Chapter 15

4.1K 449 24
                                    

Happy reading..






Seharusnya pagi ini menjadi pagi yang indah bagi Kim Taehyung, tapi nyatanya tidak. Pertengkarannya dengan si pria Jeon menjadikannya hampir lepas kendali.

Dan ini untuk pertama kalinya.

Taehyung memijit pelipisnya, berusaha menghilangkan pening yang membuat kepalanya seakan berputar.

Dia begitu khawatir, kenapa Jungkook bahkan tidak mau mengerti ?

Lagi-lagi helaan nafas panjang terdengar.

"Isajangnim, waktunya anda bertemu dengan perwakilan perusahan Changsa Group menggantikan jadwal Kim Daehyun Sajangnim." Suara Nicole sekretaris ayahnya terdengar dibalik pintu setelah sebuah ketukan terdengar.

Taehyung memejam mata sembari lagi-lagi menghela nafas kemudian bangkit dari duduknya sembari menjawab.

"Ya, aku akan bersiap."

//

//

Pada siang yang padat dimana banyak orang yang kelaparan setelah jam padat dengan tumpukan kegiatan memilih segera mencari tempat nyaman untuk sekedar mengisi perut yang keroncongan.

Disana, disalah satu restoran yang tak jauh dari gedung kantornya terlihat Jimin dan Jungkook duduk berhadapan dalam satu meja dengan beberapa menu yang telah terhidang diatas meja persegi di ujung ruangan berjendela kaca lebar.

"Kook, kau tau kan maksud Taehyung bukan begitu." Jimin menatap lamat-lamat manik sang sahabat.

"Tapi aku tidak suka dikekang Jim, dan kau dengar sendiri apa yang dia katakan kan ? Itu menyakitiku, apapun itu aku juga menyangi anakku." Jungkook bersuara dengan kerut dahi yang terukir begitu kentara.

"Taehyung tadi emosi karena dia khawatir, kandunganmu lebih lemah dan itu adalah kekhawatiran Taehyung."

Jungkook menghela nafas, memainkan sumpit yang ia pegang sekedar mengacak makanan diatas piringnya tanpa minat.

"Aku takut Jim__" Suaranya melemah hampir seperti bisikan.

"Takut ? Kenapa ?" Menjadikan Jimin semakin tak habis pikir.

"Bagaimana jika suatu hari nanti dia berubah pikiran ? Lalu meninggalkan dia karena Taehyung belum merasa siap. Dia bahkan belum dua puluh Jim." Raut si Pria Jeon begitu pias, kekhawatiran begitu membelenggunya dan Jimin paham betul bahwa seseorang yang tengah mengandung memiliki perasaan yang amat sangat sensitif.

"Kook dengarkan aku." Jimin menggeser kursinya sekedar semakin merapat pada meja, menjadikan fokusnya hanya pada sahabatnya yang kini diselimuti mendung, menghiraukan makan siang yang bahkan tak terlihat lezat dengan percakapan ini.

"Aku amat sangat mengenal Taehyung, dia meskipun bocah belum genap dua puluh tapi dia tau dengan pasti apa yang dia ucapkan, apa yang akan dia inginkan. Dia terdidik seperti itu, secara naluriah sebuah tanggung jawab adalah hal utamanya. Dan jangan lupakan cintanya Jungkook, dia mencintaimu."

Jimin menghela nafas entah kesekian kali untuk hari ini.

Jungkook terdiam tanpa ada tanda-tanda ingin menyahut, menjadikan Jimin mendadak pusing.

"Kim Taehyung itu akan sangat protektif dengan apa yang sudah menjadi miliknya, dan itu kau Jungkook, apalagi sekarang ada bayinya didalam perutmu. Kau kira semudah itu dia mencampakan kau dan anakmu hanya karena dia merasa bosan begitu ? Kook, kau tidak mengerti apa yang Taehyung rasakan." Suara frustasi pada Jimin begitu kentara, bagaimana bisa sahabat kolotnya sebatu ini.

Purple Line (TAEKOOK)Where stories live. Discover now