah.

"Bukan seperti itu."

"Aku tau, tapi kehadiran orang lain menjadikan dia meragu pada perasaanmu. Sesempurna apapun dia, dia tetap begitu takut kehilanganmu. Bodoh memang, tapi itu adalah Kim Taehyung yang aku kenal. Hampir sama saat dia memohon agar orang tuanya mau mengadopsiku."

"Taehyung tidak sempurna Jungkook, tapi dia melakukan segalanya demi menjadi pantas untukmu. Dan aku yakin kau tau maksudku."

Satu senyuman teduh terukir pada sudut bibir tipis Yoongi, jemarinya terangkat sekedar menepuk punggung tangan Jungkook yang bertengger pada sisi meja sembari sekilas melirik deretan kalimat yang tertampang pada layar handphone Jungkook yang sedikit meredup.

//

//

Langkah Taehyung terhenti kala jemarinya baru menutup pintu pada kamarnya yang hanya diterangi satu lampu tidur pada samping ranjangnya.

Sebuah pelukan hangat ia terima, merasakan punggungnya bergesekan dengan tubuh pria kolot si penghuni kamarnya. Menjadikan Taehyung mengembangkan senyumnya.

"Belum tidur ?" Tanyanya sembari membalikkan badan kemudian menatap pria cantiknya pada cahaya temaram kamar.

"Tidak bisa tidur." Jungkook menggeleng pelan meski enggan bersitatap terlalu lama dengan si pemuda Kim dihadapannya.

"Kenapa hm ?"

"B-boleh peluk ?" Satu ajuan pertanyaan yang demi apapun menjadikan Taehyung mengulas senyum semakin lebar.

Pada akhirnya ditariknya tubuh Jungkook dalam pelukannya, mengecup hati-hati pucuk kepala Jungkook dengan wangi vanila kesukaannya.

"Maaf membuatmu menungguku terlalu lama, terlalu banyak yang aku urus akhir-akhir ini sebelum pelantikan resmi."

Jungkook hanya mengangguk, menenggelamkan diri pada tubuh pemuda Kim yang entah bagaimana selalu ia rindu.

"Kenapa tidak bisa tidur ?" Tanya Taehyung sembari menggiring tubuh keduanya menuju ujung ranjang dan duduk disana tanpa melepaskan pelukannya.

"Aku__ingin mengatakan sesuatu."

Menjadikan Taehyung perlahan melepas pelukan, mensejajarkan diri sekedar menatap Jungkook yang nampak gelisah.

"Ada apa ? Ada sesuatu yang mengganggumu ?"

Bohong jika Taehyung tak merasa was-was saat raut cintanya yang begitu nampak gelisah dan enggan menatapnya berlama-lama.

"Berjanji dulu kau akan mendengarkanku selesai bicara baru boleh berkomentar."

Setelah satu anggukan setuju telah Jungkook dapatkan dan satu helaan nafas ia lakukan sekedar mencoba mengurangi rasa gugup yang tiba-tiba menyergap hatinya.

"A-aku akan bertemu dengan Eunwoo__" netra kelamnya menangkap ketegangan pada raut Taehyung meski dirinya tetap terdiam dan mempersilahkan melanjutkan.

"__aku ingin membereskan semuanya, mengatakan yang memang seharusnya aku sampaikan. Dan satu hal yang harus kau ingat, aku tidak akan kembali padanya apapun yang terjadi."

Jungkook menatap lamat-lamat sosok pemuda tampan bermarga Kim dihadapannya kini, memperhatikan dengan seksama ketegangan yang belum juga mereda pada rahangnya. Ya, dia tau apapun itu Kim Taehyung tidak akan membiarkannya bertemu dengan Eunwoo.

"Kenapa ? Kenapa harus bertemu dengannya ?" Satu kalimat tanya yang Jungkook yakin ada getar emosi didalamnya terdengar.

"Taehyung, kau harus percaya padaku dan__"

Satu gerakan Jungkook lakukan, meremat kedua tangan Taehyung pada pangkuannya, menatapnya begitu lekat sarat akan keraguan.

"__apa kau masih meragukanku ? Apa sebuah cinta harus aku ungkapkan tiap detik supaya kau percaya ?"

"Tae, detik dimana aku menangis dan menunjukan kelemahanku padamu seharusnya kau paham, sejak saat itu aku memberikan hidupku untukmu. Apalagi, kau pikir aku tidak bahagia dengan kehadiran anak kita ? Meski ya, aku sedikit keberatan dengan keinginanmu untuk aku tidak bekerja."

"Ya, terkadang akupun takut untuk segala hal yang mungkin akan terjadi pada kita kedepannya, tapi aku yakin bahwa perasaanku kali ini tidak salah."

"Aku mencintaimu Kim."

Dan satu helaan nafas terdengar hingga satu senyuman tipis tercetak pada sudut bibir Taehyung yang mengagumkan.

"Maafkan aku, tapi sepertinya aku butuh waktu untuk memikirkannya. Kau dan Cha Eunwoo bukanlah sesuatu hal yang bisa aku terima. Jadi, jangan dulu, kumohon."

Jungkook melihatnya, pendar takut ada pada netra pemuda Kim yang ia cinta.

Apa dirinya keterlaluan ? Tapi apa yang menjadi salah ?

"K-kim__"

"Aku baik-baik saja." Satu senyuman kembali terukir pada wajah tampannya, namun Jungkook tau itu bukan dari hati si pemuda Kim. Jelas sekali dia menyembunyikannya.

"Aku akan mandi dulu."

Dan saat sosok Taehyung menghilang pada balik pintu kamar mandi dan suara gemercik air terdengar, menjadikan Jungkook paham bahwa Kim Taehyung telah merasakan sakit.

Apa Kim Taehyung benar-benar sakit olehnya ?


Nyatanya mencintai memang akan selalu meninggalkan sebuah luka, karena dunia tidak akan pernah memberimu sebuah kebahagiaan tanpa adanya kesedihan.

Kedewasaan bukan tentang angka, tapi tentang bagaimana kamu memahaminya.

Apakah salah menjadi egois pada cintamu ?

Jawabannya ada pada dirimu.




TBC


Konflik oh konflik

pelan-pelan tapi nyelekit wkwkwk

Purple Line (TAEKOOK)Where stories live. Discover now